Semua terjadi begitu cepat, mungkin itu hanya Angan-anganku saja..Tapi jelas itu nyata.
Seruan untuk Imam Pengganti.
_____________________________
Kini kedua keluarga yang sudah terikat itu duduk beralas tikar, siapa yang paling bahagia? Syifa terlihat antusias karena Abangnya melepas gelar singelillah dalam hidupnya, Rina masih menunduk.
"Ya Allah dulu aku sangat berharap jika bang Ridwan berjodoh dengan Rina, rencanamu sungguh luar biasa, semoga Rina mampu menghilangkan sifat datarnya Abang." Batin Syifa.
"Wan kamu bawa pulang istrimu ke apatermen xxx milik ayah." Ucap Arnold, seketika Ridwan menatap tajam dan garang.
"Dia bukan istri saya." Ucap Ridwan singkat dan dingin.
Pak Mardi belum paham akan sikap Ridwan namun ia juga miris bagaimana nasib anaknya? kini suaminya yang bertanggung jawab akan Rina putrinya,
"JAGA BICARAMU WAN!!" Bentak Arnold ia kesal sendiri dengan putranya yang sangat keras kepala.
Ridwan memutar bola mata jengah, hidupnya hancur ia benci ayahnya yang merebut kebahagiaannya. Hanya karena belum menikah? Ayahnya tega menjadikan dirinya sebagai imam pengganti untuk mempelai orang lain.
"Nak kamu bawa Rina ya, sekarang dia istrimu." Ucap Ayana dengan lembut. Ridwan beralih menatap Ayana, mustahil bagi seorang Ridwan menolak permintaan Bunda! bagaimanapun ia menyayanginya.
Ridwan mengangguk pasrah, semua tersenyum senang. Rina mengikuti Ridwan dari belakang.
"Tenang pak, saya yakin putra saya akan menerima putri bapak." Ucap Arnold.
"Semoga begitu." Ucap Pak Mardi tersenyum guratan cemas, ia tak menyangka akan ada kisah seperti ini dalam kehidupan putrinya.
*******
Motor sport Ridwan melaju di keramaian kota, jalan raya yang masih ramai walau redup lampu sudah menyinari cahaya sore di kota itu. Suasana yang sangat canggung, ayolah Ridwan tidak ingin kehadiran Rina.
Rina menatap gedung-gedung kota, ia begitu canggung. Tidak menyangka pengantin pria akan kabur dan tergantikan oleh pria yang selama ini ia inginkan. Motor sport Ridwan berhenti di salah satu Apatermen milik keluarganya.
Sebelumnya Arnold sudah menyiapkan semuanya mulai dari pakaian dan juga kamar. Ruangan yang lengkap dengan ruang tamu, dapur, tempat makan, kamar mandi dan sudah Ridwan tebak hanya ada satu kamar tidur. Ayahnya benar-benar sengaja.
"Saya tidur di sofa." Ucap Ridwan datar, Rina yang tadinya menunduk kini mendongak menatap punggung lebar suaminya.
Ia paham, dirinya tidak diharapkan untuk hadir dikehidupannya tapi adakah secerah harapan bagi Rina untuk Ridwan? Ia akan berusaha mencairkan dinginnya Ridwan.
"Biar aku yang tidur di sofa." Ucap Rina, ia harus sadar diri siapa yang numpang.
Ridwan mengepalkan tangan, orang ini sangat keras kepala pikirnya.
"Saya tidak suka dibantah." Yang tadinya tangan Ridwan membuka pintu kamar kini menutup kembali pintu itu dengan kencang, duhh kasihan si pintu yang tidak berdosa.
Brak!
Rina terlonjak kaget ia hanya memejamkan mata, sesuatu mencengkram bahunya tubuh Rina diputar Ridwan tersendar di dinding. Rina menahan ringisan, demi apa ia takut. Ridwan begitu kejam.
Hembusan nafas Ridwan terdengar mengeras sudah dipastikan ia emosi, rahang kokoh itu mengeras.
"Maaf." Cicit Rina masih menahan sakit di punggungnya.
Ridwan menekan dagu Rina dengan keras menariknya, hingga membuat wajah Rina mendongak ke arahnya. "Maaf kamu tidak merubah apa yang sudah terjadi.!" Ucap Ridwan dingin menusuk.
Cengkraman itu terlepas Rina membuka matanya, terkejut melihat Ridwan yang memalingkan wajahnya. Jika ditanya posisi mereka saat ini sangat dekat dengan posisi tangan Ridwan yang mengurung Rina.
"Saya tidak bisa menerima kamu sebagai istri saya."
Deg
"Ke-kenapa?" Tanya Rina susah payah ia menahan air matanya yang sudah terbendung.
"Karena kamu perusak kebahagiaan saya, saya tidak pernah mengharapkan kamu ada di kehidupan saya. Puas kamu bikin saya hancur." Ucap Ridwan.
"Aku akan membuat kehancuran itu menjadi kebahagiaan." Batin Rina mantap, ia berjanji suatu saat nanti akan mendapat cinta dari Ridwan, entah itu kapan...
"A-aku.." Belum sempat Rina bicara sudah di potong oleh Ridwan.
"Jangan potong ucapan saya dasar perempuan murahan," Cetus Ridwan kini berdiri tegak di depan Rina.
Deg
Mata Rina sudah merah memperlihatkan genangan air di sana, sekuat kuat tenaga ia tahan agar tidak terlihat wanita lemah.
"Kenapa ha? Jangan kamu fikir saya tidak tahu kamu nikah karena melunasi hutang hah, pantas saja calon suami mu kabur. Dan harusnya bukan saya yang menggantikannya." Ucap Ridwan ada nada mengejek, kemudian melangkah keluar.
Detik itu juga Rina merosotkan tubuhnya ke bawah, sesak itu yang ia rasakan. Tangannya memukul dadanya yang terasa sesak, air matanya luruh begitu saja.
Aku tidak semurahan itu hiks
Aku juga tidak memaksa orang itu
Aku juga tidak menyangka kamu menggantikan posisinya,
Aku fikir itu kemauan kamu tapi hiks,
Rina mencintai Ridwan, biarkan ia membuktikan bahwa ia mencintai bukan karena harta.
Drrt.drrrt.drrtt.
Getar ponsel Rina berbunyi dalam tas selempangnya. Tangannya bergerak menekan tombol hijau.
"Rin rin, gimana bang Ridwan main kasar gak sama kamu, awas saja kalau sampai dia main kasar aku bakal geprek dia, biar jadi manusia geprek." Cerocos Syifa di balik telfon.
Rina mengaga tak percaya, ada apa dengan sahabatnya ini? apa Syifa salah makan? pikir Rina bergidik ngeri.
"Kamu sehat?" Tanya Rina heran.
"Ikh Rina aku gak becanda ya!" Jawab Syifa dan ada bunyi ketawa di samping Syifa sudah dipastikan itu Fauzi.
"Aku serius Fa, siapa tahu ada obat pereda panas." Ucap Rina lagi membuat Syifa kesal hidup-hidup.
Rina menutupi kesedihannya ia tak mau kalau Ridwan kena marah adiknya, tau sendiri kalau mantan psyco marah-marah bisa srett sreet sana sini bisa jadi kacang ijo suaminya.
"Dimana bang Ridwan?" Pertanyaan yang paling di takutin Rina.
"Em anu." Jawab Rina gugup.
"Anu anu apa? Jangan sampai kamu bohong ya." Ancam Syifa membuat nyali Rina menciut, adik ipar kejam batin Rina meronta.
Rina lari ke kamar mandi menaruh hp nya di nakas dahulu lalu menyalakan kran, kemudian ia ambil hp nya, berdiri di depan kamar mandi.
"Ka Ridwan sedang mandi Fa." Jawab Rina ampuni dia Ya Rabb sudah berkata bohong.
"Ooo."
"Yasudah Fa, aku lelah mau istirahat ya daa Assalamu'alaikum," Rina memutuskan panggilan tanpa menunggu jawaban dari Syifa.
Rina lagi-lagi menatap jendela yang menunjukan hari mulai gelap, apa Ridwan akan pulang? Perasaan cemas menjalar di diri Rina, ia memutuskan untuk bersih-bersih mengingat akan segera Sholat Maghrib.
*****
22.00 WIB
Berulang kali Rina menguap ia berusaha untuk tetap terjaga tiga cangkir kopi sudah habis Rina teguk.
"Ka Ridwan kapan pulang."
Hujan malam menghiasi hati Rina yang tengah gundah, rasa kantuknya mulai menyerang sudah cukup kembung ia minum kopi,, jangan lagi!
Akhirnya Rina terlelap di sofa dengan bunyi rintik malam pertanda hujan masih terdengar seolah menemani malam Rina, ia tidak bisa membayangkan mempelai pria kabur dan digantikan oleh orang lain dan kini? ditinggal pas malam pertama.
Lengkap sudah kejutan untuk hari ini, semoga esok tidak lebih buruk dari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Bunga Syakila
lanjut
2021-02-16
1
Rosni Lim
Hsdir
2021-01-31
0
Nureti
2 like mendarat
2020-12-26
1