Pilihan terbaik adalah yang paling baik segala keputusan, sama dengan menyelamatkan hidup orang berarti bagi kita..
Arina Anjani
_____________
Pagi hari menyapa,
Rina yang sengaja berangkat lebih awal agar bisa secepatnya menyelesaikan pekerjaan kemarin yang tertunda. Dalam benaknya berpikir keras agar Ayahnya bisa segera operasi jantung tapi hutangnya dahulu belum lunas dalam cicilan.
"Ya Allah bagaimana ini." Gumam Rina tidak bisa fokus dalam mengoreksi.
"Sepertinya ibu terlalu serius sampai salam saya tidak terjawab." Ucap seseorang.
"Pak Gunawan." Lirih Rina menunduk hormat.
Ia benar-benar tidak menyadari jika ada yang memasuki kantor, lebih lagi Bapak Kepala Sekolah yang masuk pagi-pagi. Tapi mungkin ada tugas.
"Mm kenapa akhir-akhir ini ibu sering melamun." Tanya Gunawan.
Rina menunduk pertama kalinya mendapat teguran, benar saja ia menjadi sangat lalai dalam bekerja otaknya kini berasa ingin meledak, lagi dan lagi ia beristighfar agar bisa menormalkan gugupnya.
Belum sempat Rina menjawab deringan ponsel bergetar di meja kerja Rina memperlihatkan nama tetangganya. Sudah dipastikan ini ada apa-apanya, sedari tadi perasaannya sudah tak enak.
Tak peduli dengan sopan tidaknya kepada Pak Gunawan kini Rina harus tahu ada berita apa dari halamannya.
"Assalamu'alaikum." Ucap Rina.
"..."
Rina membekap mulut,
"Ba-pak..Ibu bawa bapak saya ke rumah sakit sekarang hiks." Ucap Rina terdengar bergetar.
"Ada apa bu?" Tanya Gunawan.
"Ti-tidak, pak saya izin pulang." Ucap Rina dengan buru-buru.
"Biar saya antar." Ucap Gunawan terdengar sebuah perintah, Rina berfikir sejenak kemudian mengangguk. Mencari angkot sedikit susah jika berlawan arah dari berangkat tadi.
Rina dan Pak Gunawan menuju RS tempat Ayah Rina di rawat. Sesekali Gunawan melirik Rina yang panik bukan kepalang, tanpa Rina sadari Gunawan mengetik sesuatu di ponselnya lalu fokus ke arah jalan.
Sesampainya di RS..
"Bapak, kenapa hikss." Ucap Rina pada Pak Mardi yang terbaring lemah di atas ranjang pasien.
"Keluarga pasien?" Tanya dokter. Secepatnya Rina mengangguk.
"Ayah anda jantungnya melemah, jadi secepatnya harus segera melakukan operasi. Untuk surat persetujuan silahkan ambil di adsminitrasi." Ucap Dokter
Lagi dan lagi Rina menunduk pilu, apa dia tak pantas bahagia? Astaghfirullah ia sama saja menolak takdir. Padahal apapun yang terjadi sudah di garis akan takdir.
"Kenapa tidak ke sana?" Tanya Pak Gunawan. Sedangkan Rina menggeleng pelan.
Pak Gunawan kini tahu bahwa Rina mempunyi masalah dengan uang, hingga senyum tipis terukir entah apa yang ada di kepalanya.
"Pakai uang saya dulu aja bu." Tawar Pak Gunawan.
"Tidak usah saya bisa cari dulu kok pak." Tolak halus Rina, tidak mungkin ia akan berhutang lagi secara hutang orang tuanya belum pada lunas.
"Jangan sungkan, kasihan ayahmu dia butuh pertolongan." Ucap Pak Gunawan yakin cara ini tidak mampu ditolak siapa pun.
Semoga ini langkah yang benar, Rina tidak mempunyai pilihan lain kecuali menerima tawaran dari kepala sekolah. Tidak ada pikiran buruk yang terlintas di kepala Rina.
"Baiklah, saya berjanji akan melunasi hutang saya segera." Ucap Rina, dibalas anggukan.
___________
Seorang Pria duduk di kursi kebesarannya yakni CEO perusahaan RMI yang tidak jauh sukses dari perusahaan Brams dan kini pria berkemeja biru laut serta lengan digulung sampai siku tengah berbicara melalui telfon putih khusus kantor.
"Hm."
"Ayolah bos, diperpanjang waktu sedikit lah. Berkas tadi pagi belum kelar." Ucap Rian, asisten sekligus sekretaris Ridwan.
"Hm."
"Huaahhh." Teriak Rian kesal bisa di tebak ia meneriaki telfonnya sendiri.
"Suruh Syifa, biasanya dia pandai dalam mengedit."
"Baiklah." Ucap Rian mengerti dan sambungan terputus begitu saja, membuat Rian tak henti-hentinya mengumpat.
Di ruangan lain..
"Astaghfirullah maafkan hambamu yang soleh ini." Ucap Rian segera menghubungi Syifa.
15 menit kemudian,,
Ting
Pesan masuk di ponsel Rian yang bernama "Adiknya bos datar." itu membuat Rian tersenyum namun juga mengerinyit.
Adiknya bos datar:
Sudah sy kerjakan brosure nya, dan sudah sy kirim ke Bg Ridwan. Bisa anda cek di email kalian.
Setelah mendapat pesan itu Rian mengecek email yang katanya sudah tergambar jelas brosure ter edit. Tapi Rian heran kenapa tulisannya beda dari tadi, tidak ingin ada kesalahan ia memutuskan menanyakan ke Syifa.
Me
Adiknya bos? ini kenapa tulisannya lain?
?
?
Beberapa pesan ia kirim namun nihil, Syifa mematikan ponselnya. Rupanya Syifa sengaja, ia harus mengabari bosnya.
"Hallo, bos lihat email, Syifa sudah kirim tapi.." Ucap Rian terpotong.
"Saya percaya Syifa, cepat sebar brosure itu." Ucap Ridwan sekaligus memutuskan sambungan.
Rian mengacak rambut frustasi, bisa-bisa rambutnya rontok kalo begini.
____
Ridwan yang sudah selesai dengan urusan kantor kini menyambar jasnya dan memakainya, untuk segera pulang. Knop pintu di buka Ridwan, namun dengan cepat Ridwan membulatkan mata.
"Rian kenapa di luar banyak manusia." Ucap Ridwan jengkel. Ia bergidik melihat apa yang ada di depan ruangan.
"Saya ke sana bos. Tapi cek brosure anda!" Ucap Rian.
__________
DI CARI!!!
TELAH DIBUKA PENDAFTARAN SEBAGAI SEORANG CALON ISTRI PRESDIR RMI.
BAGI YANG INGIN DAFTAR SILAHKAN LANGSUNG KE DEPAN RUANGAN PRESDIR.
Kuota terbatas karena PRESDIR nya ganteng.
___ ___ _______
Ridwan menggeram kesal ia sadar dan sangat paham kenapa depan ruangannya banyak sekali manusia. Oke sabar adalah penawarnya.
"Bos bos?" Rian yang baru datang dari luar terengah-engah. Ridwan hanya menatap sekilas kemudian menyembunyikan kepala di meja dengan siku yang dilipat.
"Hehehe bos mereka pada ngantri di luar, kau mau buat apa?" Ucap Rian memang sudah terbiasa.
"Kau pikir sendiri." Ketus Ridwan mengidikkan bahu.
Rian mendengus pasrah, lagi dan lagi dia yang kena. Untung tingkat kecerdasan otak Rian bisa di gunakan saat genting sekalipun.
"Gue ada ide." Ucap Rian melangkah keluar dan menyambulkan kepalanya di pintu sedikit.
Ridwan memperhatikan asistennya tanpa niat menganggunya.
"Kau dah siap bos?" Tanya Rian.
"Siap?" Tanya Ridwan bingung.
"Hem punya bos otaknya gini amat." Gerutu Rian.
"Ngomong apa tadi?" Sungut Ridwan mendelik.
"Huh, bukannya Tuan Arnold menginginkan menantu. Jadi kenapa nggak sekalian bos cari,, yaa sapa tau cocok." Ucap Rian dengan santainya duduk di sofa.
"Iya juga." Batin Ridwan berfikir sejenak dan mengangguk.
Rian memulai aksinya, memanggil urutan pertama.
"Masuk." Teriak Rian.
Muncullah wanita bertubuh seksi, tinggi semampai nyaris sempurna. Dengan balutan dress merah maroon atas lutut terlihat belahan dada serta rambut ikal dengan make up menor. Benar saja dengan bibirnya yang merah bak darah.
Ridwan dan Rian sontak nenutup mata, tangan Ridwan menggerayak berkas untuk menyembunyikan muka tampannya.
Astaghfirullah Astaghfirullah
"Yan buat lo aja gue ogah." Ketus Ridwan.
"Sama bos, kalo pun gue boleh poligami gak tampang gitu juga bos, makasih deh makasih. " Ucap Rian yang benar-benar ngeri.
"Pergi kamu." Titah Ridwan, membuat si wanita terlonjak kaget.
"Tap-tapi saya belum kenalan, Nama saya.." Belum sempat ia kenalan, Ridwan dan Rian sudah berteriak.
"PERGI!!!"
"i-iya." Wanita itu langsung pergi sebelum kenalan.
-
-
Masih mau keseruan Ridwan Rian nggak??
lanjut yaa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
bunda syifa
ada y lowongan mencari istri, CEO pulak tuh yg nyari aoto meluber yg antri wat daftar sekali pun muka nya GC ganteng 😁🤣🤣🤣
2021-03-09
1
Nurliah Kisarani Lia
next thor
2021-01-17
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
cinta pak bos hadir lagi😘
masih semangat mampir
kakak semangat ya, 💪
mampir juga yuk ka😊
2021-01-10
1