Seruan Untuk Imam Pengganti

Seruan Untuk Imam Pengganti

1. Calon Mantu?? (awalan)

Sosok laki-laki yang baru turun dari pesawat itu menatap lekat kota kelahirannya Indonesia, setahun lalu yang ia tinggalkan demi pekerjaan di luar negeri.

Status yang masih sama dengan setahun lalu yakni sendiri, atau tepat dengan belum ada istri. Bukan berarti ia gay tapi belum mendapat sosok makhluk tuhan yang membuatnya jatuh cinta.

Ridwan Muhammad Arsyad pria berusia 26 tahun dengan hidung mancung, rahang kokoh, tubuh berotot itu berjalan menuju mobil pribadinya. Dengan pakaian formal serta kaca mata hitam yang bertengger di batang hidungnya.

"Huh." Nampak sekali guratan lelah terhias di wajahnya.

Brum brum.

Mobil sport hitam melaju di kerumunan kota, karena cuaca yang masih mendung membuat siang berasa masih pagi.

Allahu Akbar Allahu Akbar

Suara adzan dzuhur terdengar merdu didalam mobil Ridwan membuat sang pemilik menghentikannya di tempat masjid bernuansa putih. Adzan adalah seruan agar manusia berbondong melaksanakan kewajibannya.

____________

Di tempat lain, sosok gadis yang berusia 24 tahun itu tengah usai melaksanakan sholat dzuhur, ia pengajar PAI di sekolah itu bisa di sebut dengan Guru Agama. Tentu saja itu menjadi cita-citanya dulu.

Dia Arina Anjani, Gadis yang kalem dan ramah bekerja sebagai guru ia berjuang untuk menghidupi keluarganya yakni sang Ayah yang sakit-sakitan, dan sudah beberapa tahun lalu sang ibu meninggalkannya.

Bukan perempuan cantik tapi dengan sikap lembut nya mampu membuat siapapun terpana ketika sudah mengenal sosok itu. Arina Anjani, selalu semangat dalam menyapa hari tanpa menentang takdir.

"Allah bilang tidak akan menguji tanpa batas kemampuan setiap hambanya, lalu untuk apa mengeluh?"

"Hidup akan merasa cukup jika kita bersyukur, lantas apa yang membuat kita menjadi bersyukur...Yakni lihatlah seseorang di bawah kita karena kita akan tahu apa itu kenikmatan. Jangan melihat atasan kita jika kita ingin senantiasa berprasangka baik."

Kalimat itu yang sering Arina dengar dari mulut Almarhumah sang ibu, menjadi kuat dalam segala hal..Membantu orang lain walaupun sukar dalam keadaannya sendiri.

Keringat mengucur di pelipis gadis itu, tanpa ada niat mau berhenti dari kerjaannya. Tugas siswa yang baru saja ia koreksi itu mampu membuat pusing kepala Rina.

Bagaimana tidak? jika anak jaman milenial ini kadang tidak ingin mempelajari agama. Bahkan banyak diantaranya para gadis-gadis mengumbar aurat demi pujian laik-laki.

Naudzubillah.

Drrt.Drrt.Drrrt.

"Assalamu'alaikum Syifa?" Ucap Arina.

"Wa'alaikumussalam, Rin kamu jadi ke rumah?" Tanya dari seberang yang tak lain ialah Syifa, sahabat karibnya.

"Mm enggak deh, maaf ya." Tolak Arina tak enak.

"Nggak papa rin, yaudah semangat kerja."

"Iya, Fa maaf."

"Gapapa, dah ya Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." Jawab Arina, ia membuang nafas kasar.

Hari ini ia ingin bertemu dengan anak Syifa tapi pekerjaan yang belum kelar menjadi penghalangnya. Apalagi Arina harus menjadi guru privat juga untuk menambah penghasilan.

"Oke. Semangat Rin kamu bisa! Demi Bapak!" Ucap Arina menyemangati diri sendiri.

Jika sahabat-sahabat Arina menjadi ibu rumah tangga kini tidak dengan Arina yang berjuang untuk keluarga, bukan hal mudah, terkadang hutang-hutang orang tuanya masih ada yang belum lunas. Hingga membuat Arina semangat dalam bekerja.

Tok.tok.tok.

"Masuk."

"Assalamu'alaikum." Ucap laki-laki setengah baya yang di kenal dengan Kepala Sekolah.

"Wa'alaikumussalam." Jawab Rina menyilahkan ia masuk.

Gunawan pradipta ialah pimpinan di sekolah itu, siapapun akan tahu betapa garangnya Kepala Sekolah. Tapi entah kenapa dengan Arina/Rina tidak ada sifat garang itu.

"Saya mau nanya apa benar pribadi Bu Rina belum menikah?" Tanya Gunawan dengan tampang sulit diartikan.

"Belum pak." Jawab Rina seadanya.

Kepala sekolah itu mengangguk-angguk saja dan pergi dari ruangan itu. Rina hanya menatap binggung sebab Kepala Sekolah itu menanyakan hal yang sudah jelas terdapat dalam biodatanya.

Bicara soal cinta, Arina pernah menaruh hati kepada seseorang namun kenyataan menyatakan keberadaannya yang kurang mampu. Ia minder pantaskah jatuh cinta kepada seseorang yang beda level?

Menyimpan nama dalam do'a adalah sesuatu yang maksimal bagi Arina, bukan berharap lebih tetapi jika berjodoh pasti akan disatukan dengan caranya Allah.

_______________

Di sisi lain, Ridwan yang sudah selesai hendak berkunjung ke tempat orang tuanya. Rumahnya dulu yang menjadi saksi perasaan kasih sayang ke adiknya.

"Assalamu'alaikum Yah Bund?" Salam Ridwan.

"Wa'alaikumussalam, sudah pulang wan?" Tanya Ayana. Ridwan mencium tangan Bunda dan Ayahnya bergantian lalu mengangguk.

Arnold clingak-clinguk ke belakang Ridwan dengan tampang mengerinyit hal itu membuat Ayana dan Ridwan saling pandang.

"Kenapa Yah?" Tanya Ayana.

"Wan?" Ucap Arnold di balas tatapan penjelasan dari Ridwan.

"Mana calon menantu Ayah?" Tanya Arnold dengan tatapan heran. Apakah Ridwan akan bernasib sama dengan dirinya? tapi umur Ridwan lebih tua dari pada Arnold dulu saat menikah.

Ini tidak bisa dibiarkan, jika anaknya tidak di paksa untuk menikah kapan punya cucu lagi coba?

"Belum." Jawab Ridwan singkat.

"Bukannya Ayah sudah bilang! kamu kalau pulang ke sini bawalah menantu." Ucap Arnold kesal.

"Gak ada yang mening." Ucap Ridwan datar, datar banget malah.

"Wan wan, mau cari yang mening seperti apa lagi sih hah? kalau maunya bening mening mending ke surga sana, cari bidadari." Arnold menahan kesalnya dengan putra ini.

"Wih bang Ridwan pulang?" Suara itu membuat Ridwan tersenyum tipis, artinya tidak akan ada pertanyaan aneh lagi menurut Ridwan.

Yah si Rizky...Adik kecil Ridwan yang sangat penggemar siomay, kini baru datang di belakang Ridwan.

"Hm." Ridwan.

Ayana hanya geleng-geleng, Ridwan ini sangat lah datar dan makin datar lagi setelah pulang dari Amerika.

"Punya anak,,sekaku kanebo kering." Batin Ayana.

Mereka memasuki rumah yang masih sama seperti dulu, hanya saja terdapat beberapa foto yang berganti. Ridwan mendengar celoteh adiknya yang masih saja cerewet.

"Bang? Rizky kan minta oleh-oleh." Ucap Rizky.

"Di bagasi."

"Oh ya katanya Abang mau bawa kakak ipar," Tanya Rizky lagi. Arnold yang mendengar itu tersenyum puas.

"Pojokin terus ky. Ayah dukung." Batinnya.

"Heh jangan dewasa sebelum waktunya." Ketus Ridwan membuat Rizky mengerinyit.

"Kan Rizky mau pesen biar dapet kakak ipar yang baik." Ujarnya.

"Hm." Ucap Ridwan menaikkan satu alis.

" Mau kaip (kaka ipar) seperti Gus Fauzi hehee." Cengiran anak itu membuat Arnold dan Ayana menunduk-nunduk.

"Astaghfirullah kan umurnya belum nyandak, mungkin otaknya tersangkut." Batin Ridwan sabar-sabar. Yakalik jeruk makan jeruk.

Lagi dan lagi Ridwan harus mendengar permintaan konyol adiknya yang amat sangat polos ini. Tau gini mending nggak pulang sekalian.

(....)

Ridwan memejamkan matanya di ruangan hitam putih itu. Entahlah sepertinya warna gelap menjadi favoritnya sejak dulu. Pikirannya menerawang jauh.

Cinta?

Seperti apa?

Sungguh ia juga belum tahu perasaan apa itu. Apakah rasanya seperti makanan, Lezat. Atau seperti coklat, manis. Atau seperti air yakni penawar haus? Samakah cinta dengan rumus matematika atau mungkin layaknya investasi? yang berkaitan dengan perusahaan.

-

-

-

NB : Karya ini author buat versi kehaluan saya, jd hargai tulisannya dengan cara Like, komen,vote.

Jika tidak suka dg karyanya, no hujat😌silahkan out tanpa jejak. Author tidak suka memaksa.

Salam dariku

Si Pemalas Sejuta Impian

Terpopuler

Comments

Syarifah

Syarifah

mulai baca

2022-03-12

0

bunda syifa

bunda syifa

mulai baca lagi ka', sambil nunggu cerita Rizky 😊😊

2021-03-09

2

Bunga Syakila

Bunga Syakila

lagi menyimak aothor

2021-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!