Menghilangnya Frida dari sekolah dan pergaulan teman-temannya membuat beberapa orang temannya mencoba mendatangi rumah Frida. Ponselnya bahkan tidak dapat dihubungi. Namun yang didapat adalah jawaban dari Pelayan di rumah itu yang mengatakan Frida sedang ke luar negeri.
Setelah 8 minggu sejak kejadian itu, Frida sering merasa pusing dan mual-mual. Mama tiri Frida memberikan test pack pada Frida untuk memastikan apakah Frida Hamil. Dan ternyata benar, Frida mendapati test packnya muncul 2 garis merah muda, yang berarti Frida hamil. Frida yang berangsur-angsur mau berkomunikasi dengan keluarganya akhirnya kembali tidak mau berbicara dengan siapapun dan mengurung diri di kamar lagi. Papa dan Mamanya jadi pusing memikirkannya. Penyelidikan pelaku pemerkosaanpun belum ada titik terang. Walau terasa lambat, Pak Danu tetap pada pendiriannya untuk tudak melimpahkan kasus itu pada polisi. Dia tidak mau tragedi yang menimpa keluarganya menjad komsumsi publik.
Pada suatu hari Pak Hasan, supir pribadi Pak Danu menghadap pada tuannya. Dia menampakkann raut muka yang khawatir.
"Ada apa Pak Hasan?" tanya Pak Danu.
" Saya ada urusan keluarga yang harus saya selesaikan di Riau, tuan, " kata Pak Hasan.
"Berapa lama?" tanya Pak Danu.
"Satu bulan, tuan"" jawab Pak Hasan.
"Kenapa lama sekali?" tanya Pak Danu lagi.
"Saya harus mengurus tanah peninggalan orangtua yang terbengkalai, tuan" jawab Pak Hasan.
"Baiklah, saya izinkan" kata Pak Danu dengan wajah datar. Pak Hasan sudah menjadi supir pribadi bertahun-tahun. Walaupun Pak Danu terkesan dingin, namun sebenarnya ia orang yang baik. Terbukti semua yang pekerja di rumahnya betah bekerja bertahun-tahun.
Pak Hasan merasa harus segera mencari pengganti supirnya sementara waktu, supaya tidak mengganggu jadwal konsultasi Frida ke Psikiater.
"Kebetulan ada keponakan saya dari Jawa. Orangnya baik dan sopan. Juga biasa menjadi supir mobil carteran dan mobil travel. Kebetulan sedang ada di rumah saya. Kalau tuan berkenan, keponakan saya yang menggantikan saya sementara" kata Pak Hasan
" Baiklah, suruh nanti sore ke sini. Saya mau lihat orangnya dulu," kata Pak Danu.
"Baik, tuan" Kata Pak Hasin. Kemudian tak lama iapun pamit pulang.
Sore harinya, ketika Pak Danu sedang duduk si teras rumah sambil membaca pesan2 yang masuk di hp nya tampaklah Pak Hasan menghampiri Pak Danu dengan membawa seorang pemuda. Hari itu Pak Danu pulang lebih cepat karena tidak ada meeting ataupun kegiatan lainnya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Setelah Pak Hasan dan pemuda itu dipersilahkan duduk, Pak Hasanpun membuka percakapan.
"Ini tuan, keponakan saya dari Jawa," Pak Hasan memperkenalkan pemuda itu, Pemuda itu menangkupkan kedua tangannya sambil mengangguk hormat.
"Udah sering menyetir mobil?" tanya Pak Danu.
"Sudah sering tuan, sudah lama saya punya SIM," jawab pemuda itu.
"Siapa namamu dan berapa umurmu?" tanya Pak Danu lagi.
"Herdi, tuan. Umur saya 23 tahun," jawab pemuda bernama Herdi itu.
"Coba lihat KTP dan SIM nya. Maaf lho Pak Hasan, saya cuma ingin memastikannya," kata Pak Danu.
"Iya, tidak apa-apa tuan. Mana KTP sama SIM nya," Pak Hasan meminta KTP dan SIM pada Herdi.
"Ini tuan" Pak Hasan menyodorkan KTP dan SIM Herdi.
"Kamu belum berkeluarga? Baiklah, besok kamu boleh mulai bekerja menggantikan Pak Hasan sementara. Kamu juga bisa tidur di sini kalau mau. Ada kamar untuk supir yang tidak diambil Pak Hasan, karena Pak Hasan selalu pulang ke rumahnya, dan hanya sewaktu-waktu tidur di sini," jelas Pak Danu.
" Mengenai ketentuan dan apa saja yang harus dilakukan, Pak Hasan bisa jelaskan nanti pada Herdi ya." Pak Hasan dan Herdi mengangguk. Tak lama kemudian merekapun pamit pulang setelah mengucapkan terimakasih.
Pagi-pagi sekali Herdi sudah datang. Dia membawa tas besar. Bi Inah asisten rumah tangga Pak Danu menunjukkan kamar yang akan ditempati Herdi atas perintah Pak Danu. Bi Inah juga memperkenalkan seluruh pekerja di rumah itu. Termasuk menjelaskan anggota keluarga Pak Danu. Kemudian Herdi juga dibawa berkeliling ruma sebagai pengenalan rumah, agar Herdi tidak bingung nanti tinggal di rumah besar itu.
Ketika Bi Inah sedang menjelaskan tentang rumah sambil berjalan ditaman belakang rumah, Herdi melihat seorang gadis cantik berambut sebahu yang sedang duduk didepan jendela lantai dua. Ia tampak termenung. Pandangannya kosong.
"Bi, itu siapa?" tanya Herdi.
"Oh itu Non Frida, anak kedua tuan Danu" jawab Bi Inah. Herdi menatap ke arah gadis itu.
"Cantik bi. Tapi kenapa kelihatan murung?"tanya Herdi.
Gadis cantik itu duduk di dekat jendela sambil termenung. Hingga pandangan mata mereka bertemu. Menyadari ada seseorang yang sedang memandangnya, gadis itupun masuk dan menutup jendela kamarnya.
"Huss, disini dilarang berkomentar tentang anggota keluarga Pak Danu. Apapun yang terjadi dilarang berkomentar dan ikut campur, kalau mau tetap bekerja di sini. Pak Danu bisa marah dan langsung memecat," hardik Bi Inah. Herdipun mengerti dan tidak bertanya lagi.
******************
Rutunitas yang dilakukan Herdi setiap hari, mengantar Pak Danu ke kantor dan mengantarkannya pulang ke rumah sore harinya. Dan satu minggu dua kali mengantar Frida ke Psikiater ditemani Mamanya. Bila ada meeting dengan klien atau memantau proyek, Herdi bisa pulang dengan Pak Danu sampai malam. Tapi bila tidak ada kegiatan luar, mereka biasa pulang sekitar jam 5 sore.
Setelah beberapa kali konsultasi dengan Psikiater, tampaknya ada perubahan yang menggembirakan pada diri Frida. Dia sudah mau keluar kamar dan mulai berinteraksi dengan keluarganya. Gadis 18 tahun itu mulai melakukan aktivitas yang disukainya di rumah.
Selama Herdi mengantar ke Psikiater, tak pernah sekalipun Frida berbicara pada Herdi. Hanya Bu Tia saja yang mengajaknya berbicara selama perjalanan. Frida hanya diam dan membuang muka bila pandangannya bertemu dengan Herdi. Mungkin Frida masih trauma. Menurut yang Herdi dengar, gadis itu telah diperkosa oleh beberapa pemuda sehingga gadis itu depresi.
" Pak Yanto, Pak Yanto, ini kok airnya mati? Coba periksa selangnya copot enggak," teriak Frida.
Tidak ada sahutan ataupun kehadiran Pak Yanto, tukang kebun di rumah itu. Beberapa menit kemudian Herdi beranjak dari duduknya. Ia membetulkan selang yang jatuh dari krannya. Herdipun mendekati Frida.
"Selangnya copot dari krannya. Tapi sekarang sudah dibetulkan" Kata Herdi.
Frida tampak terkejut. Gadis itu tanpa berkata apa-apa langsung pergi meninggalkan tempat itu. Sudah beberapa hari Herdi mencoba mengajaknya berbicara dan sering menatap Frida di mobil melalui kaca spion, ataupun menatap Frida yang berada di dekat jendela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
auliasiamatir
kasian banget nasib mu frida
2022-09-10
0
Yudhiari Denada
😍
2022-03-25
1
mutoharoh
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
2021-06-27
1