Chapter 13 — Murid Misterius

Jam makan siang telah tiba, Lina dan Rin pergi menuju kantin, di ikuti oleh 3R, Ria, Rie, dan Roy. Lina membeli Omelet sebagai makanan siangnya sementara Rin membeli ayam goreng. Mereka bergegas menuju meja yang masih kosong dan menyantap makanan mereka.

"Yah, beruntung kita mendapatkan kursi kosong." Ria berkata selagi meletakan nasi goreng di mejanya.

"Benar juga, kupikir kantin akan ramai seperti biasanya, namun tidak terduga ini terlihat sedikit sepi." Rin setuju dengan Ria.

Sejauh ini suasana kantin tidak riuh seperti biasanya yang seramai pasar. Tahun kedua dan ketiga tidak banyak terlihat, nampaknya ada banyak hal yang sedang mereka lakukan. Dari kejauhan, Rin tidak sengaja melihat seseorang yang dia kenal sedang mencari tempat untuk duduk dan makan.

"Ah, Nico! kemarilah, masih ada satu kursi kosong di sini." Dia menunjukkan kursi kosong di sisinya. Menyadari Rin memanggilnya, Nico perlahan menghampiri mereka dan menatap tiga orang lainnya.

Wajah bagi Nico yang berasal dari kelas rendah sedikit berwaspada, karena kelas atas seperti VIP terkenal dengan diskriminasi yang mereka tunjukan. Tentu saja, Rin dan Lina merupakan pengecualian khusus.

"Ya, kalau aku tidak mengganggu kalian, bolehkah aku duduk?" Nico bertanya selagi menatap tiga orang di depan Lina dan Rin.

Tanpa banyak berkata Roy mempersilahkan Nico untuk duduk, Ria dan Rie juga nampak tidak masalah dengan itu.

"Perkenalkan, mereka adalah teman sekelasku, Ria dan Rie. Untuk pria di sana itu kau mungkin sudah mengenalnya." Lina memperkenalkan teman-temannya.

Nico mengamati pria di depannya dengan seksama, Ya, ranking 9 dari 10 rank S sskolah, Roy, benar kan? Salam kenal, aku Nico, dari kelas rendah." meski sedikit terdengar merendahkan diri sendiri, namun Roy tidak menperdulikannya.

"Ya, salam kenal juga, Nico boy. Kau tidak harus menyebutkan kelasmu, karena aku tidak perduli dengan hal itu, karena akan tampak mendiskriminasi. Jadi santai saja, boys~."

Tatapan Nico terhadap Roy menjadi sedikit aneh. Bukan karena penampilannya, melainkan logat unik milik Roy.

Ria menyela, "Namaku, Aria dan ini adikku Arie, kami saudara kembar. Kau bisa memanggilku Ria." mengikutinya, "Kau juga boleh memanggilku, Rie."

Nico sedikit terkejut dengan fakta bahwa mereka menerima dirinya dengan baik, "Ya, salam kenal. Panggil aku Nico."

Mereka saling melempar senyum satu sama lain, Lina juga bersyukur bahwa tampaknya mereka dapat menjadi teman akrab. Rin berbeda, dia justru memperhatikan bahwa Nico sedikit terlihat kelelahan dan dia juga meletakan kopi sebagai minumannya. Tidak hanya itu, Rin juga dapat melihat beberapa luka gores kecil dan memar di tubuh Nico.

"Apa kau kurang tidur, akhir-akhir ini, Nico? Kau terlihat kacau dan lemas."

"Ahh, kau menyadarinya, ya. Memang bahwa akhir-akhir ini tidurku jauh lebih sedikit dari biasanya. Di karenakan festival empat sekolah sudah dekat, aku dan clubku sibuk mempersiapkan item yang kami kerjakan." Nico mulai menguap.

"Heeh~, jadi kau berasal dari club support item. Aku juga belakangan ini sering melihat anak-anak club support item terlihat sangat sibuk. Memangnya hal apa yang sedang kalian kerjakan?" Rie bertanya dengan tertarik.

"Ya, itu akan menjadi hal terhebat, mungkin salah satu yang terhebat dari ide yang kupikirkan."

Tidak hanya Rie, Roy bahkan tampaknya mulai tertarik dengan pembahasan ini, "Jadi maksudmu hal yang sedang di kerjakan club support item adalah hasil dari pemikiranmu?"

"Ya, begitulah. Awalnya aku sendiri tidak yakin bahwa ide ini dapat di aplikasikan secara langsung, namun berkat ketua club yang memikirkan mekanismenya, ntah bagaimana kami berhasil membuatnya."

Roy memperhatikan kembali luka dan memar di sekitar tubuh Nico, "Jika di lihat dari luka yang kau terima, itu pasti karena benturan dan semacamnya. Artinya, hal yang kalian kerjakan pastinya dapat membuatmu terjatuh hingga terbentur. Sungguh menarik, menjadi monyet percobaan atas idemu sendiri, itu membuatku kagum."

"Membuat terjatuh? apakah mungkin itu semacam mobil terbang atau sejenisnya?" Ria menimpali.

"Berhentilah menebak-nebak, bukan sebuah kejutan namanya jika kalian telah mengetahuinya." Mendengar itu langsung dari Nico, Rin dan yang lainnya sedikit tertawa hingga akhirnya mereka tertawa bersama.

Nico mengalihkan topik, "Omong-omong tentang festival sekolah, lomba macam apa yang akan kalian ikuti?" Nico menatap Rin yang berada di sampingnya.

"Aku mencoba untuk mengikuti Polisi dan maling, aku sendiri cukup yakin dengan kemampuanku untuk memainkannya."

"Ah, aku dan Rie juga berada di dalam acara yang sama." Ria menambahkan.

Lina juga menyerukan lomba yang coba dia ikuti, "Aku sendiri mencalonkan untuk lari marathon. Aku cukup yakin dengan kekuatan kakiku."

Nico beralih kepada Pria yang duduk di depannya, "Kalau kau? lomba seperti apa yang coba kau ikuti, Roy?"

Roy mendesah lelah, "Aku mendaftarkan diri untuk Squad By Squad, karena paksaan dari perwakilan Kelas. Dan juga, jika aku tidak mencoba mengikutinya maka Gazef akan marah kepadaku. Sejujurnya aku tidak menyukai kekerasan semacam itu, jadi aku berharap tidak terpilih." Roy beralih kembali pada Nico, "Bagaimana dengan kau sendiri? apakah ada hal lain yang kau ikuti selain pameran club support item?"

"Aku? tentu tidak. Awalnya aku sedikit tertarik dengan sepak bola, namun karena aku wakil dari proyek yang di kerjakan club, aku tidak memiliki waktu untuk melakukan hal lain."

"Pasti berat untukmu, ya." Lina tampak prihatin karena Nico tidak dapat menikmati festival empat sekolah nantinya.

"Tidak, justru bagiku itu menyenangkan, lagipula memang ini impianku, untuk menjadi pembuat item ternama. Melakukan trial and Error, merasa kesal karena kegagalan namun kesenangan luar biasa saat berhasil adalah hal yang sangat mengadakan bagi para creator item sepertiku."

Nico nampaknya tidak perduli jika tidak memiliki kesempatan dalam lomba lainnya. Lina dan yang lain tersenyum karenanya, sampai Nico mulai mengganti pembicaraan lagi, "Ah, benar juga. Lina, mengenai Gray, berapa lama waktu skors yang di berikan kepadanya?"

"Eh? Ntahlah, aku tidak pernah menanyakan itu padanya, dia juga tidak berniat memberitahu." Lina berusaha mengelak, mana mungkin dia akan memberitahu bahwa alasan Gray di skors karena untuk menjalankan misi.

Seorang murid menengah atas yang belum mendapat penilaian rank negara menjalani sebuah misi, tentu saja akan menimbulkan kecurigaan besar terhadap identitas aslinya. Sebaik mungkin, Lina tidak boleh membeberkan hal yang merujuk ke itu.

"Begitu, ya. Aku harap dia kembali sebelum pengumpulan daftar lomba nanti." Nico bergumam selagi memakan makanannya.

"Begitulah, memangnya ada keperluan apa?"

"Ya, ntah kenapa teman sekelas berniat memasukan Gray ke dalam daftar lomba polisi dan maling atau One By One. Mereka berkata jika Gray terpilih dalam lomba mungkin itu akan mengubah evaluasi orang-orang terhadap kelas rendah."

Lina tidak terkejut akan hal itu. Seseorang dari kelas rendah mengalahkan Rank S sekolah, bahkan hal itu telah menjadi rumor di tahun-tahun lainnya. Wajar jika kelas Gray berfikir dengan Gray mengalahkan orang-orang dari kelas atas, penilaian mereka terhadap kelas bawah akan sedikit meningkat. Bahkan mungkin perlahan, diskriminasi akan terhilang kan, begitulah yang mereka pikir. Tetapi, masalahnya jauh lebih rumit dari itu.

"Yah, aku sendiri tidak terlalu perduli akan hal itu. Selama masih ada orang-orang seperti kalian di kelas atas, itu sudah cukup bagiku." Hal yang bagus untuk di dengar berasal dari Nico. Dia benar, bahwa tidak semua orang dari kelas atas mendukung diskriminasi dan suka menimbulkan konflik.

"Berbicara tentang kakak laki-laki Lina, dia adalah orang yang mengalahkan Gazef, kan? bisakah kita mendengarkan sedikit cerita tentangnya? aku tertarik dengan kekuatan dan kemampuannya." Roy mengalihkan topik.

Lina mengangguk dan mulai menceritakan kisah yang sama seperti yang dia dan Gray telah sepakati mengenai kemampuan Gray. Pembahasan mereka terus berlanjut kepada Gray sampai akhirnya mereka melihat seorang siswa pria yang menggunakan Headphone memasuki kantin hanya untuk membeli beberapa roti lapis isi daging dan setelahnya dia pergi meninggalkan kantin.

"Itu kan..." Lina bergumam selagi memandang kepergian murid itu.

"Ranking 4 dari 10 rank S sekolah, Flugel," Roy menimpali, "Di tahun pertama, mungkin dia menjadi yang terkuat, bahkan jauh di atas aku atau Rin."

Lina ingat bahwa Flugel adalah orang pertama yang meninggalkan kelas sebelumnya dan tidak berniat mengikuti lomba apapun.

"Dia selalu saja menyendiri, aku bahkan tidak pernah melihatnya berbicara dengan seseorang. Bahkan aku sulit untuk berbicara dengannya." Rin menambahkan.

Jika seseorang seperti Rin yang mudah berteman dengan siapapun sampai berkata begitu, maka itu benar bahwa Flugel adalah sosok yang sulit di dekati.

Nico menyelesaikan makanannya dan meminum kopi dinginnya, "Seperti apa kemampuannya? sepertinya aku belum pernah mendengar kabar burung tentangnya."

"Aku sendiri kurang tahu, dia bahkan belum menunjukkan kemampuannya selama di kelas VIP. Dia mungkin tipe yang tidak menyukai kekerasan sepertiku. Dari yang kudengar, kemampuannya itu setara dengan sepuluh ribu gajah." Roy menjawab pertanyaan Nico.

"Mungkinkah kemampuannya itu semacam manusia super seperti Hercules?" Nico mulai menerka-nerka. Tidak ada yang dapat terpikirkan jika itu menyangkut kekuatan sepuluh ribu gajah.

"Ya, mungkin itu benar. Namun, ntah kenapa aku merasa bahwa ada hal lain dari kemampuannya."

Sama seperti Gray yang memiliki kemampuan samar, kemampuan Flugel sendiri tidak begitu jelas dan masih memiliki misteri. Bahkan Roy sendiri ragu dengan penjelasan Lina tentang kekuatan Gray. Haha, nampaknya ada dua murid misteri di tahun pertama ini... Batin Roy.

Jam makan siang telah berakhir, dan kini sudah waktunya memasuki jam pelajaran. Lina dan yang lain berpisah dengan Nico dan pergi kembali ke kelasnya masing-masing. Tidak ada hal yang spesial di jam sore, hingga waktu menunjukan pukul tiga sore yang menandakan berakhirnya sekolah di hari ini.

Lina menempuh perjalanan seorang diri karena telah berpisah jalan dengan Rin. Lina tiba di persimpangan jalan dan sedang menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki. Tanpa di sadari, seorang pria dengan jaket hitam dan headphone berdiri di sampingnya. Orang yang di bicarakan olehnya saat istirahat, Flugel.

"Selamat sore..." Lina mencoba menyapanya. Flugel menjawabnya dengan datar, "Ya."

Meski jawabannya tidak sesuai harapan, namun bersyukur karena dia masih mau menjawab Lina. Jika di perhatikan lagi, warna kedua mata Flugel berbeda satu sama lain, yaitu merah dan biru. Apakah dia pengidap Heterocromia? Pemandangan yang sungguh langka. Karena hanya ada sedikit orang yang mengalami hal semacam itu.

Sorot mata Flugel tampak sangat bosan, seolah tidak ada hal menarik baginya, matanya sendiri tidak memancarkan kehidupan namun hal itu yang menjadi daya tariknya. Wajahnya terlihat lebih tampan jika di lihat dari dekat, bahkan mungkin melebihi Roy.

Ugh, suasananya canggung... Batin Lina. Dia tidak dapat memulai percakapan apapun dengan Flugel selain menyerah dan berharap lampunya hijau lebih cepat. Setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya lampu menghijau dan semua orang yang menunggu hendak berjalan, sampai sebuah train tetap melaju dengan kencang meski seharusnya dia berhenti. Lina menunda keberangkatan, namun dia menyadari seorang gadis kecil terburu-buru dan berlari menuju sisi lain. Ahh, dia akan tertabrak!

Lina mengulurkan tangannya, hendak menarik gadis kecil itu namun tidak akan sempat, waktu seakan melambat, antara Lina dan gadis kecil itu. Namun, dari sampingnya, sebuah bayangan hitam melesat dengan cepat dan memeluk gadis itu selagi mengulurkan tangan kanannya untuk menahan lau Truck-kun.

*Duar!

Mengejutkan, seorang siswa laki-laki menyelamatkan gadis itu dengan mengulurkan tangan kanannya dan menghentikan laju Truck-kun. Bagian depan Truck-kun hancur oleh satu uluran tangan laki-laki itu. Lina menatap gadis kecil itu yang nampak syok dan seorang yang melindunginya.

Lina bergumam, "Flugel?"

Kerumunan orang dengan cepat berkumpul di sekitar gadis kecil itu, dan dalam sesaat Flugel telah menghilang dalam keramaian. Lina mengejarnya menuju gang kecil namun dia tidak menemukan Flugel di manapun dan memutuskan untuk berhenti mencarinya.

Terpopuler

Comments

Yatooo

Yatooo

Habis baca jangan lupa tekan tombol like dong, masa gk bisa:)

2021-04-02

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!