Pada dini hari Aldi melakukan kegiatan seperti biasanya dan melatih teknik pembetukan formasi dan memperkuat efektifitasnya. Setiap hari dia selalu melatih tekniknya agar dapat digunakan oleh tubuhnya yang sekarang.
Kerja keras merupakan jalan yang ia tempuh berbeda dengan jiwanya leluhur chu yang mempunyai bakat beladiri sejak lahir. Aldi mempunyai tubuh manusia biasa tapi dengan informasi dalam ingatannya dapat memungkinkan untuk melawan bakatnya yang biasa.
“Aldi, seperti biasa kau sangat mengesankan” puji Shie yang sangat jarang berbicara apalagi memuji orang.
“Heh ada angin apa? Tiba-tiba saudaraku memujiku?” kata Aldi dengan nada mengejek.
Aldi sudah menganggapnya saudara karena mereka memiliki nama yang sama Nui sebagai marga.
"Aku membaca beberapa buku beladiri di sekolah dan mendapatkan informasi bahwa seseorang membutuhkan sebuah pengalaman bertarung jika ingin menjadi ahli," kata Shie dengan nada menantang.
Itu adalah pertama kalinya Shie merangkai kata-kata yang panjang. Aldi tidak pernah membayangkan bahwa dia menginginkan pertandingan persahabatan dengannya.
“Hoo ... baiklah maju biar kulihat bagaimana kamu berkembang” kata Aldi membalas pernyataan Shie sambil mengangkat tangan mengisyaratkan maju kapan saja.
Mereka saling memasang kuda-kuda terbaik dalam bertarung. Latihan tanding ini dilakukan untuk menambah wawasan mereka tentang beladiri. Sehingga tidak diperlukan menggunakan pukulan terkuat.
Berbicara tentang bakat Aldi tentu kalah dengan Shie yang memiliki tubuh naga. Walaupun, sekarang dia masih bisa mendominasi tapi tidak menggunakan kekuatan melainkan kecepatan dan ketepatan bergerak.
Langkah pertama di lakukan oleh Shie mencoba memukulnya kearah wajah. Sambil tersenyum dia menghindari pukulan Shie dengan menempatkan tangannya di garis serang. Menempatkan telapak tangannya merupakan bentuk defensif jika lawan merubah arah pukulannya secara mendadak.
Aldi tidak langsung menyerang balik, jika dia menyerang pertandingan akan selesai. Dia memukul tangan Shie sehingga pukulannya meleset dari jalur serangnya. Shie mundur selangkah kebelakang.
Tanpa memberikan kesempatan istirahat Aldi memajukan kaki kanannya satu langkah dan bahunya bersiap menyerang Shie. Tanpa terduga dia menggunakan gerakan tipu berpura-pura menggunakan tangan kanan ternyata dia menyerang dengan tangan kirinya.
Melihat itu Shie tidak kalah dia mencoba menyerang kearah perut Aldi mencoba merobohkan titik tumpu serangannya. Tangan kiri Aldi yang sudah dalam perjalanan menyerang tiba-tiba dia menekuk tangannya dengan dorongan kaki kiri dia berputar ke kanan menghindari serangan yang mengarah ke perut. Sehingga dia dapat menyerang dengan siku kirinya kearah pelipis kiri Shie.
“Bam” suara itu tidak keras tapi masih terasa sakit bagi Shie yang memiliki tubuh anak kecil.
Shie tersungkur ketanah.
“Aku menang” kata Aldi dengan ringan.
“Hah ternyata aku sudah kalah sejak pertama aku menyerang” kata Shie yang mencoba berdiri setelah terjatuh di tanah.
“Kamu mempunyai kekuatan yang bagus tapi kontrol mu masih kurang itu mempengaruhi kekuatanmu tidak bisa digunakan dengan maksimal” balas Aldi dengan mengulurkan tangan untuk membantu Shie berdiri.
Shie menerima bantuan dan dengan sopan berkata “Terima kasih atas bimbingannya.”
Suara tepuk tangan datang dari arah rumah.
“Aku tidak menyangka kalian berlatih beladiri di belakang rumah” kata Kakek Nui yang sedang bertepuk tangan.
Setelah membantu Shie berdiri Aldi berkata “Kakek kamu sudah bangun.”
“Tentu sebagai orang yang sehat aku harus bangun lebih pagi” jawab kakek Nui sambil tertawa.
“Benar sekali, Kek” kata Shie membuat 2 orang lainnya secara bersamaan memandangnya.
Mereka tertawa bersama tidak berasa matahari sudah bersinar. Ada sebuah mobil membunyikan klaksonnya.
“Apa ini rumah Aldi?” sopir itu bertanya.
“Dengan aku sendiri, apa ini pengiriman dari peternakan kebonsari?” Aldi bertanya balik.
“Yah ini akan ditaruh mana?” kata sopir sambil membuka pintu mobilnya.
Melihat ayah dan pakannya Aldi berkata dengan sopan "Turunkan saja di halaman ini."
Setelah mereka memindahkan semua bahan dan ayamnya sopir itu berpamitan untuk kembali. Menerima barang-barang itu Aldi berinisiatif langsung membangun kandang ayam yang terletak disebelah rumah. Dia membuat air dan kotoran ayam dapat dimanfaatkan sebagai pukuk organik.
2 jam terlah berlalu akhirnya kandang ayam telah selesai, dibantu oleh Kakek Nui dan Shie.
“Akhirnya selesai, mari masukkan ayamnya dengan posisi ini” kata Aldi yang memasukkan ayamnya dengan posisi yang di tentukan.
“Kenapa kamu membeli ayam?” tanya kek Nui dengan wajah bingung.
“Ayam bertelur merupakan jenis bisnis yang cukup menjanjikan” jawab Aldi dengan tersenyum.
“Dengan modal 2 perak bisa kembali dengan 1 bulan penjualan telur dengan syarat setiap hari semua telur terjual” lanjut jelas Aldi.
“Baiklah, lakukan yang menurutmu baik jangan memaksakan dirimu” kata kakek Nui dengan senyum ringan di wajahnya.
“Bukankah kalian akan pergi ke sekolah?” lanjut kakek Nui.
“Iya, Kek. Kemarin ketika kita berangkat jam 7 pagi tidak ada murid yang mengikuti penjelasan kecuali 1 orang, banyak mereka berangkat jam 9 pagi” jawab Aldi dengan mengangkat sedikit bahunya mengisyaratkan dia tidak tau apa yang terjadi.
“Baiklah setelah kita sarapan kalian akan berangkat sekolah” kata kakek Nui.
Sampai disekolah Aldi dan Shie mencoba mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Pelajaran yang disampaikan adalah Biologi tentang tubuh manusia. Tidak ada yang lebih tahu dibandingkan dengannya ketika menyangkut ilmu makhluk hidup. Jadi dengan santai Aldi tampak mengabaikan pelajaran itu berbeda dengan Shie yang fokus untuk belajar.
Setelah bel istirahat kedua berbunyi tiba-tiba ada yang mendatangi mereka di kelas.
“Wow, anak ular datang ke sekolah?” suara terdengar dari pintu masuk ruang kelas.
Tatapan Shie seperti seseorang yang memiliki dendam yang mendalam ke anak itu
“Siapa dia Shie?” kata Aldi.
“Brune anak yang dulu tinggal di panti asuhan sekarang sudah diadopsi oleh orang desa” jawab Shie.
“Haha, aku diadopsi karena normal dan mempunyai bakat yang ditunggu oleh mereka sedang kan kamu? Haha” kata Brune dengan ketawa yang jahat.
“Lihatlah teman-teman dia adalah anak ular” Brune berbicara dengan temannya di belakang.
“Kenapa kamu menyebutnya anak ular?” anak perempuan disebelah Brune bertanya.
“Kamu tidak tau Elisabeth? Di punggung dia mempunyai sisik ular yang mengerikan, jadi dia sekarang masih di panti asuhan sendiri” jelas Brune dengan nada penuh ejekan.
“Hah.. benarkah?” Elisabeth dengan terkejut melangkah kebelakang.
“Roy kamu juga anak yang dulu bermain di panti asuhan harusnya kamu tahu?” kata Brune dengan nada provokasi
“Hoo ... aku tidak tau apa yang membuatnya berani datang ke sekolah?” jawab Roy.
“Tentu untuk bahan pembicaraan anak sekolah, haha” mereka bertiga tertawa dengan keras sampai semua teman sekelasnya mendengar pembicaraan itu.
“Apa benar yang dikatakan mereka?”
“Jangan mudah percaya Brune dan Roy anak yang sering membuat onar.”
“Tapi kalau benar itu akan menjadi topik yang hangat.”
“Aku percaya dengan Brune karena aku mempunyai seorang teman yang dulu tinggal di panti asuhan desa.”
Para murid berbincang dengan kelompok teman mereka.
Tangan Shie mengepal keras tiba-tiba Aldi memegang pundaknya dan menggelengkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 324 Episodes
Comments
Sang M
bantaiii aja.....
2024-04-18
0
Bagus Prakoso
pupuk thor?
2024-04-16
0
John Singgih
tukang rusuh tengah berulah
2022-11-27
0