RETAK [05]

Happy Reading🥀

Rate

Like

Comment

Vote

...Secara tidak sengaja Tuhan mempertemukan dua insan yang saling membenci namun terkadang takdir selalu mempertemukannya dengan cara apapun. ...

...-Kenneth Aditya-...

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 16.55, semua murid yang ada di sekolah sudah dipulangkan kerumahnya masing-masing, bahkan Sherin dan Celine baru saja di jemput oleh supirnya. Sedangkan Iris masih menunggu jemputan nya yang tak kunjung datang.

Sedangkan perkelahian antara gangster Xlovenos dan SMA Brawijaya sudah selesai, karena SMA Brawijaya langsung melarikan diri ketika para guru dan kepala sekolah datang.

"Ish, mang Apri mana sih?!" tanya Iris kesal pada dirinya sendiri. Iris adalah orang yang penakut, dia bisa saja langsung lari secepat kilat jika ada suara aneh yang muncul.

"Lo udah buat semuanya hancur!" teriak seseorang yang entah darimana, suaranya terdengar sama-sama di telinga Iris.

Iris langsung melihat kesana kemari, tidak ada orang sama sekali di sekolahnya ini. Dia mulai agak waspada jika ada sesuatu yang terjadi.

"Lo gak nyadar, semua ini karna ulah lo sendiri!" teriak seseorang yang suaranya terdengar familiar.

Duh, Siapa sih yang ribut, mana gak ada orang lagi, Iris lari aja kali ya? tanya Iris dalam hati sambil berancang-ancang untuk berlari sekencang mungkin.

BRUK...

Namun, saat Iris ingin melangkahkan kakinya, ada suara yang membuat langkahnya terhenti.

Aduh, itu suara apaan lagi? Lari atau jangan ya? tanya Iris dalam hati sambil celingukan.

Masa iya Iris harus lari, orang itu lagi butuh bantuan. ucap Iris dalam hati.

"Lo nantang gue?!" teriak seseorang yang semakin terdengar jelas di telinga Iris.

"Gue gak nantang, Lo sendiri yang datang sendiri kesini!" bentak seseorang.

Iris mulai penasaran dengan orang yang saling beradu mulut itu, sampai dia tak menyadari bahwa kakinya sudah melangkah mendekat ke sumber suara.

BUGH.

Iris melihat ada 3 orang pria yang memakai seragam SMA Brawijaya bersama dengan 1 orang pria yang seragamnya sama dengan yang Iris gunakan, orang tersebut sedang membelakanginya namun jika dilihat dari gestur tubuhnya, Iris mengenali orang tersebut.

Iris sedang bersembunyi dibalik tanaman yang membuat tubuhnya tidak terlihat oleh siapapun.

Kayaknya Iris kenal orang itu.

BUGH.

Satu pukulan mendarat di wajah orang yang sedang membelakangi Iris. Orang tersebut menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Haiden.

"Beraninya keroyokan doang." ucap Haiden.

BUGH.

Satu pukulan mendarat di pipi orang yang telah memukul Haiden.

BUGH. BUGH. BUGH. BUGH. BUGH.

Iris melihat secara bersamaan ketiga orang berseragam SMA Brawijaya itu memukul Haiden tanpa ampun, sampai Haiden tak bisa berdiri.

"Lemah!" ucap salah orang yang saat ini berada di hadapan Haiden.

Orang tersebut mengambil kerah baju Haiden dan mengangkatnya secara paksa.

BUGH. BUGH.

Pria tersebut terus melayangkan tinjuannya tanpa memberikan kesempatan untuk Haiden berbicara, darahnya sudah banyak mengalir dari hidung dan pelipisnya.

Tanpa berpikir panjang Iris melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah Haiden yang sudah terluka parah, dirinya tidak memperdulikan risiko yang akan dihadapinya.

"Stop!!" teriak Iris.

"Wih ada cewe bos." ucap seorang lelaki.

Haiden yang sudah terluka parah itu langsung melihat kearah Iris.

"Lo berani sama cewek?" tanya Iris dengan suara lantang.

"Nantangin." jawab orang yang sedang mencekal kerah baju Haiden.

"Siapa yang nantangin?" tanya Iris.

"Bener-bener ini cewek." jawab orang yang kini sudah berada di hadapan Iris.

"Ris, pergi sekarang." ucap Haiden dengan terbata-bata. Iris tidak mendengar perkataan Haiden, meskipun dihatinya ada rasa takut dengan sebisa mungkin dia menutupi semua itu dengan keangkuhannya dan rasa kesal yang sudah memuncak.

"Ternyata yang lemah itu lo!" ujar Iris dengan tatapan yang tajam tanpa rasa takut.

"Kalo lo bukan cewek, gue habisin sekarang juga!" ucap lelaki tersebut sambil menunjuk Iris.

Keberanian Iris terkumpul ketika melihat Haiden yang sudah tidak berdaya di hadapannya.

"Kalo gue cowok, gue gak bakal main keroyokan!" bentak Iris sambil menurunkan jari telunjuk lelaki tersebut dari wajahnya.

Namun saat lelaki tersebut ingin membalas perkataan Iris ada suara mobil yang masuk ke sekolah.

"Non Iris." panggil seseorang.

Itu pasti Mang Apri. Ya ampun Mang makasih udah datang di waktu yang tepat.

"Urusan lo sama gue belum beres." ucap lelaki sambil menunjuk kearah Haiden dan menatap kearah Iris.

Ke tiga pria tersebut langsung pergi dari tempat tersebut. Iris langsung berlari kearah Haiden yang sudah mulai lemas dan banyak mengeluarkan darah.

"Haiden." panggil Iris sambil menaruh kepala Haiden ke pangkuannya.

"Makasih." ucap Haiden dengan mata yang mulai terpejam.

"Haiden, buka mata lo." ucap Iris sambil menepuk pelan pipi Haiden. Namun Haiden malah memajamkan matanya diatas pangkuan Iris.

"Mang Apri!!" teriak Iris.

"Non Iris, Siapa dia?" tanya Mang Apri yang datang dari arah samping.

"Gak usah tanya-tanya dulu Mang. Bantuin Iris, bawa dia kerumah sakit sekarang." jawab Iris.

Tanpa berpikir panjang Mang Apri langsung mengangkat Haiden untuk segera dilarikan kerumah sakit. Di ikuti Iris dengan seragam yang telah dipenuhi oleh darah Haiden.

...----------------...

Sesampainya di mobil Iris menidurkan Haiden di pangkuannya.

"Haiden." panggil Iris sambil menepuk pelan pipi Haiden. Namun Haiden tak kunjung membuka matanya.

"Iris harus telpon keluarganya." ucap Iris.

Dia mengambil ponsel milik Haiden yang berada di dalam tasnya . Iris mencoba untuk menghubungi keluarga Haiden tapi, dia tidak tahu password ponsel Haiden.

"Masa iya Iris harus disana terus." ujar Iris.

DDRTTT.. DDRTTT..

Namun tak lama kemudian ponsel milik Haiden bergetar di tangan Iris, dia melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut.

Zhein.

Tanpa berpikir panjang Iris langsung mengangkat telpon dari Zhein.

...Di telpon...

Halo, Zhein, Ini gue Iris.

Kenapa handphone Haiden ada di lo?

Itu bukan hal yang penting. Pokoknya lo sekarang harus ke rumah sakit Cempaka Putih.

Kenapa?

Pokoknya lo harus kesana, gue jelasin semuanya disana

Jangan-jangan lo lagi culik Haiden?

Heh. Kalau ngomong di jaga. Dasar cowok nyebelin! Pokoknya sekarang lo kesana!

Tut..

Iris memutuskan sambungan secara sepihak tanpa menunggu jawab dari Zhein.

"Untung gue lagi butuh lo, kalau engga udah gue pites-pites lo! Dasar cowok nyebelin!" teriak Iris dengan amarahnya yang memuncak.

"Hati-hati Non, nanti malah jadi jatuh cinta." ucap Mang Apri sambil tersenyum.

"Mang Apri apaan sih, Iris gak mungkin suka sama cowok rese yang kayak gitu." ujar Iris.

"Non ke rumah mau pake seragam kayak gitu?" tanya Mang Apri.

Iris langsung melihat kearah seragamnya yang penuh dengan tetesan darah Haiden.

"Nanti pas udah nyampe ke rumah sakit, Mang Apri tolong beliin Iris seragam baru ya." jawab Iris sambil cengengesan.

"Hadeuh, Iya Non." ucap Mang Apri sambil menggelengkan kepalanya.

...----------------...

Saat ini Iris sudah sampai di rumah sakit, dia sedang menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan Haiden yang terluka. Dadanya terasa sesak, tangan dan kakinya gemetar dan lemas melihat darah yang ada di seragam Iris.

"Iris." panggil seseorang.

Zhein. ucap Iris dalam hati sambil berlari kearah Zhein dan secara refleks Iris memeluk Zhein.

Sedangkan Zhein hanya diam mematung tanpa membalas pelukan Iris yang secara tiba-tiba. Hingga 5 menit telah berlalu, Iris tersadar dari perlakuannya yang memeluk Zhein.

"Sorry." ucap Iris sambil melepaskan pelukannya dan menundukkan kepalanya, Zhein hanya tersenyum melihat Iris yang salah tingkah, hingga dia tersadar bahwa baju seragam milik Iris banyak di penuhi darah.

"Baju lo?" tanya Zhein.

"Keluarga pasien?" tanya seorang perawat yang keluar dari ruangan.

"Saya dok." jawab Zhein.

"Dokter meminta agar tunggu di ruangannya. Ada beberapa hal yang ingin di bicarakan. Mari saya antar." ucap perawat tersebut sambil berlalu pergi, diikuti dengan Zhein.

Iris masih menatap punggung Zhein dengan tatapan yang sulit diartikan. Sampai dia tidak menyadari ada seseorang yang ikut bersama Zhein.

"Hai." ucap orang tersebut. Iris terlonjak kaget mendengar ada seseorang yang berbicara dibelakangnya.

"Lo siapa?" tanya Iris.

"Gue Kenneth Aditya." jawab orang yang baru saja menyapa Iris sambil mengulurkan tangannya.

"Iris." ucap Iris sambil menerima uluran tangan tersebut.

"Panggil aja Ken." ujar Kenneth sembari mendudukkan dirinya di kursi.

"Lo udah kenal sama Haiden?" tanya Kenneth.

"Baru tadi pagi, dia nolongin gue." jawab Iris.

"Zhein?" tanya Kenneth.

"Baru tadi siang." jawab Iris.

"Yang gue tau selama ini Haiden gak pernah tertarik buat bantuin perempuan kecuali orang terdekatnya." ucap Kenneth.

"Mungkin Tuhan lagi baik sama Iris hari ini." ujar Iris.

"Maybe." ucap Kenneth sambil tersenyum penuh arti.

"Dan satu hal lagi, belum ada perempuan lain yang bahkan dia gak kenal sama sekali ngebolehin tubuhnya buat dipeluk dalam waktu yang selama tadi." sambung Kenneth.

Terpopuler

Comments

Matthias Von Herhardt

Matthias Von Herhardt

Embat ajaaaa dua2nya Haiden atau Zhein 😁😁😁😁😁😁😁😁😁 hahaaa

2023-11-04

0

erma _roviko

erma _roviko

aku mampir thor, dapat salam dari "𝙎𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙢𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙤𝙣𝙖𝙧 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖" 😊

2021-07-29

1

achaaa_AlisyaJeslynchaniago

achaaa_AlisyaJeslynchaniago

udah lah dua dua nya aja.... wkwkwkwkk🤣🤣🤣🤣🤣

2021-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!