Ancaman (2)

Identitasnya sudah terbongkar, sehingga membuat An segera bertindak.

Kini giliran An yang membekuk Manda, memiting tangannya kebelakang seperti apa yang ia alami tadi.

"Aaaaaaa!! An, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, ada apa denganmu?"

"Hahaha, bagaimana jika kita melakukan barter?"

"Apa maksudmu?"

"Mudah, kau hanya perlu menyuntikan obat ini ke tubuh nona muda yang jelek dan norak itu."

"Apa? Kau gila An, apa yang mebuatmu jadi seperti ini?"

"Kau dan Alister telah melenyapkan pak tua itu, sungguh kalian telah mempermudah pekerjaanku. Di dunia ini hanya aku yang pantas mendampinginya."

"Kau gila An, aku pasti akan menghalangi mu."

"Sungguh? Haha..." dia terbahak seperti hidup tanpa beban, "Setelah menyingkirkan nona jelek itu, lalu aku akan menyingkirkan wanita yang bernama Leony. Sungguh di dunia ini hanya aku yang pantas bersama tuan muda."

"Dasar syaraf! Kehaluan mu telah membuat otak mu tak bersinergi dengan baik."

Sekuat tenaga Manda memutar tubuhnya, melepaskan diri dari cengkeraman An, lalu mendorongnya dengan kuat.

Manda berlari hampir mencapai pintu, namun langkahnya terhenti.

"Jika kau membuka pintu, maka rumah adikmu akan menjadi lautan darah!"

Dari mana An mengetahui rumah adiknya? Sejauh ini Manda telah merahasiakan identitasnya termasuk asal usulnya dengan rapat.

"Kau memang gila -"

"Ya, anggap saja aku gila. Lalu kau mau apa?" An melemparkannya sebuah suntikan kecil, "Ambil, dan suntikan cairan obat itu ke tubuhnya... maka aku akan membebaskan adikmu dari orang-orang ku."

Manda diam tak bergeming, sampai pada akhirnya An memperlihatkan video di layar hpnya.

"Kakak, Kakak, tolong aku, kak," lelaki kecil berusia sepuluh tahun itu, pun, menangis ketakutan.

"Lepaskan adikku -"

An menyeringai seraya mematikan layar hpnya, "Mudah saja, kau hanya perlu melakukan apa yang ku pinta."

Kedua tangan Manda terkepal erat, ini sudah seperti buah simalakama untuknya.

"Lima detik untuk berpikir, karena kau tak mungkin membiarkan mereka mencurigai mu yang berada selama ini di dalam toilet, kan? Hm?"

An menaikan satu alisnya, "Waktu mu habis -" ah dia menyeringai senang saat Manda memungut suntikan yang jatuh di bawah kakinya, "Tidak salah jika tuan muda memilihmu, kau memang pelayan yang sangat penurut ya?"

Aku tak akan membiarkan menguasai tuan muda, atau pun memisahkan mereka berdua.

An mendekat dan menempelkan sesuatu di baju Manda, tanpa sepengetahuan gadis itu.

"Lakukan tugasmu dengan benar, karena aku memiliki seribu mata dan juga telinga yang tersebar di manapun, Amanda!" seringaiannya sungguh membuat Manda geram tak karuan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sekembalinya Manda dari toilet dia pun bersikap biasa, "Maaf semuanya membuat lama menunggu, tadi perut saya sakit..."

"Tak masalah, ayo kita pulang," ajak Embun sambil memeluk boneka jerapahnya, bahkan ia juga memberikan senyuman manisnya membuat Manda tak kuasa ingin mengadu.

Lalu Manda menatap Alister yang ditangannya sudah ada tiga boneka lucu, dia pun mengangguk, "Baik nona, ayo."

Menghabiskan sepanjang siang dengan bermain boneka japit bersama orang-orang yang baik, membuat Manda begitu bingung.

Di dalam mobil yang melaju sedang itu, Manda meminta kepada Alister untuk singgah ke apotek.

"Tuan, bisakah singgah sebentar di apotek? Ada sesuatu yang ingin saya beli."

"Manda, kau sakit?" tanya Embun dengan khawatir.

"Tidak nona, hanya saja saya perlu membeli suatu kebutuhan seorang wanita."

"Oh, sekretaris Al ayo tambah lagi kecepatan mobilnya."

Alister mengangguk, "Baik, nona."

"Santai saja, jangan terlalu ngebut. Kau sedang membawa wanita hamil, ingat itu!" protes Rendra.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***