Bab 2

Jangan Ganggu Aku

"Apapun yang kita lakukan semua orang akan tetap menilai semau mereka. Komentar ini komentar itu. Maka, biarkan saja orang orang sibuk berkomentar. Kita memilih fokus terus berusaha. Jangan buat kita selevel dengan mereka." Ucapan yang terdengar dari mulut Kakakku Nabilah

"Tapi aku bingung aku harus bagaimana seandainya kau ada disini aku pasti tak akan kesepian" Ucapku polos

Saat itu aku sedang berbicara dengan Kakak ku Nabila di telepon. Kakakku Nabilah adalah seorang dokter gigi di salah satu klinik di kota Jakarta, ia dia sudah menikah sedangkan aku selalu mengganggunya aku selalu saja menelponnya untuk masalah yang sedang aku alami. Kini dia telah berubah dia kini telah berumah tangga dan sibuk dengan urusannya, tapi aku malah selalu curhat ke dia mulu.

"Entah bagaimana untuk kesekian kalinya aku katakan, berhentilah melakukan hal-hal yang tidak baik dan juga jangan lupa untuk minum obatmu!" Ujar Kakakku

"Aku sangat mengkhawatirkan dirimu tetapi aku juga tidak bisa terus seperti ini, kamu telah dewasa belajarlah untuk lebih bijaksana" Ucapnya

"Baiklah" Ucapku

"Jadilah anak yang baik sekolah yang benar!" Ucap Kakakku

Rasanya sulit bagiku menjalani semuanya, ragaku seperti melayang-layang di awan dan juga aku sering melamun sendiri. Entahlah apa aku ini bodoh, atau aku memang tak layak untuk hidup semuanya seolah-olah membawaku kepada setiap hal yang mengancamku dan menakutiku untuk melangkah ke depan. Suatu masa karna aku merasa takut dan aku sering bermasalah di sekolah akhirnya orang tuaku membawaku ke sebuah klinik psikiater. Ya jiwa ku rasanya terganggu dan juga banyak hal yang sudah aku alami kejadian-kejadian yang menyakitkan yang membawaku rasanya pahit dan getir hidup ini ingin rasanya aku bunuh diri. Keputusasaan yang pernah aku alami membuat aku mberada di suatu kondisi mental yang membuatku takut dan tak berani keluar rumah hingga akhirnya aku sempat tak masuk-masuk sekolah meski begitu banyak pula kawan-kawan ku yang menjenguk ku tetapi aku tidak ingin bertemu dengan siapapun.

"Callista apa yang kami lakukan ini ada Naura, Irfan dan yang lain menjenguk!" Ujar Ibuku

"Aku tak ingin bertemu dengan mereka, suruh mereka pergi dari rumahku aku tak ingin melihat wajah mereka!" Ucapku dengan nada keras

Kemudian aku masuk ke dalam kamar sambil menutup pintu dengan keras.

Gubrak!!!!

"Maaf ya nak!" Ujar Ibuku

"Iya gak apa-apa kok Bu!" Ucap Naura

Akhirnya Naura, Irfan dan yang lainnya pun pulang

Aku hanya bisa menatap mereka dari jendela, meski begitu hatiku masih terasa sakit.

Aku Callista aku memang tak seberuntung mereka, aku memang punya kekurangan terutama karena aku seorang anak yang sangat sulit berfikir sehingga aku juga tinggal kelas, dan di tambah lagi karena aku pemalu hingga tak banyak teman yang aku miliki. Beruntung Naura masih mau menganggap ku teman meski dia juga sikapnya sangat arogan walaupun dia cantik, dan dia mempunyai banyak teman berbeda dengan ku yang sulit bergaul. Aku manja, aku ceroboh dan aku tak bisa apa-apa.

"Sebenarnya apa sih yang terjadi sama kamu, ceita dong sama ibu!" Ujar ibuku

Aku tak mampu bercerita, kemudian aku memeluk ibuku. Dia memberikan aku pelukan yang sangat hangat, aku tak bisa berdiri dan juga aku terluka aku malang tapi pelukan yang dia berikan seakan-akan melindungi ku dari sikap dan juga dari orang-orang yang jahat padaku.

"Aku sayang ibu" Ucapku sambil meneteskan air mata

Ibuku pun juga begitu satu demi satu air mata menetes dan juga sayup gemuruh hujan terdengar. Rasanya aku tak bisa hidup tanpa ibuku, sejak kecil aku selalu dituntun oleh nya aku memang tak bisa apa-apa.

"Sudahlah nak, ibu mengerti dengan setiap apa yang kamu alami. Tapi kalau kamu seperti itu terus bagaimana kamu bisa maju, sudahlah nak hapus air matamu" Ucap Ibuku

Rasanya dengan setiap perlakuan yang pernah aku lakukan padanya, apa aku masih bisa bilang maaf ke ibuku. Rasanya kata maaf itu saja tak cukup. Oh Tuhan mengapa bertubi-tubi kau berikan guncangan kepadaku.

Pagi itu sang fajar bersinar cahaya memberikan penerangan dikala pagi datang dan memberikan kehangatan dijiwa untuk siap mengarungi pagi yang cerah, meski awalnya aku merasa tak semangat. Akhirnya aku mencoba untuk optimis menjalani hidupku, dan aku berharap hari ini adalah hari yang terbaik dibandingkan hari-hari sebelumnya.

"Aku berangkat ya ayah, ibu!" Ujarku sembari salaman

Ibu dan ayahku pun mencium pipiku

"Kamu berani jalan sendiri?" Ujar Ayahku

"Berani kok!" Ujarku

"Sudah biarkan dia sedang semangat gitu!" Ujar ibuku

Entah pagi ini serasa angin yang berhembus menerpaku seolah-olah memberikan aku kekuatan untuk menjalani hari-hari ku. Aku pun pergi sekolah dengan menggunakan angkutan umum yang biasa melewati rute sekolah ku. Saat di sana aku bertemu dengan Nanda yaitu teman sekelasku mesi begitu aku dan dia tidak banyak mengobrol kita hanya tersenyum dan saling menyapa saja.

Entah sampai di sekolah aku malah diliatin banyak orang di sekolah, aku merasa seperti artis saja.

"Hmmm kenapa sih mereka melihat ku sampai sebegitu nya" ujarku dalam hati

"Ehh itu kan Callista!" Ujar teman ku

"Eh iya bukannya iya!" Ucap yang lainnya

Seperti nya aku merasa masuk ke dalam suatu tempat dimana orang-orang nya sedang menatap ku seolah-olah aku ini musuh mereka, apa ini karna aku terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan ya? Atau aku saja yang terlalu terbawa perasaan? Entahlah.

Belum sampai kelas tiba-tiba ada seorang cowok mencegatku di dekat koridor sekolah.

"Callista, kamu kemana saja aku tak pernah melihat mu?" Tanyanya

Hmmm, aku kira siapa ternyata Raka, dia cowok yang paling menyebalkan yang ku kenal meski begitu dia tak membiarkan aku lewat.

"Awas aku mau lewat!" Ujar ku

"Kamu kenapa?" Tanya Raka lagi

"Aku gak mau hubungan aku dan Naura jadi berantakan cuma gara-gara cowok aneh kayak kamu!" Ucapku

"Memang nya ada apa?" Tanyanya lagi

"Sudahlah aku mau ke kelas minggir!" Ucapku

Entah apa yang dia lakukan, membuat pagi ku jadi berantakan saja.

Nampaknya setelah semua hal yang terjadi aku hanya bisa membisu dan bertanya terhadap diriku sendiri sebenarnya apa yang telah terjadi, aku hanya bisa bertanya terhadap diriku sendiri aku hanya dapat bertanya terhadap rumput yang bergoyang meski sesungguhnya aku bukanlah orang yang mampu menafikan setiap godaan yang datang dan juga aku tak mengerti sebenarnya aku ini siapa dan untuk apa aku hidup, rasanya seperti segala sesuatu telah dikendalikan tapi entah oleh siapa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!