Malaikat Penjaga Dan Gadis Indigo

Malaikat Penjaga Dan Gadis Indigo

Bab 1

Di Balik Jendela Kamar Ku

"Hai Callista ini aku apa kamu masih mengenal diriku?" Tanya seorang laki-laki berparas tampan

"Siapa kamu?" Tanya ku

"Aku adalah pelindungmu, aku disini ada untukmu dan untuk melindungimu" Jawabnya

Entah kenapa dia sangat aneh mengapa dia mengikuti ku terus aku sampai geram dibuatnya, ditambah lagi di jawabannya bahwa dia adalah pelindung ku? Sebenarnya siapa dia dan juga sebenarnya aku ini siapa?

Aku iri dengan ribuan bintang di atas langit yang memberikan cahaya indah dilangit kala malam datang, keindahannya seperti memberikan cerita indah baru tentang kehidupan. Rasanya aku lelah aku tak kuat dan mampu bertahan meski aku sesungguhnya merasa mengantuk dan ingin rasanya menutup mataku namun rasanya raga ini berkata tak sanggup untuk istirahat kala malam itu, meski aku sendiri tergoyah karena lelap tapi mengapa aku tak mampu jua. Aku lelah dan sepertinya aku kehilangan kesadaranku, semuany seperti mengganggu hidupku, rasanya aku ingin bertanya tapi pada siapa dan ingin rasanya aku melupakan masa lalu tapi aku tak mampu. Rasanya ini seperti sebuah cerita yang terukir, aku ingin melewati semuanya dengan kebijaksanaan dan berusaha mendewasakan diri tetapi aku sadar aku tak mampu dan mungkin aku bukanlah siapa-siapa. Teori kehidupan ini seperti memberikan aku nyawa dalam kehidupan, aku mencari tahu siapakah diriku sesungguhnya, kenapa aku dilahirkan, dan mengapa semua bisa terjadi seolah-olah ini semua adalah karunia yang Tuhan berikan kepadaku. Tapi nyatanya aku bukan siapa-siapa, aku hanya manusia yang tak lepas dari rasa suka dan juga duka ingin rasanya aku bahagia tapi aku sadar kehidupan ini tak semudah itu tak mungkin kebahagiaan dapat di raih dengan cuma-cuma.

Rasanya hembusan dan Kilauan cahaya seolah masuk dalam tubuhku, aku pun gemetar tubuhku seolah-olah melayang, entah apa yang aku hadapi dan taksir apa yang telah terjadi pada diriku. Aku mencoba berhenti di perhentian malam, aku hanya bisa menangis dan aku tak mampu untuk bertanya. Aku ini siapa dan kenapa? Semua seperti seolah-olah berubah apa aku ini hilang kesadaran.

Walaupun begitu secerca indah langit di angsa seolah memberi aku kekuatan tuk bangkit dari setiap kegelisahan yang aku alami meski sakit dan juga sulit, rasanya seperti aku mengkhayal dan mencoba berjalan. Apa ini hanya fatamorgana? Atau keindahannya hanya sementara atau akan terjadi selama-lamanya. Disisi lain adakah senyuman yang dapat aku jumpai apa mata ini buta, ini layaknya kisah cinta meski di kegelapan malam rasanya ingin kembali terlahir menjadi lebih baik dari sebelumnya. Setiap hembusan nafasku aku selalu menanti di manakah cinta sejati dimanakah seseorang yang dapat menemaniku dikala suka maupun duka.

Sebenarnya apa yang terjadi pada diriku?

Segalanya terjadi begitu saja cerita hidupku seperti tak mudah seperti kisah pelik, pilu dan berbagai hal yang membuatku belajar dari setiap kesalahan dan juga kepedihan yang pernah aku alami.

Aku pun selalu bertanya dibenakku, apa yang akan terjadi selanjutnya rasanya hari ini seperti bening tak terlihat dan memancarkan kebahagiaan meski aku bertanya kembali apa mungkin esok juga bahagia?. Rasanya semuanya tak pasti meski menakutkan aku mencoba mensyukurinya dan melewatinya dengan senyuman. Meski aku sadar aku bagaikan seekor burung yang berada di sangkarnya rasanya aku ingin terbang dan juga lepas terbebas dari setiap permasalahan yang aku alami tapi apakah itu mungkin terjadi? dan mungkinkah aku mampu tersenyum kembali hari esok?

"Berhentilah untuk mengalahkan dirimu sendiri" Ujar Ayahku

"Tetapi anak ini tak bersalah dia tak ada sangkut pautnya dengan masalah ku dan dirimu" Ungkap Ibuku

"Tapi semua ini bisa kita bicarakan baik-baik tak usahlah kamu berbicara sekeras itu" Ucap Ayahku

Seperti biasa aku selalu melihat pemandangan yang tak asing lagi setiap hari mereka berdua selalu bertengkar seperti menganggap aku tak ada, aku cuma bisa terdiam dan berupaya menutupi setiap ketakutan dan juga emosi yang aku rasakan meski berat tapi aku tak mampu melakukan apa-apa.

"Callista!" Ujar Ibuku sembari mengusap air matanya

"Kamu sudah pulang nak!" Ucap ayahku dengan nada sendu sembari menutupi kesedihannya

Sudahlah rasanya aku ingin mati saja, jika terus menerus melihat mereka berdua bertengkar seperti itu.

"Aku ingin ke kamar ku!" Ucapku sambil naik ke atas yaitu lantai dua tempat kamarku berada.

Hari itu aku baru pulang sekolah dan masih letih dan juga lelah ingin rasanya berbaring di tempat tidurku. Saat itu ibuku ingin mengejar ku dan juga memegang pundak ku seraya ingin memeluk ku.

"Sudahlah" Ujarku sambil melepaskan tangan ibuku

"Sudahlah biarkan dia istirahat dulu" Ujar ayahku

Sepulang sekolah seperti biasa aku melihat pemandangan yang tak menarik, setiap hari ayah dan ibuku hanya bertengkar. Aku rasanya lelah melihat mereka berdua selalu bertengkar aku tak tahu harus bagaimana dan sementara itu aku hanya bisa termenung meratapi nasib diriku. Ayahku adalah seorang dokter sementara ibuku adalah seorang ibu rumahtangga, entah mengapa aku merasa banyak hal yang aneh dan mengganjal dalam hidupku. Dan sebenarnya aku ini siapa? Dan apa mungkin mereka erdua bukan orang tuaku?. Mengapa aku jadi terusik dengan setiap hal yang terjadi di rumah ini, rumah yang besar megah dan mewah dan di lengkapi kolam berenang di dalamnya. Bukannya aku bahagia tapi rasanya kemewahan dan juga kemegahan ini tidak membawaku kepada kebahagiaan.

Aku sama sekali tak mengerti dan juga tak faham, aku adalah Callista seorang anak yang masih berusia 15 tahun dan kini aku sedang bersekolah di SMA Negri 2 Bandung.

Kemudian saat aku sedang istirahat dikamar sambil mengganti pakaian, aku mendengar suara seseorang mengetuk pintu kamarku.

Tok... Tok...tok...

"Buka pintunya nak, ini ibu!" Ujar Ibuku

"Ada apaan sih!" Ujar ku sambil marah dan merenggut

"Callista apa kamu sudah makan?" Tanya Ibuku dengan nada lembut

"Belum" Ucapku

"Makan yuk bareng ibu" Ujar ibuku

"Aku tidak lapar" Ucapku

"Wajah kamu kenapa kok sedikit lebam?" Tanya ibuku

"Tidak apa-apa" Ujarku

"Sudah keluar sana aku mau mandi dulu!" Ucapku sambil mendorong ibuku

"Kenapa kok kamu!" Ujar ibuku

"Sudahlah, lebih baik ibu keluar dari kamar ku aku capek pengen tidur!" Ujar ku dengan nada tinggi

Kemudian ibuku pun keluar dari kamarku dengan wajah yang pucat pasih.

"Tak biasanya Callista bersikap seperti itu padaku!" Ujar ibuku dalam hati

Entahlah apa yang terjadi kepadaku kenapa aku melakukan itu semua, padahal aku bukan orang yang seperti itu. Kenapa ? Dan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku rasanya aku meronta-ronta dan mungkin apa karna aku terlalu banyak fikiran dan capek di tambah lagi ternyata ibuku menyadari kalau wajahku lebam, padahal wajah lebamku ini karena aku habis bertengkar dengan Naura teman sekelas ku dia adalah sahabatku dan juga teman sebangku namun banyak hal yang terjadi sehingga menyebabkan hubungan antara aku dan juga Naura tidak harmonis.

"Sebenarnya apa sih yang ingin Lo lakuin? Lo sengaja yah naruh racun di makanan Gue!" Ungkap Naura sambil membentak-bentak aku

"Kamu ngomong apa sih aku gak ngerti!" Ucapku

"Jangan belaga sok polos deh Lo, Lo juga kan yang sengaja bikin hubungan Gue sama Raka jadi berantem!" Ujar Naura

"Aku... !!" Aku gak ngerti sebenarnya apa yang terjadi kok Naura jadi berbeda dia seperti bukan Naura yang aku kenal banyak yang berubah sejak Naura berpacaran dengan Raka yaitu ketua OSIS di SMA Negeri 2 Bandung.

Kemudian tanpa sengaja aku terjatuh, dan entah kenapa semua orang di kantin malah melihat ku dan Naura yang bertengkar. Dan tanpa sengaja ada Irfan yang tak lain adalah teman sekelas ku dan juga Naura, dia merupakan ketua kelas di kelas kami.

"Apa-apaan sih kalian ini, kenapa bikin keributan disini!" Ujar Irfan

Seketika aku dan Naura terdiam dan juga berhenti sejenak semua yang di kantin juga terdiam dan melakukan aktifitas mereka seperti biasanya. Ya Irfan adalah sosok cowok yang terkenal dan populer di sekolahku dan ditambah lagi gak banyak yang berani melawan dia terutama aku.

"Kalian berdua kenapa sih kok ribut ajah, kayak anak kecil tau" Ujar Irfan

"Ini Callista aku kira dia sahabat ku tapi kenapa dia malah dekat dengan Raka" Ucap Naura

"Dekat dengan Raka?" Aku kaget dan terperangah mendengar ucapan Naura, padahal aku tak punya hubungan sama sekali dengan Raka.

"Lalu kenapa waktu itu aku melihat kamu jalan berduaan di dekat perpus sama dia?" Tanya Naura

Belum sampai selesai aku dan Naura berantem....

"Sudah Stop!!! Berhenti!!!" Ujar Irfan

"Kalian itu kayak anak kecil yang baru kehilangan mainan tau gak? Seharusnya kalian berdua bisa selesaikan masalah kalian berdua masing-masing gak usah malah bikin keributan segala" Ujar Irfan

Jujur Irfan sebagai ketua kelas memang layak di acungi jempol karna dia anak yang kalem, pintar dan juga pemberani ditambah orangnya sangat tegas, alhasil aku dan Naura jadi ciut dan takut karna dia.

"Sudah lebih baik kalian maafan!" Ujar Irfan

Rasanya males, jangankan menyentuh tangan Naura melihat wajahnya aja aku jadi males. Dan kemudian aku dan Naura berjabat tangan meski tidak bersentuhan.

Kemudian bel masuk pun berbunyi, untungnya permasalahan ku dengan Naura tidak dibawa ke kepala sekolah kalau di bawa sampai ke kepala sekolah aku pasti diomelin sama ibu dan ayahku.

Saat itu aku dan Naura kami berdua masuk ke kelas tapi tidak bersamaan.

"Kenapa kamu metap ku begitu!" Ujar Naura

"Deh siapa lagi yang natap situ!" Ucapku

"Udah ah aku mau duduk sama Aisyah ajah!" Ucapku

"Bodo amat!" Ujar Naura

"Kalian abis berantem ya!" Celetuk Via teman sekelas ku

"Husst diem!!!" Ucap aku dan Naura bersamaan

"Cie, Cie barengan" Ujar yang lainnya

Seketika kelas jadi rame sementara itu aku males berhadapan sama Naura lagi.

Entahlah hari itu, rasanya waktu sekolah panjang sekali di tambah aku tak tahu kenapa sikap Naura kepada ku jadi seperti itu dia nampaknya terbakar api cemburu karna melihat ku berduaan dengan Raka. Ya Raka memang terkenal sangat populer ditambah banyak cewek yang mengejar-ngejar dia. Dan Naura seperti nya dia dibutakan oleh cintanya, katna bagaimana bisa dia mencintai seorang laki-laki bernama Raka itu padahal Raka itu Playboy, padahal yang terjadi itu tak seperti yang dilihatnya. Andai saja kamu tahu Naura kalau yang terjadi tidak seperti yang kamu lihat aku bukan seperti teman-teman mu yang lain. Atau mungkin memang aku bukan bagian dari hidupmu lagi, entahlah aku bingung harus bagaimana terlebih aku bukan orang yang bisa semudah begitu saja melupakan dan juga memaafkan orang lain.

Kala itu hujan turun sangat lebat rasanya dingin sekali tetapi teduh kemudian ada cahaya yang melintasi sang langit, rasanya aku ingin pergi dan juga terbang aku ingin sekali punya sayap aku ingin terbang dan juga bisa membuat kebahagiaan sendiri untuk diriku.

Aku bukan dia dan mungkin juga dia bukan aku rasanya aku seperti orang bodoh, aku tak pernah segelisah ini. Awalnya semua berjalan baik-baik saja tetapi kenapa jadi seperti ini, aku merasa setiap problema yang aku alami semua akan berjalan seperti biasa-biasa saja meski terlintas dibenak ku untuk bertanya kepada sepasang merpati yang sedang hinggap di dekat jendela kamarku. Apa ini jalan yang harus aku tempuh atau aku salah dalam menghadapi jalan yang aku alami. Aku mencoba menghela nafas panjangku, aku heran dengan burung merpati mengapa mereka bisa terbang dan hinggap di manapun dia mau rasanya mudah bagi burung merpati untuk lepas dan juga terbang di angkasa, rasanya ini membuatku iri andai saja aku punya sayap dan bisa terbang layaknya burung merpati.

Saat matahari terbenam, itulah saatnya aku untuk tidur tetapi malam ini rasanya aku sulit untuk tidur dan memejamkan mataku, aku bertanya akankah esok akan baik-baik saja dan bagaimana dengan keadaan Naura apa dia masih marah padaku?. Ah... Sudahlah aku ingin istirahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!