Usai perbincangan ayah dan anak itu, pada sore menjelang malam harinya, Erie datang ke kantor Elden, bermaksud untuk menjemput Gevio. Saat tiba di sana, ia menemukan Gevio sedang tertidur pulas di kamar yang ada di sebelah ruangan kerja Elden. Baju anak itu sudah berganti. Sepertinya Elden sudah memandikan anaknya.
“Dia sudah makan malam, sayang. Jadi biarkan saja dia tidur,” ucap Elden berdiri di samping Erie, sambil menatap putra mereka yang sedang terlelap.
“Aku benar-benar terkejut dengan sikap Gevio tadi, Elden. Bagaimana mungkin dia punya pemikiran untuk kabur?” kata Erie masih dengan perasaaan tidak percaya. Erie teringat bagaimana terkejutnya
ia saat mendengar kabar yang disampaikan oleh A7 mengenai pesan sang anak kepadanya.
Elden merengkuh pundak Erie. “Itu namanya pemberontakkan, Vallerie. Sepertinya itu adalah salah satu bentuk dari kenakalan Gevio.”
“Bagaimana kalau dia kabur ke tempat lain? Aku benar-benar takut dia mungkin tersesat nanti, atau mungkin yang terburuknya, bisa saja dia diculik orang lain," ungkap Erie dengan gelisah.
“Ssst!” Elden menghentikan ucapan Erie dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir istrinya. “Kau tidak boleh mengatakan sesuatu yang buruk, Vallerie. Kau yang mengajarkannya padaku. Apa kau sudah lupa?”
Erie menggeleng. “Tapi aku benar-benar takut.”
Elden mengeratkan dekapannya. “Tenang saja sayang. Selama kita masih mendapatkan kepercayaannya, aku yakin Gevio hanya akan menghampiri kita kalau dia mendapatkan masalah. Yang terpenting kita tidak boleh mengecewakannya.”
“Kau benar,” timpal Erie sambil mengembuskan napasnya.
“Ini sudah malam. Apa kau mau makan malam dulu di sini?” ujar Elden lagi.
“Tidak, Elden. Tadi aku sudah makan malam bersama Tina. Aku langsung pulang saja.”
“Baiklah.”
Elden melangkah ke ranjang dan mengangkat tubuh Gevio kemudian membawanya ke mobil yang sudah terpakir di depan gedung perusahaannya. Pelan-pelan ia menurunkan tubuh anaknya ke bangku tengah mobil.
“Aku akan pulang sangat larut, sayang. Kau tidak perlu menungguku,” tukas pria itu.
Erie menatap wajah suaminya. “Kau pulang jam berapa?”
“Mungkin tengah malam. Tapi aku akan berusaha untuk pulang secepatnya.”
“Jangan terlalu lelah, Elden. Aku tidak mau mengurus orang sakit!” kata Erie mengeluarkan ultimatum.
Elden terkekeh pelan. “Baik, Nyonya. Perintah Anda akan saya penuhi.”
Erie tersenyum. Ia mengecup bibir Elden terlebih dulu, sebelum akhirnya mobil yang ia tumpangi membawanya dan sang buah hati meninggalkan kantor suaminya.
XXXXXX
Waktu terus beranjak hingga sang raja siang tenggelam dan digantikan oleh penguasa malam. Elden sudah pulang kerja. Wajah pria itu saat ini terlihat sayu dan tubuhnya tampak begitu tak bertenaga. Ia benar-benar merasa lelah.
Dengan langkah cepat, ia segera masuk ke dalam rumah dan mendapati Erie yang sedang menonton televisi seorang diri. Padahal Elden sudah melarang, tapi perempuan itu tetap saja menunggunya pulang.
“Vallerie, aku pulang!” seru Elden menghampiri sang istri. Keningnya mendadak berkerut karena tak mendapatkan respons dari Erie. Sepertinya perempuan itu bukannya fokus menonton TV, melainkan sedang melamun.
Elden berjalan semakin mendekat. Ketika tepat berada di belakang sofa yang tengah diduduki istrinya, pria itu menggerakkan tangan memeluk perempuan itu. “Sayang, aku sudah pulang dan kau tidak menyambutku?” bisiknya.
Merasakan aroma yang akrab di indera penciumannya itu membuat Erie tersadar bahwa sang suami telah pulang dari kantor. Erie melepaskan pandangannya dari televisi dan menoleh. Sebelah tangannya mengelus kepala suaminya dengan lembut. “Ah, ternyata kau sudah pulang. Selamat datang, Elden,” sapa Erie menyambut sang suami.
“Ada apa?” tanya Elden langsung. Ini adalah bukti bahwa pria itu begitu mengenal istrinya hingga ia bisa langsung mengetahui bila perempuan itu sedang memiliki masalah.
“Tidak apa-apa. Aku hanya sedang fokus menonton TV,” elak Erie.
Elden tak mau percaya begitu saja. Ia berusaha mendesak sang istri untuk berbicara jujur. “Sayang, kalau kau berbohong lagi, aku pastikan besok pagi kau akan mendekam di dalam kamar dan tidak bisa pergi ke mana-mana,” ancam pria itu.
Erie mendesah. Ia tidak bisa lagi berpura-pura untuk baik-baik saja. Akhirnya perempuan itu menyerah. “Iya, aku ada masalah.”
“Iya, aku tahu.” Elden mengangguk. Ia melepaskan tangannya dari tubuh Erie dan berjalan menghampiri istrinya. Elden duduk di samping Erie, memandangi dengan sabar saat perempuan itu terdiam. “Lalu, masalah apa yang mengganggu pikiranmu, Vallerie?” ucapnya menunggu.
“Masalah kontes itu. Aku tidak bisa menemukan ide lain selain menggunakan Gevio,” ungkap Erie merasa frustasi dengan ide menggunakan Gevio sebagai model yang menemukan titik buntu karena anaknya itu merasa keberatan setiap Erie memintanya. Sehingga Erie tidak bisa lagi melanjutkan rencananya. Ia tidak tega untuk memaksa lebih jauh.
Gurat kerutan yang tercetak di kening Erie dapat dilihat dengan jelas oleh Elden. Pria itu bertanya lagi. “Apa benar tidak ada ide lain?” sambungnya memastikan.
“Eum, sebenarnya ada. Tapi aku tidak yakin,” kata perempuan itu menimbang-nimbang idenya.
“Apa idenya?”
Erie meragu. “Aku ingin menggunakanmu sebagai modelku,” gumamnya pelan.
Tidak ada reaksi terkejut dari Elden, yang ada hanya seulas senyuman dari parasnya yang terlihat sedikit lelah akibat bekerja seharian itu.
Melihat suaminya yang tersenyum justru membuat Erie terperangah. Itu bukanlah reaksi yang Erie pikirkan tadi. “Kenapa kau tidak kaget?”
Elden mengernyitkan keningnya. “Kenapa aku harus kaget?”
“Apa kau sudah tahu rencanaku?”
Elden mengangguk untuk mengiyakan perkatakan istrinya.
“Apa?!” Erie balik terkejut. “Bagaimana bisa? Padahal aku baru memikirnya beberapa jam yang lalu. Bahkan Tina saja tidak tahu.”
Pria itu berpindah tempat, semakin mendekat ke tubuh Erie. “Semuanya jelas tergambar di wajahmu, Vallerie,” tutur Elden seraya menyentuh ujung hidung Erie dengan telunjuk tangan kirinya.
Erie menyipitkan matanya. “Aku selalu penasaran, apa kau punya kemampuan membaca pikiran orang?”
“Hahaha!” Elden tertawa mendengar pertanyaan lugu dari istrinya. “Iya, aku punya. Tapi kemampuanku ini hanya bisa untuk membaca pikiran istriku saja.”
“Cih!” Erie berdecih pelan, tapi sebenarnya ia tersipu dengan kalimat bernada gombal yang dilontarkan oleh Elden. Pria itu memang selalu berhasil kalau dalam masalah gombal menggombal seperti itu. “Jadi, Elden apakah kau mau menjadi modelku?” tanya perempuan itu.
Elden yang melihat kedua mata milik Erie yang memandangnya dengan tatapan memohon seperti itu pastinya tidak bisa menolak. Ini adalah kemampuan alami yang dimiliki oleh perempuan itu. Memohon dengan melemparkan sorotan mata yang menimbulkan belas kasih orang lain.
“Tentu saja, aku bisa melakukan apa pun untukmu, sayang,” tukas Elden.
Erie menyematkan sebuah senyuman di wajahnya. “Terima kasih, Elden.”
“Itu saja?” protes Elden. “Kau belum berterima kasih dengan cara yang benar sayang!” imbuhnya sambil menunjuk bibirnya.
Belum bergerak untuk mendekati wajah suaminya, tiba-tiba Elden mencengkram tangan Erie dan menariknya hingga masuk ke dalam dekapan pria itu. Lalu Elden merendahkan wajahnya dan mencium Erie.
Dengan tiba-tiba dan tanpa aba-aba, Elden memaksa Erie membuka mulutnya agar ia bisa menikmati bagian dalamnya. Saat keinginannya terwujud, Elden menyeringai. Di dalam sana, pria itu bisa merasakan rasa manis dan aroma buah-buahan. Sepertinya istrinya itu memakan buah semangka sebagai makanan pencuci mulut malam ini.
“Berhenti Elden!” sergah Erie dengan napas terengah. Sambil melepaskan dirinya, Erie mencoba mengatur napasnya. “Cukup! Cukup!” katanya mengangkat telapak tangannya ke depan sebagai tanda ia menyerah.
“Padahal aku baru mulai Vallerie,” keluh Elden.
Erie memprotes ucapan suaminya. “Tapi tidak di sini! Bagaimana kalau ada pelayan yang lihat?”
“Oho! Jadi kalau tidak di sini aku bisa melanjutkannya?” ucap pria itu sambil menunjukkan seulas seringai di bibirnya. “Baiklah.” Elden berdiri dari sofa dan merendahkan tubuhnya ke tubuh Erie. Ia memeluk istrinya dan membopongnya.
“Elden, apa yang kau lakukan?!” tanya Erie seraya meronta.
“Kau terlalu berisik, sayang!” Bibir Elden kembali menempel di bibir Erie untuk menghentikan perempuan itu berbicara.
Kepala Erie terasa pusing. Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain mengeratkan kaitan tangannya di leher Elden agar tubuhnya tidak terjatuh. Apalagi saat pria itu membawanya menaiki anak tangga. Hebatnya, meskipun sibuk dengan pertautan bibirnya di bibir Erie, namun Elden sama sekali tidak kehilangan konsentrasinya. Ia bisa melangkah dengan tepat hingga mereka masuk ke dalam kamar Erie yang berada di lantai atas.
Usai menutup sekaligus mengunci pintu kamar, Elden membaringkan Erie ke atas ranjang. Dan tanpa basa-basi ia langsung menindih tubuh istrinya.
“Elden, kau tidak mandi?” kata Erie mencoba untuk mengalihkan Elden dari aktivitas mereka.
Lagi, Elden menunjukkan sebuah seringai. “Aku akan mandi, tapi nanti. Setelah aku menyelesaikan hal ini dulu. Karena ini sangat mendesak, sayang.” Elden bergumam parau.
Pernikahan mereka memang hampir memasuki usia ketujuh tahun, tetapi Elden masih merasa seperti mereka baru saja menikah kemarin. Malam-malam mereka masih tetap sama dengan awal-awal pernikahan. Panas dan menggairahkan. Elden tetap menjadi seorang dominan yang memimpin permainan mereka. Bedanya, sekarang ia bisa memainkan temponya sehingga tidak melulu terburu-buru seperti tujuh tahun lalu.
Yang membuat Elden semakin senang adalah sikap primitif dari istrinya. Walau sudah berkali-kali melakukannya, Erie tetap bertindak seperti seorang perempuan yang baru pertama kali melakukannya. Tubuhnya akan bergerak ragu, bahkan terdiam sampai Elden yang mengambil alih untuk membimbing perempuan itu.
XXXXX
Melakukan apa ya??? Kasih tahu aku dong karena aku masih polos nan luga... hiiakkkss (ノ`Д´)ノ彡┻━┻
Selamat tahun baru semua... Di tahun baru ini apa keinginan teman-teman untuk Author dan novel ini? Jangan lupa tulis di kolom komentar ya... Danke ^^
By: Mei Shin Manalu (ig: meishinmanalu)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Riepra
mantapp
2021-03-26
1
zien
aku hadir disini 😊😘 semangat terus ya 💪😘
aku selalu mendukungmu 😊😘
2021-03-19
1
ZasNov
Indah banget, meskipun udah 7 tahun pernikahan, masih berasa pengantin baru.. 🤩
Apalagi Elden selalu menuruti apapu keinginan Erie..
Termasuk menjadi model Erie, menggantikan Gevio. Elden so sweet & selalu bisa diandalkan.. 😄🤩
2021-03-07
1