Siswa SMP

Tahun ajaran baru sudah tiba. Akhirnya aku memang menjadi siswa di SMP Swasta yg baru itu.

Hari pertama penataran sekolah.

Hari ini aku berangkat pagi2 sekali karena memang jadwal dari sekolah untuk tiba di sekolah jam 6.00 pagi.

Aku berangkat dari rumah dengan berjalan dari komplek perumahanku menuju jalan raya. Aku menunggu bus yg dapat membawaku ke arah sekolahku yg baru. Aku bertemu dengan tetanggaku yang juga bersekolah ditempat yg sama dengan ku, hanya saja dia seniorku, Tara.

"Hai tia..." sapa tara.

"Hai.." jawabku.

"Tara, dimana kelas 1?" tanyaku padanya.

"Nanti kelas mu disana, tapi untuk siswa baru, berkumpul dahulu di lapangan upacara, untuk mendengarkan pengarahan dari Kepala Sekolah." ucap tara.

Murid baru pun berkumpul di halaman sekolah. Mendengarkan pengarahan dari kepala sekolah, tentang peraturan sekolah dan kegiatan apa saja yg ada di sekolah.

Jam 7.00 kami baru masuk ke kelas masing2. Ternyata banyak juga siswa yg daftar ke SMP Swasta ini, karena memang sekolah ini biaya nya cukup terjangkau oleh keluarga yg tingkat ekonominya menengah kebawah.

Entahlah dengan diriku nanti, apa sanggup ibuku membiayai ku sekolah di SMP Swasta ini, tapi tekadku sudah bulat untuk merebut beasiswa itu agar aku tidak memberatkan beban ibuku yg harus menafkahi 5 orang anaknya.

Tak banyak peloncoan yg dilakukan di sekolah ini, hanya penataran dan perkenalan guru2 pengajar. Walau ada juga sedikit dikerjai oleh guru dan senior, tapi semua itu membuat kami sangat senang.

Beberapa tes tulispun kami dapatkan seputar pelajaran SD dan pengetahuan umum dan tes IQ.

Selama seminggu kami melaksanakan kegiatan ini.

Hari ini hari sabtu, seminggu sudah kami bersekolah di SMP. Orangtua dapat undangan hari sabtu ini, untuk mendengarkan pengumuman siswa berprestasi selama 1 minggu ini.

Aku tidak ikut ke sekolah, hanya ibuku yg datang, yg pergi bersama tetanggaku yg kebetulan anaknya juga 1 sekolah denganku.

Aku pun tak tahu kalau ternyata penataran selama 1 minggu itu ada hasil yg akan diumumkan.

Jam 11.00 ibu ku sudah tiba di rumah, aku sedang berada diteras saat ibuku tiba.

Tetanggaku mama heru yg bersama ibuku langsung mengucapkan selamat padaku.

Aku sedikit bingung. "Memang ada acara apa?"

"Selamat ya tia, hebat kamu dapat juara 1, dapat beasiswa." Kata mama Heru.

Aku hanya tersenyum saja masih bingung dengan ucapan mama heru.

"Mama heru, mari mampir?" kata ibuku kepada mama heru.

"Ga usah bu nia, saya belom masak dirumah." Tolak mama heru halus.

Ibu ku pun masuk kedalam rumah diikuti olehku yg masih penasaran.

"Ibu, mang benar tia dapat juara 1? dapat beasiswa?" tanya ku.

Tapi ibu ku hanya diam saja tak menjawab pertanyaanku. Aku sedikit sedih diacuhkan oleh ibu ku. Dan aku tidak bertanya lagi. Aku pun segera keluar rumah dan pergi kerumah heru.

"Assalamu alaikum... heru..." panggilku.

Nina adik heru keluar. "Wa alaikumsalam... masuk tia." Aku pun langsung masuk kedalam.

Mama heru langsung menyambutku. "Waahhh tia hebat loh nina, dia dapat beasiswa, heru aja tahun kemarin ga dapat." Heru memang salah satu senior di sekolahku, dan keluarganya juga orang baru di komplek ini.

Mama nya heru sangat menyayangiku, karena aku memang berteman dengan nina, walau nina masih kelas 6 SD dan mama heru juga pernah becanda kalau aku nanti kalau besar jadi mantunya, pada saat itu aku hanya tersipu malu.

Heru memang ganteng tapi aku tidak berani berharap, mana mungkin heru suka ma aku yg biasa2 saja.

"Memang bener ma, aku dapat beasiswa?" tanyaku pada mama heru.

"Loh emang ibu mu ga bilang?" tanya mama heru.

Aku hanya menggeleng. "Mungkin ibu tidak mau aku jadi sombong." batinku.

"Nanti hari senin denger aja pengumumannya di sekolah. kata heru. Aku hanya mengangguk. dan aku pun akhirnya bermain dengan nina dirumahnya.

Hari senin yg ditunggu akhirnya tiba, tak sabar aku segera tiba di sekolah dan mendengarkan pengumuman dari kepala sekolah.

Jam 7.00 bel sekolah berbunyi, para siswa berhamburan menuju lapangan sekolah. Kami melaksanakan upacara senin, akhirnya acara sampai pada pengumuman oleh kepala sekolah.

Ternyata memang benar, untuk tahun ini ada beasiswa untuk siswa yg berprestasi pada saat penataran.

Kepala sekolah mengumumkan juara 3 di peroleh Budi, yg mendapat bingkisan berupa alat tulis dan buku2.

Juara 2 diperoleh Santi yg mendapat bingkisan juga berupa seragam sekolah.

Dan juara 1 diperoleh aku yg mendapat beasiswa untuk bayaran sekolah selama 2 bulan gratis dan bingkisan berupa seragam sekolah dan alat tulis.

"Alhamdulillaah..." gumamku. "Setidaknya aku sedikit meringankan beban ibuku."

Hari2 pun berlalu, bulan berganti, tak terasa sudah masuk ujian semester ganjil dan penerimaan raport pun dilaksanakan tak lupa pengumuman siswa berprestasi yg mendapat beasiswa, aku sedikit kecewa karena secara global, kelas 1 dan kelas 2 ( karena sekolah baru ada sampe kelas 2) aku mendapat peringkat 3 yaitu 2 bulan bayaran sekolah gratis, sedangkan dikelas aku menempati ranking kedua.

Awal pelajaran semester genap pun di mulai, aku bertekad untuk giat belajar agar aku bisa mendapat beasiswa selama 6 bulan, jadi aku bisa meringankan biaya sekolahku untuk ibuku.

Hari ini sudah 2 bus yg kulewati karena padatnya penumpang di bus itu, aku tidak berani untuk bergelantung di dekat pintu bus.

Akhir nya bus ketiga, aku, tara dan heru baru bisa naik. Tapi kami terlambat sampai di sekolah. Kami ditahan oleh guru piket, dan diberi sangsi untuk membersihkan halaman sekolah.

Akhirnya jam pelajaran kedua, aku baru masuk kelas, begitu juga dengan tara dan heru yg masuk ke kelas 2.

Aku masuk ke kelas dengan mengucap salam dan memberikan surat ijin dari guru piket kepada guru mata pelajaran yg sedang mengajar di kelas ku.

Aku pun beranjak ke meja ku. Belom sampe aku duduk di kursi ku, teman ku, Rina yg duduk di depan meja ku langsung mengejekku.

"Dasaaarrr!! masa juara 2 kelas datang terlambat!!! malu deh!!"

Aku hanya diam saja tidak menanggapi ocehan temanku yg tidak penting itu. Aku langsung mengeluarkan buku mapel ku, Santi yg adalah teman semejaku, langsung memberikan mapel yg tadi tidak sempat aku ikuti.

Haripun berganti bulan pun berlalu, hari ini tanggal 5 April, batas terakhir untuk pembayaran SPP, aku belum membayar, karena memang ibuku belum memberinya. Akhirnya petugas TU memanggil siswa2 yg belum bayar SPP untuk menghadap termasuk aku.

Kami ditanya satu persatu apa alasannya belum bayar SPP. Teman2ku sudah kembali ke kelas, tinggallah aku sendiri di ruang TU.

Pak Bima, TU bertanya padaku: "Memang Ayahmu belum memberi uang SPP, tia?"

Aku hanya menunduk. "Maaf pak, ayahku sudah meninggal dunia." jawabku sambil menahan airmata yg hampir lolos dari mataku.

Kepala Sekolah masuk ke ruang TU, dan melihatku yg sedang ditanya oleh pak bima.

"Tia...." Kata Pak Sardi kepala sekolah kami.

"Ya Pak." jawabku.

"Kenapa nih kamu sudah nunggak bayaran selama 2 bulan, buat apa uang nya? apa kamu pakai?" tanya Pak Sardi.

Aku menatap pak sardi, sambil menjawab: "Tidak pak, memang ibu saya belum memberi uang SPP kepada saya 2 bulan ini."

"Memang ayahmu kemana?" tanya Pak Sardi lagi.

Akhirnya aku tak sanggup lagi menahan air mata yg dari tadi mendesak untuk keluar.

"Ayah saya sudah ga ada Pak." jawabku sambil menunduk.

Pak Sardi langsung memerintah pak bima untuk mengecek biodata punyaku. Pak Sardi menghela nafas. "Jadi kamu anak yatim ya, lalu ibu mu kerja apa?"

"Ibu saya tukang jait pak." jawabku masih menunduk menyembunyikan linangan airmataku yg sudah terlanjur tumpah.

Pak Sardi menyodorkan beberapa lembar tissue padaku, aku mengambilnya. "Terimakasih pak." sambil mengusap mata dan pipi ku.

"Ibu mu bisa ga menjahit baju seragam untuk guru2 disini?" tanya pak sardi.

"Bisa pak, tapi nanti saya tanya ibu saya dulu ya pak." jawab ku.

"Baiklah kalo begitu, ini surat panggilan untuk orangtua kamu, besok ibu mu harus datang ke sekolah menghadap saya, sekarang kamu kembali ke kelas mu, yg giat ya belajarnya supaya kamu bisa dapat beasiswa full." Pak sardi memberi nasehat.

Aku hanya mengangguk, dan permisi dengan mengucap salam.

Esok hari nya ibuku datang ke sekolah menemui Pak Sardi. Ternyata Pak Sardi menawarkan kerjasama untuk menjahit seragam guru2 di sekolahku, dan ibuku menyanggupinya, Ibu ku juga langsung mengukur badan guru2 yg kebetulan hadir hari itu.

Terpopuler

Comments

Je Moeljani

Je Moeljani

Annyeong👋👋👋
✓mampir
✓5 like
Sukses selalu buat kakak Author yang keren ini❤️❤️❤️
Jangan lupa dukung karyaku ya..
Gomawo🙏🙏🙏
From 'Hope for Happy Ending'

2021-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Kepergian Sang Ayah
2 Hari2 Tanpa Ayah
3 Penghinaan
4 Kecewa nya Ibu
5 Siswa SMP
6 Siswa SMP 2
7 Pramuka
8 Nasehat Ibu
9 Penolakan Halus
10 Perkemahan Jumat Sabtu Minggu
11 Perkemahan Jumat Sabtu Minggu 2
12 Mencari Jejak
13 Penutupan Perkemahan
14 Perpisahan
15 Masuk SMA
16 Ospek
17 Siswa Baru
18 Menunggu Jawaban
19 Doa Orang yg Teraniaya
20 Perasaan Lambok
21 Jalan-jalan
22 Ciuman Pertama
23 Big Blacky
24 Pernikahan Mia
25 Menginap
26 Papa dan Mama Lambok
27 Panggil Mama Papa
28 Belajar Shalat dan Mengaji
29 Bolak-Balik
30 Orang Usil
31 Ketahuan
32 Kepergok
33 Makan Burger
34 Jadian
35 Diagnosa Dokter
36 Patah Semangat
37 Masih Mencintaimu
38 Masuk Final
39 Strategi Lambok
40 Pindah Rumah
41 Jangan Kurang Ajar
42 Lambok Khilaf
43 Mencari Baju
44 Sandiwara Lambok-Tia
45 Pesta Pernikahan
46 Terkurung
47 Makan Bersama
48 Penyemangat Hidup
49 Kabar dari Tiar
50 Pernikahan Tiar
51 Terlalu Riris
52 Mimpi Lambok
53 Yoga
54 Berterus terang
55 Ibu Mengacuhkan Tia
56 Rapat Guru
57 Belajar Bersama
58 Salah Paham
59 Firasat
60 Menjauhi Lambok
61 Tia Murung
62 Meriang ( Merindukan Kasih Sayang)
63 Surat Untuk Lambok
64 Coklat dan Ice Cream
65 Hari Ke-2 Mengacuhkan Lambok
66 Mety Jadi Pacar Lambok
67 Tia Cemburu?
68 Emosi Lambok
69 Tia Ambruk
70 Lambok Panik
71 Penyesalan Ibu
72 Tia Tersadar
73 Menginap di RS
74 Menjenguk Tia
75 Fahmi Jatuh Cinta
76 Biaya Rumah Sakit
77 Pacaran Di Rumah Sakit
78 Trauma
79 Belom Boleh Pulang
80 Tia Dilamar
81 Masih Ada Rasa?
82 Berkah dari Allah SWT
83 Ujian Kelulusan
84 Kejutan Untuk Tia
85 Kejutan Untuk Tia (2)
86 Putus Asa
87 Universitas Yang Sama
88 Cecil Berulah?
89 Kebahagiaan Milik Semua Orang
90 Restu Orang Tua
91 Memilih
92 Pulang Kampung
93 Liburan
94 Lambok Kritis
95 Kembali Ke Jakarta
96 Masih Kritis
97 Mencari Pendonor
98 Keikhlasan Tia
99 Transplantasi
100 Lambok Tersadar
101 Pendonor Untuk Lambok
102 Tia Dimana?
103 Lambok Histeris
104 Lambok Kembali
105 Lambok Dijebak?
106 Jebakan Cecil
107 Melepaskan Ikatan
108 Peralihan Perusahaan
109 Pondok Pesantren
110 Papa Sakit
111 Penjelasan Lambok
112 Menimang Cucu?
113 Makan Siang
114 Kembali Masuk Rumah Sakit
115 Cecil Sangat Bahagia
116 Rafa Kesal
117 Lambok Bunuh Diri?
118 Mengenang Lambok
119 Curahan Hati Lambok
120 Rafa Khawatir
121 Sabar Menunggu
122 Ingin Bertemu Calon Mantu
123 Menemani Rafa
124 Makan Siang
125 Sakit Hati
126 Dua Pilihan
127 Ancaman Mama Rafa
128 Ancaman Untuk Tia
129 Resto Saung
130 Rekaman
131 Pengunduran Diri Rafa
132 Tinggal Di Rumah Dokter
133 Sakitnya Disini
134 Tadabur Alam
135 Cecil Hamil?
136 Sebuah Amanah
137 Perjodohan
138 Surat Dari Ibu
139 Lambok Mendua?
140 Usulan Siska
141 Surat Dari Tia
142 Termenung
143 Melamar Pekerjaan
144 Menghadiri Pernikahan
145 Pengajian
146 Ijab Qabul
147 Resepsi Pernikahan
148 Naik Jabatan
149 Nenek Kesal
150 Kembali Ke Kampus
151 Nenek Sakit
152 Perjodohan
153 Memutuskan Perjodohan
154 Fitri vs Nenek
155 Ke Sungai
156 Modus!!
157 Nindi vs Adrian
158 Pernikahan Tia dan Adrian
159 Ditahan
160 Pembawa Sial?
161 Berita Duka
162 Adrian Bebas?
163 Tertipu
164 Sahabat Kecil
165 Dokter Emily
166 Keinginan Tia
167 Sebuah Bukti
168 Tia Hamil?
169 Sebuah Kebenaran
170 Restu Mama dan Papa
171 Wanita Simpanan
172 Adrian Cemburu
173 Kecurigaan Adrian
174 Cemburu Buta
175 Mengerjakan Pekerjaan Rumah
176 Kesepakatan Adrian vs Nindi
177 Bulan Madu
178 Pelajaran Untuk Adrian
179 Kejutan
180 Kado Ulang Tahun
181 Permintaan Bunda Adrian
182 Hamil
183 Adrian Selingkuh?
184 Foto-Foto Nindi
185 Kenangan Masa Lalu
186 Ketidaksempurnaan Istri?
187 Mengacuhkan Adrian
188 Debaran Jantung Tia
189 Adrian Tak Sadarkan Diri
190 Ancaman Tia
191 Perseteruan
192 Menata Hidup
193 Tia Punya Bayi
194 Atala Rizki
195 Bertemu Adrian
196 Bertemu Keluarga Tia
197 Adrian Egois
198 Membuka Hati
199 Mak Comblang
200 Pertemuan
201 Atala Oh Atala
202 Kekecewaan Lambok
203 Cinta Yang Kembali
204 Kebahagiaan Tiada Tara
205 Malam Pertama
206 Berita Duka
207 Kebablasan
208 Baik-baik Saja
209 Ngidam?
210 Persalinan
211 Kebahagiaan Lambok-Tia
212 Nindi Dilamar?
213 Kecelakaan Pesawat
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Kepergian Sang Ayah
2
Hari2 Tanpa Ayah
3
Penghinaan
4
Kecewa nya Ibu
5
Siswa SMP
6
Siswa SMP 2
7
Pramuka
8
Nasehat Ibu
9
Penolakan Halus
10
Perkemahan Jumat Sabtu Minggu
11
Perkemahan Jumat Sabtu Minggu 2
12
Mencari Jejak
13
Penutupan Perkemahan
14
Perpisahan
15
Masuk SMA
16
Ospek
17
Siswa Baru
18
Menunggu Jawaban
19
Doa Orang yg Teraniaya
20
Perasaan Lambok
21
Jalan-jalan
22
Ciuman Pertama
23
Big Blacky
24
Pernikahan Mia
25
Menginap
26
Papa dan Mama Lambok
27
Panggil Mama Papa
28
Belajar Shalat dan Mengaji
29
Bolak-Balik
30
Orang Usil
31
Ketahuan
32
Kepergok
33
Makan Burger
34
Jadian
35
Diagnosa Dokter
36
Patah Semangat
37
Masih Mencintaimu
38
Masuk Final
39
Strategi Lambok
40
Pindah Rumah
41
Jangan Kurang Ajar
42
Lambok Khilaf
43
Mencari Baju
44
Sandiwara Lambok-Tia
45
Pesta Pernikahan
46
Terkurung
47
Makan Bersama
48
Penyemangat Hidup
49
Kabar dari Tiar
50
Pernikahan Tiar
51
Terlalu Riris
52
Mimpi Lambok
53
Yoga
54
Berterus terang
55
Ibu Mengacuhkan Tia
56
Rapat Guru
57
Belajar Bersama
58
Salah Paham
59
Firasat
60
Menjauhi Lambok
61
Tia Murung
62
Meriang ( Merindukan Kasih Sayang)
63
Surat Untuk Lambok
64
Coklat dan Ice Cream
65
Hari Ke-2 Mengacuhkan Lambok
66
Mety Jadi Pacar Lambok
67
Tia Cemburu?
68
Emosi Lambok
69
Tia Ambruk
70
Lambok Panik
71
Penyesalan Ibu
72
Tia Tersadar
73
Menginap di RS
74
Menjenguk Tia
75
Fahmi Jatuh Cinta
76
Biaya Rumah Sakit
77
Pacaran Di Rumah Sakit
78
Trauma
79
Belom Boleh Pulang
80
Tia Dilamar
81
Masih Ada Rasa?
82
Berkah dari Allah SWT
83
Ujian Kelulusan
84
Kejutan Untuk Tia
85
Kejutan Untuk Tia (2)
86
Putus Asa
87
Universitas Yang Sama
88
Cecil Berulah?
89
Kebahagiaan Milik Semua Orang
90
Restu Orang Tua
91
Memilih
92
Pulang Kampung
93
Liburan
94
Lambok Kritis
95
Kembali Ke Jakarta
96
Masih Kritis
97
Mencari Pendonor
98
Keikhlasan Tia
99
Transplantasi
100
Lambok Tersadar
101
Pendonor Untuk Lambok
102
Tia Dimana?
103
Lambok Histeris
104
Lambok Kembali
105
Lambok Dijebak?
106
Jebakan Cecil
107
Melepaskan Ikatan
108
Peralihan Perusahaan
109
Pondok Pesantren
110
Papa Sakit
111
Penjelasan Lambok
112
Menimang Cucu?
113
Makan Siang
114
Kembali Masuk Rumah Sakit
115
Cecil Sangat Bahagia
116
Rafa Kesal
117
Lambok Bunuh Diri?
118
Mengenang Lambok
119
Curahan Hati Lambok
120
Rafa Khawatir
121
Sabar Menunggu
122
Ingin Bertemu Calon Mantu
123
Menemani Rafa
124
Makan Siang
125
Sakit Hati
126
Dua Pilihan
127
Ancaman Mama Rafa
128
Ancaman Untuk Tia
129
Resto Saung
130
Rekaman
131
Pengunduran Diri Rafa
132
Tinggal Di Rumah Dokter
133
Sakitnya Disini
134
Tadabur Alam
135
Cecil Hamil?
136
Sebuah Amanah
137
Perjodohan
138
Surat Dari Ibu
139
Lambok Mendua?
140
Usulan Siska
141
Surat Dari Tia
142
Termenung
143
Melamar Pekerjaan
144
Menghadiri Pernikahan
145
Pengajian
146
Ijab Qabul
147
Resepsi Pernikahan
148
Naik Jabatan
149
Nenek Kesal
150
Kembali Ke Kampus
151
Nenek Sakit
152
Perjodohan
153
Memutuskan Perjodohan
154
Fitri vs Nenek
155
Ke Sungai
156
Modus!!
157
Nindi vs Adrian
158
Pernikahan Tia dan Adrian
159
Ditahan
160
Pembawa Sial?
161
Berita Duka
162
Adrian Bebas?
163
Tertipu
164
Sahabat Kecil
165
Dokter Emily
166
Keinginan Tia
167
Sebuah Bukti
168
Tia Hamil?
169
Sebuah Kebenaran
170
Restu Mama dan Papa
171
Wanita Simpanan
172
Adrian Cemburu
173
Kecurigaan Adrian
174
Cemburu Buta
175
Mengerjakan Pekerjaan Rumah
176
Kesepakatan Adrian vs Nindi
177
Bulan Madu
178
Pelajaran Untuk Adrian
179
Kejutan
180
Kado Ulang Tahun
181
Permintaan Bunda Adrian
182
Hamil
183
Adrian Selingkuh?
184
Foto-Foto Nindi
185
Kenangan Masa Lalu
186
Ketidaksempurnaan Istri?
187
Mengacuhkan Adrian
188
Debaran Jantung Tia
189
Adrian Tak Sadarkan Diri
190
Ancaman Tia
191
Perseteruan
192
Menata Hidup
193
Tia Punya Bayi
194
Atala Rizki
195
Bertemu Adrian
196
Bertemu Keluarga Tia
197
Adrian Egois
198
Membuka Hati
199
Mak Comblang
200
Pertemuan
201
Atala Oh Atala
202
Kekecewaan Lambok
203
Cinta Yang Kembali
204
Kebahagiaan Tiada Tara
205
Malam Pertama
206
Berita Duka
207
Kebablasan
208
Baik-baik Saja
209
Ngidam?
210
Persalinan
211
Kebahagiaan Lambok-Tia
212
Nindi Dilamar?
213
Kecelakaan Pesawat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!