Mia terlihat diam memikirkan sesuatu. Pikirannya kini mulai terisi dengan bayangan wajah tampan Rafael. Seketika Mia tersadar dari lamunannya karna mendengar suara Rudi yang ingin berpamitam untuk pulang.
" Sekali lagi terima kasih untuk undangan dan jamuannya Tuan Herman, kami pamit untuk pulang dulu." pamit Rudi seraya beranjak dari duduknya dan diikuti oleh sang istri.
"Kenapa gw jadi kangen Kak Rafael ya? "batin Mia bertanya dengan tatapan memperhatikan kedua orang tua Rafael.
" Terima kasih kembali untuk kedatangannya Tuan Rudi, semoga kerja sama kita bisa berjalan lancar."harap Herman seraya menyalami suami istri itu.
" Sampai ketemu lagi Mia sayang, semoga lain kali kita bisa bertemu ya."Sambung Merry yang tersenyum manis kearah Mia.
Entah ada apa ini?mengapa dia begitu cepat akrab dengan memanggil Mia dengan panggilan sayang. Bahkan mereka baru saling mengenal beberapa waktu yang lalu.
"Iya tante."jawab Mia seraya menyalamai kedua orang tua Rafael.
" Sepertinya kita bisa atur jadwal untuk bertemu lagi lain waktu.Mungkin untuk makan malam keluarga?" tanya Herman
"Sepertinya itu ide yang bagus tuan, lain waktu kami akan ajak Rafael juga."ucap Rudi seraya mengukir senyuman di bibirnya.
" Baiklah kalau begitu. "
"Apa ini kebetulan? Om Rudi seakan tau jika aku merindukan Kak Rafael. "batin Mia kembali bergumam
" Kalau begitu kami permisi dulu." pamit Rudi diikuti senyuman manis oleh istrinya.
"Silahkan, saya akan antarkan kedepan. "
"Baiklah, terima kasih sebelumnya. "
"Jangan sungkan begitu, mungkin dari sekedar rekan bisnis lain waktu kita bisa menjadi keluarga. "ucap Herman seraya berjalan beriringan dengan suami istri itu.
Rudi dan istrinya terlihat menoreh senyum di wajahnya. Berbeda dengan Mia yang saat ini sedang merasakan getaran aneh dalam dirinya.
"Maksud papa bilang seperti itu apa ya? aduh kok aku jadi penasaran begini ya. "gusar Mia mengacak rambutnya sendiri.
Kini Tuan dan Ny. Prasetya sudah meninggalkan kediaman Tuan Herman.
Setelah mengantarkan pasangan suami istri itu kedepan pintu utama, Tuan Herman kembali keruang tamu untuk berbincang dengan putrinya yang sedari tadi terlihat seperti memikirkan sesuatu.
" Sayang papa mau tanya deh" ucapnya seraya duduk disisi kiri putrinya.
"Tanya soal apa pah?"
Sifat kepo Herman mulai terlihat kepermukaan saat setelah putrinya terlihat semakin memikirkan sesuatu.
"Kamu udah lama kenal sama anaknya Om Rudi?"tanyanya menyelidik
"Enggak sih pah, aku kenal dia hanya sekedar antara senior dan junior aja pah.Tapi karna dia cukup terkenal di kalangan para mahasiswi jadi aku cukup tau tentang sifat playboy dia yang selalu tebar pesona saat di kampus. "
"Oh ya? berarti dia itu pria yang cukup tampan dong ya? "
"Iya pasti tampan dong pah! masa laki-laki aku bilang cantik! "kesal Mia."Karna dia tampan jadi dia selalu tebar pesona ke para mahasiswi di kampus."sambungnya
" Masa sih suka tebar pesona? terus kamu kepincut gak sama pesonanya Rafael?"bertanya seolah berniat untuk terus menggoda putri kesayangannya itu.
"Siapa yang gak akan kepincut dengan pesona dia pah! pria tampan dan juga cerdas, dia adalah idaman semua kaum hawa saat di kampus. Bisa dibilang kalau dia adalah pria idaman aku "jelas Mia panjang lebar
Menutup mulutnya cepat, saat tau jika ia terlalu banyak bicara tentang Rafael dan juga tentang perasaannya.
" Wah, berarti anak papah yang cantik ini suka juga dong sama Rafael? " goda Herman seraya mencubit gemas pipi anak gadisnya itu.
" Emmm.. enngg.. enggak ih pah, siapa bilang aku suka sama Kak Rafael? papa nih hobi banget ngegodain anaknya!" gelagap Mia malu sambil bangkit dari duduknya berlari kecil meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya.
"Kenapa harus malu begitu sih nak? papa juga seneng kalo ada pria yang bisa jagain kamu setelah papa nak."ucapnya pelan seraya menatap punggung anaknya yang semakin menjauh.
Kediaman Keluarga Prasetya
Pukul 17.30
Terlihat dua sejoli yang masih tampak mesra meski sudah memiliki anak yang sudah dewasa. Bersantai di kolam renang mewah tepat di kediamannya Rudi dan Merry tampak bahagia dengan pertemuan mereka tadi dengan Herman dan putrinya Mia.
"Mah..? "panggil Rudi mulai membuka suara.
Merry yang terlihat sedang membaca majalah fashion favoritnya hanya berdehem dengan panggilam sang suami.
"Hemm.. "
"Suaminya manggil kok di cuekin sih mah. "protes Rudi
"Punya suami kok bawel banget sih yaampun."batin Merry mulai kesal
Merry menghela napas kasar. Meletakkan majalah yang di pegangnya tadi seraya menatap malas kearah sang suami yang berada tepat di sampingnya.
"Ada apa pah? "
"Sepertinya kita harus bisa membuat Rafael dekat dengan Mia deh."ucap Rudi
Seketika raut wajah Merry berubah sumringah mendengar ucapan dari suaminya tadi.
"Iya benar pah, aku bisa pastikan saat putra kita bisa dekat dengan Mia otomatis kerja sama kita dengan Tuan Herman bisa makin berkembang pesat."timpalnya cepat
"Saat tadi dia terlihat sangat kesal, tapi sekarang dia malah terlihat sangat bersemangat. Wanita memang sulit di mengerti. "batin Rudi bergumam
Tidak heran jika impian mereka menikahkan putranya hanya dasar untuk kemajuan bisnis semata. Obsesi tentang uang adalah alasannya. Kini prioritas utama mereka adalah uang dan kekuasaan.
Disisi lain terlihat mobil mewah memasuki halaman kediaman Prasetya. Ya itu adalah mobil milik Rafael yang baru saja tiba di rumah.Rafael memasuki rumah seraya mengedarkan pandangannya kesegala arah.Ya,dia mencari keberadaan kedua orang tuanya.
"Mah? pah? Rafael pulang. "teriak Rafael seraya menyusuri setiap sudut rumah.Langkahnya terhenti tepat di kaca menghadap kolam renang."Ternyata mama sama papa lagi santai disini toh! aku dari tadi teriak-teriak eh taunya lagi berduaan sambil pacaran disini"gerutunya seraya mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Baru sampai tuh ucapin salam dulu kek! ini malah teriak menggerutu gak jelas! "omel Rudi ke putra tunggalnya itu.
Rafael hanya cengengesan seraya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
" Itu kan kebiasaan kamu nak, teriak-teriak kaya dihutan!" timpal Merry yang terkekeh melihat tingkah anaknya yang masih belum berubah sedari kecil.
"Emangnya aku tarzan."protesnya tak terima dengan ucapan mamanya tadi
Merry tertawa geli melihat raut wajah kesal putrnya.
" Iya dong papa sama mama aja udah tua gini masih pacaran romantis, kamu udah ganteng dan kaya raya punya pacar aja enggak."ledek Rudi yang berhasil membuat putranya membulatkan matanya sempurna.
" Ye papa nih hobinya ngehina anaknya terus deh.Aku bukannya gak punya pacar pah,aku hanya sedang bingung aja pilih siapa wanita yang mau aku kenalin." menyombongkan ketampanannya
" Daripada kamu bicara omong kosong, lebih baik kamu kenalan sama anaknya rekan bisnis papa. Anaknya cantik dan junior kamu juga dulu pas di kampus." ucap Rudi mulai membahas topik pembicaraan keranah yang lebih serius
" Siapa pah? " tanya Rafael penasaran setelah mendengar kata 'cantik'.
Ya, memang sedari dulu Rafael sangat tertarik dengan wanita hanya dengan melihat fisiknya yang sempurna.Itu yang menjadi alasan Rafael selalu dianggap playboy yang di gilai para wanita cantik di sekitarnya.
" Namanya Mia Prasetya, anak dari pengusaha terkaya di negri ini yaitu Herman Brama Wijaya." jelas Rudi panjang lebar.
" Mia itu anaknya cantik loh nak, dan sepertinya dia juga kenal sama kamu tapi ya karna tingkah alay kamu yang suka tebar pesona ke banyak perempuan di kampus jadi dia gak mau coba kenalan sama kamu."sambung Merry
"Sebelum aku tebar pesona mereka udah kegoda duluan loh mah."celetuk Rafael cepat. "Lagipula junior aku di kampus dulu kan banyak jadi aku gak kenal tuh sama Mia."
" Pltakkkk... sombong dan alaynya dikurangin dikit dong nak mama mules dengernya."Kesal Merry sambil menoyor pelan kepala anaknya.
" Ih mana nih ya sering banget jitak kepala Rafael! emangnya kepala aku itu gendang dangdutan? nanti kalo keseringan dijitak ketampanan paripurna seorang Rafael Prasetya bisa berkurang mah."ketusnya seraya memegangi kepalanya
"Udah jangan berisik! jadi gimana kamu mau dikenalin sama Mia atau enggak? "tanya Rudi memastikan.
" Ya aku mau pah! menambah relasi wanita cantik itu perlu kan pah."jawab Rafael diiringi senyum khas miliknya
" Kalo gitu, lain waktu kamu harus ikut pas mama dan papa ketemu lagi sama Om Herman biar sekalian bisa kenalan sama Mia."saran Merry
" Siap laksanakan."jawab Rafael lantang seraya meletakan jarinya di pelipis layaknya hormat bendera.
" Oh iya, masing sore begini tumben kamu udah pulang?."tanya Rudi membahas topik lain karna heran biasanya sehabis pulang kantor Rafael akan nongkrong bersama teman-temannya dan pulang larut malam.
"Aku lagi males nongkrong pah, lagi mau istirahat dulu dirumah sambil bopan."jawab Rafael santai
" Bopan?apaan tuh nak?."tanya Merry penasaran sekaligus bingung mendengar kata yang baru pertama kali dia dengar.
" Bopan itu bobo tampan Mama ku sayang." jawabnya seraya mengecup pipi kanan sang mama dan berhambur berlari kecil ke kamarnya layaknya anak kecil.
" Astaga mah, kamu dulu tuh ngidam apa sih? punya anak kok alay tingkat gedung sate begitu."goda Rudi ke istrinya yang masih terkekeh melihat tingkah putranya itu.
" Like Father like Son.Bapaknya tusuk sate ya anaknya gedung sate."celetuk Merry yang berhasil membuat suaminya itu cengo dengan mata yang terbelalak.
"Untung istri gw, coba istri tetangga udah gw jadiin gerobak sate!"gerutu Rudi bergumam dalam hatinya.
Malam harinya
Kediaman Keluarga Wijaya
Terlihat Bi Minah yang saat ini sudah berada di ambang pintu kamar Mia seraya membuka handle pintu kamar Mia.
Ceklek.. pintu terbuka dengan perlahan.
" Maaf Non Mia, bibi diminta tuan untuk memanggil Non Mia untuk makan malam bersama tuan besar sekarang. "
" Iya bi, bentar lagi aku turun ya."ucap Mia singkat karna masih berkutat dengan barang belanjaannya tadi siang.
"Yasudah, iya non."meninggalkam Mia dan menutup kembali pintu kamar perlahan.
Mendengar jawaban dari Mia, Bi Minah berjalan keluar meninggalkan kamar dan menuruni tangga kembali ke meja makan.
" Gimana bi, Mia udah mau turun? "
"Iya Tuan, Nona Mia bilang akan turun untuk makan sebentar lagi."
"Baiklah, kamu boleh kembali kedapur."
"Baik tuan."
" Lanjut besok aja deh nyobainnya, kasian papa udah nungguin buat makan."ucap Mia sembari memasukkan barang belanjaannya ke paperbag kemudian keluar kamar menuju ruang makan.
" Hai sayang kita makan dulu yuk, papa kangen bisa makan bareng anak papa yang cantik ini." girang Herman yang melihat Mia sudah keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga mendekati meja makan.
Meja makan
" Iya pah, makanya papa jangan terlalu sibuk di kantor jadi kita bisa makan bareng terus." ucap Mia menjawab sambil mengambil makanannya tanpa duduk terlebih dahulu.
" Sayang kamu makannya dikit banget sih, kucing tetangga aja makan lebih banyak dari kamu."protes Herman yang kaget melihat porsi makan anaknya yang sangat sedikit.
"Ih papa!masa anak sendiri di samain sama kucing tetangga sih! " ucap Mia kesal.
" Ya lagian makan nya dikit banget.Nanti kalo ada angin kamu ketiup terus nyangkut di pohon jengkol kan ribet sayang."sambungnya meledek sang putri.
" Emangnya Mia layangan seribuan apa pah! diterbangin angin dikit langsung nyangkut." timpal Mia yang kesal mendengar ucapan ngasal papanya.
"Ya gak seribuan juga sih, tapi ya makannya di tambah dong sayang biar kamu badannya sehat dan fit."
"Iya pah iya."pasrahnya seraya menambah porsi sayuran dipiringnya."
...Bersambung...
...Jangan lupa untuk selalu dukung Author ya gengs 😇 caranya like, komen, dan vote di setiap episode....
...Terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Pangeran Sibolga
Aku mampir kak, sukses terus Dan semangattt😇
2021-02-28
1
Marisa Elisabeth
Semangat thor
2021-02-23
0
Annisa Yuni astri
sukaaaakk
2021-02-19
1