Setelah selesai dengan meeitingnya Ziva kembali keruangannya. Ruangannya adalah ruangan yang sama dengan bos sekaligus suaminya. Kini Ziva mulai membereskan meja kerjanya dan ia mulai mengambil tasnya. Dan ingin melangkah keluar karena sudah waktunya jam pulang kantor. Lagi pula pekerjaannya hari ini sudah beres jadi ia bisa pulang lebih awal.
Saat Ziva berjalan ke arah pintu. Tiba-tiba pintu terbuka. Sepertinya ada yang ingin masuk.
Clek!.
Pintu itu terbuka dan Vano mulai memasuki ruangan itu. Dan dengan cepat Vano menutup pintu. Ziva sedikit kaget melihat tingkah aneh Vano. Namun ia kembali menguasai dirinya. Lagi pula Pirman sudah menunggunya di lobi. Karena sesuai janjinya tadi pagi. Kalau Pirman lah yang akan menjemputnya.
"Kamu mau kemana?" tanya Vano. Yang menatap Ziva. Kini keduanya saling berhadapan.
"Saya mau pulang Mas" jawab Ziva. Santai.
"Nanti. Temani saya istirahat dulu. Baru kamu pulang" kata Ziva.
"Maaf Mas saya udah ada janji sama pacar saya" kata Ziva.
Vano sangat emosi mendengar jawaban Ziva. Ia benar-benar tidak mengerti apa maksud Ziva.
"Permisi" kata Ziva. Menyengol bahu kekar Vano. Dan keluar dari ruangan itu.
Ziva terus berjalan menuju lobi. Dan kini pandangan Ziva menemukam orang yang ia maksud.
"Sayang" kata Ziva. Saat sudah saling berhadapan dengan Pirman.
"Hey" kata Pirman.
Vano yang mengikuti Ziva keluar dari rungannya. Dan melihat Ziva bersama pria lain mulai mengepalkan tangannya. Vano berjalan mendahului Ziva dan Pirman yang juga sedang berjalan di dekatnya.
Begitu Ziva menyadari ada Vano di dekatnya. Ziva mulai memeluk lengan Pirman dengan erat. Setelah Pirman berada di dekat mobilnya. Pirman membuka pintu untuk Ziva.
"Terimakasih sayang" kata Ziva setengah berteriak. Karena mobil Pirman dan mobil Vano terparkir saling bersebelahan.
"Sama-sama cantik" kata Piman sambil mencubit gemas pipi Ziva.
Brak!
Vano membanting dengan kencang pintu mobilnya. Iya memukuli kemudinya dengan kepalanya. Karena Ziva benar-benar menguji kesabarannya.
Sementara Pirman yang sudah menutup pintu mobil untuk Ziva. mulai berjalan dan masuk. Dan duduk di kemudi.
"Sayang sabuk pengamannya kenapa belum di pasang" tanya Pirman.
"Oh iya lupa yang" kata Ziva.
Kaca mobil itu setengah terbuka. Ziva memang sengaja membukanya.
"Aku pasangin ya" kata Pirman. Ziva mengangguk meng iyakan Keinginan Pirman.
Pirman mulai mendekat pada Ziva. Bahkan sangat dekat. Pirman mulai memasang sabuk pengaman itu di tubuh Ziva. Dan setelah selesai Pirman memasang sabuk itu ia bukan menjauh malah makin mendekat. Tatapannya fokus pada bibir Ziva.
Tinn Tinn Tiin.
Vano yang melihat adegan itu sangat marah. Wajahnya memerah. Urat-uratnya tanpak jelas terlihat di sela-sela jarinya. Hingga dengan sengaja Vano mengklakson mobil nya.
Pirman yang mendengar klakson mobil itu berbunyi. Mulai menjauh dari wajah Ziva. Ziva tau Vano dengan sengaja melakukan itu. Tapi Ziva berpur-pura tidak tau dengan apa yang terjadi.
Kini keduanya sudah di perjalanan. Ziva terus bersandar di bahu Pirman. Ziva sesekali melihat kaca spion. Ziva mengenali mobil yang berada di belakang mobil Vano. Ziva diam saja seolah tidak terjadi apa-apa.
Setelah beberapa menit perjalanan Kini Ziva sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Ziva mulai turun dan begitu juga dengan Pirman.
Ziva melihat di kejauhan ada mobil Vano. Yang terparkir di pinggir jalan itu. Pirman mulai mendekati Ziva.
Cup!.
Pirman kembali mencium bibir Ziva.
"Aku pulang ya sayang. Besok aku jemput lagi" kata Pirman.
"Iya. Maksih ya sayang udah antar aku" kata Ziva yang mengencangkan suaranya. Agar Vano yang berada di sebrang jalan mendengarnya.
"Engga usah bilang makasih sayang. Aku kan pacar kamu. Kalau kamu bukan pacar aku. Engga mungkin aku mau antar jemput kamu" kata Pirman.
Deeg!
Vano seperti tersindir dengan apa yang di ucapkan Pirman.
"Oh sayang. Kamu baik sekali. Kecuali aku simpanan kamu atau orang yang engga penting buat kamu. Mungkin aku pasti di sembunyikan di hadapan banyak orang. Ya kan yang" kata Ziva. Masih dengan suara setengah berteriak.
"Udah ah. Aku pulang dulu. Kamu itu bagai berlian di mata aku. Jadi aku tidak akan menyembunyikan kamu. Aku akan dengan bangganya mengenalkan mu pada orang-orang. Bahwa kau hanya milik ku" kata Pirman.
Cup!.
Ziva mencium pipi Pirman. Dan Pirman mulai memasuki mobinya. Lalu menghilang dari hadapan Ziva. Setelah itu Ziva mulai masuk kedalam rumahnya. Dengan senyum di wajahnya.
"Daffa, Daffi. Kalian mau kemana?" tanya Ziva karena ke dua adiknya sama-sama membawa tas. Dan hampir keluar juga dari pagar rumah itu.
"Kak Ziva udah pulang" kata Daffa.
"Iya" jawab Ziva.
"Kak Kita ke rumah Rendi dulu ya ada tugas kelompok" kata Daffi.
"Oh ya. Rumah yang di sebelah rumah kita ya. Rumah temen kalian itu?" tanya Ziva.
"Ya Kk. Kk kami boleh kerja di tempat pencucian mobil mang jojo ngak" tanya Daffa dengan hati-hati karena keduanya takut menyinggung perasaan Ziva.
Tiba-tiba Vano sudah berada di dekat mereka. Vano berdiri di samping Ziva. Ziva tidak perduli dengan kehadiran Vano.
"Loh. Kenpa kalian mau kerja?" tanya Ziva. Karena selama Ziva kembali kerumah mendiang orang tuanya. Kedua adik nya sudah bebas makan tidak perlu lagi terlalu menghemat seperti dulu. Karena harus mebayar uang kontrakan.
Daffa dan Daffi. Saling dorong. Tidak ada satu pun yang berani mengatakan tujuannya.
"Itu Kk, Kita pengen punya Sepeda" kata Daffi sambil menundukan kepalanya.
"Kalau kalin mau beli sepeda. Besok kk Vano belikan. Tapi kalin engga boleh kerja" kata Vano.
"Kakak Serius" tanya Daffa dengan antusias. Dan Daffi juga tersenyum.
"Ia. Tapi kalian janji engga boleh nakal dan harus rajin belajar" Kata Vano lagi.
"Iya kk" jawab keduannya.
"Kak Vano. Kak Ziva. Kami pergi dulu ya" kedua anak kembar itu pamit dan langsung berlari. Karena senang besok akan di belikan sepeda.
"Udah selesai tugas kelompoknya. Langsung pulang ya" teriak Ziva.
"Ya Kk" jawab keduanya sambil berteriak. Karena mereka sudah jauh berlari.
Sementara kini tinggal Ziva dan Vano yang berada di depan gerbang itu. Ziva tidak perduli dengan kehadiran Vano yang ada di sampingnya. Ziva membuka gerbang dan masuk tidak perduli sama sekali dengan Vano di sampingnya.
Huuuf.
Vano menarik napas kasar. Karena Ziva mengacuhkannya. Bahkan sedikit pun Ziva tidak meliriknya. Vano mulai membuka gerbang dengan lebar. Lalu memarkirkan mobilnya ke dalam garansi rumah itu. Setelah itu Vano masuk dan Ingung menemui Ziva. Tapi sayang ternyata Ziva mengunci pintu kamarnya dan Vano tidak bisa masuk.
"Ziva"
Tok tok tok tok.
"Ziva buka pintunya aku ingin bicara"
Vano terus memanggil Ziva sambil mengedor pintu kamar itu. Tapi Ziva tidak perdulu sama sekali dengan Vano. yang memanggil namanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Sunarti
baru tau kan Vano pembalasan yg di lakukan Ziva padamu lbh parah.. kau di abaikan
2022-11-19
1
Ria Sinulingga
Kurang suka dgn Ziva udh nikah tp masih ciuman sama laki2 lain....
2022-06-18
1
Cunani Anu Mmh
madu yg keren👍👍
2022-02-17
1