Setelah meninggalkan Vano. Ziva mulai berjalan keluar dengan membawa tasnya, karena ia ingin pulang. Tapi ia melihat ponselnya mati.
"Mukin kehabisan batrai" batin Ziva. Lalu kembali menyimpannya di dalam tas.
"Ziva??" seseorang memanggil Ziva saat Ziva sudah ada di lobi.
"Mas " jawab Ziva.
Sandi yang tadi masih berjarak cukup jauh, kini mulai berjalan mendekati Ziva.
"Kamu mau pulang?" tanya Sandi.
"Ia Mas"
"Aku anter aja ya?" tanya Sandi.
Ziva berdiri mematung, memikirkan tawaran Sandi. Ziva merasa tubuhnya sedikit lemas dan lelah jadi ia menerima tawaran Sandi.
"Ia mas Sandi boleh kalau tidak merepotkan"
"Tidak. Saya sangat senang kalau pun kamu merepotkan saya" jawab Sandi sambil tersenyum pada Sandi.
Kini keduanya mulai berjalan beriringan menuju parkiran. Sandi membuka pintu untuk Ziva. Ziva tersenyum manis pada Sandi.
"Terimakasih"
"Sama-sama" jawab Sandi.
Setelah Ziva masuk dan Sandi menutup pintu mobilnya. Kini ia mulai memutari mobilnya, lalu membuka pintu dan duduk di kursi kemudi.
"Udah siap?"
"Udah" jawab Ziva, sambil tersenyum tulus.
"Gila senyumnya manis banget" batin Sandi.
Sandi mulai menyalakan mesin mobilnya dan menuju rumah Ziva, setelah sebelumnya Ziva mengatakan alamatnya.
"Ziva kamu udah lama sahabatan sama seli?" tanya Sandi, melepas keheningan.
"Lumayansih mas" jawab Ziva.
"Oh" jawab Sandi.
Setelah dua puluh menit perjalanan Sandi dan Ziva kini sudah berada di depan gerbang rumah Ziva.
"Ini rumah kamu?" tanya Sandi.
"Iya, aku turun dulu ya, aku engga bisa ajak kamu turun soalnya dua adik aku belum pulang. Engga enak bawa temen cowok masuk. Kalau di liat tetangga" kata Ziva.
"Ya aku ngerti"
"Makasih ya"
Kata Ziva. Yang sudah turu dari mobil Sandi.
"Besok aku jemput!" kata Sandi.
"Engga usah, aku pagi harus anter adik aku dulu, ke sekolah, karena besok ada pertemuan wali" kata Ziva.
"Oke kalau gitu lain kali aja ya?" kata Sandi.
"Iya, sekali lagi makasih" kata Ziva.
Setelah kepergian Sandi Ziva mulai membuka pagar dan ternyata ke dua adiknya sudah di rumah.
"Kak Ziva" kata Daffa.
"Kalian udah pulang?" tanya Ziva, karena Ziva pikir kedua adiknya masih di sekolah.
"Udah kak" jawab Daffi.
"Kakak masuk dulu ya, kakak capek mau istirahat, nanti kakak abis istirahat langsung masak buat kalian dan kita makan sama-sama" kata Ziva.
"Oke!!" jawab kedua adik kembarnya.
Ziva melangkah masuk dan meninggalkan adik kembarnya, yang sedang bermain di halaman.
Kini Ziva tidak perlu lagi hawatir kalau adiknya pulang sekolah karena jalan kaki. Karena kini Daffa dan Daffi sudah kembali ke sekolah lama mereka. Dan di sekolah itu mereka menaiki bus sekolah, yang kusus mengantar dan menjemput muridnya.
Ziva terus berjalan menuju kamarnya, dan ia mengganti pakaiannya dengan lingerie kesayangannya. Ziva sangat suka tidur mengunakan baju Lingerie sexy karena nyaman di badan dan tidak ribet menurutnya, jadi tubuhnya terasa nyaman.
Ziva mulai membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia sangat bahagia karena bisa kembali tidur di kamar kesayangannya. Walau pun suasananya sudah tidak sama lagi. Seperti saat mendiang orang tuanya masih ada. Saat ini rumah itu sudah tidak seramai dan sebahagia dulu. Namun Ziva tetap berusaha membuat suasana rumahnya bahagia, demi ke dua adik nya.
Ziva mulai terlelap dalam tidurnya, Ziva mulai memasuki alam mimpinya. Dan semakin lama Ziva merasa semakin nyaman, dan semakin hangat.
Namun Ziva merasa sedikit panas dan tubuhnya terasa berat. di tambah ia tidak bisa mengerakan tubuhnya. Tapi Ziva juga mulai menyadari ada napas hangat di lengkuknya. Ziva berubah merasa gelagat aneh yang terasa di seluruh tubuhnya.
"EIiiiiihhhh eeeeeemm" Ziva mendesah.
Ziva mulai membuka matanya, dan mengumpulkan nyawanya. Lalu matanya menangkap tangan kokoh yang memeluk tubuhnya. Dan kaki besar yang mengungkung nya, hinga ia sulit untuk menggerakan tubuhnya.
"Massss"
"Emm" jawab Vano yang masih menyembunyikan wajahnya di leher Ziva.
"Maaasss"
"Apa Sayaang" jawab Vano lembut. Dan mulai menatap manik mata Ziva.
Ziva merasa terkejut, karena Vano memanggilnya sayang. Tapi tetap saja Ziva berusaha menguasai dirinya.
"Kamu ngapai peluk aku!" ketus Ziva.
Vano bukan menjawab tapi malah menindih tubuh Ziva. Dan ada senyum samar di wajahnya.
"Maass kamu apa sih" kata Ziva sambil setengah berteriak di wajah Vano.
"Em wangi" batin Vano, sambil terus memandang bibir Ziva.
"Mas turun"
"Bos mesum, turun" Ziva mulai berteriak.
"Saya suami kamu. Jangan lupakan itu." kata Vano, lalu Vano turun dari atas tubuh Ziva dan duduk di ranjang milik Ziva.
"Suami gila" ketus Ziva.
"Kamu tadi pulang sama siapa?" tanya Vano. yang terus memandangi Ziva. Yang sudah berdiri di samping tempat tidur itu.
"Sendiri"
"Dari pada ribet, kalau debat kapan aku istirahat nya" batin Ziva.
"Saya lihat kamu pulang di antar laki-laki jadi jangan bohongi saya" kata Vano dengan tegas.
"Udah tau ngapain nanyak" kata Ziva.
"Mulai sekarang saya melarang, kamu pergi dengan laki-laki kecuali sama saya!!" Vano mendengaskan pada Ziva.
"Yee Siapa Anda?" kata Ziva yang meremehkan Vano.
"Sexy sekali" batin Vano. Vano dari mulai melihat Ziva dengan pakaian yang sexy. sudah sangat menahan dirinya, di tambah lagi saat Ziva berdiri pandangan Vano tidak pernah berpaling dari dad* Ziva yang setengah terbuka.
Ziva mulai menyadari arah pandangan Vano. Ziva menarik selimut dan menutup rubuhnya. Vano tersenyum samar dan menaikan sebelah alisnya. Karena Ziva menutup pemandangan yang indah di mata Vano.
"Mata nya Om!. Di jaga" kata Ziva.
"Sekali lagi saya dengar kamu manggil saya Om. Saya makan kamu" kata Vano dengan seringai licik di wajahnya.
"Lagian Om-em. Mas ngapain kesini" tanya Ziva.
Karena ini adalah pertama kalinya Vano pulang ke rumah itu setelah sebulan Vano dan Ziva menikah, Ziva bingung dan bertanya-tanya kenapa Vano mendatanginya.
"Kamu Istri saya, lalu siapa yang berani melarang saya kemari?" Vano bukan menjawab tapi malah bertanya kembali pada Ziva.
"Istri???"
"Haha Hihi Hoho"
"Sejak nikah juga loe engga pernah nemuin gue, sekarang loe nyebut diri loe suami gue???. Situ sehat bos?"
Tanya Ziva sambil mengejek Vano, dengan menjulurkan lidahnya. Tanpa sadar selimut yang ia gunakan untuk menutup tubuhnya terlepas dari tubuhnya.
Vano kembali memandang tubuh Ziva. Vano tidak mendengarkan apa yang di bicarakan Ziva, tentangnya, bahkan Ziva terus memaki dirinya dengan kata-kata kasar. Tapi tetap saja Vano tidak mendengar, karena setiap kali Ziva berbicara sambil menunjuk dirinya. Dad* Ziva ikut naik turun. Dan Vano mulai menelan salivanya karena melihat tubuh Ziva yang terasa mulai meruntuhkan pertahanannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
liberty
Sandi lo suka sama Ziva? lawanmu berat...mundur 😅😅
2023-02-19
1
Sunarti
emang si bos udah nganggap Ziva istri beneran
2022-11-19
1
Pilia Wiwin
p
2021-10-17
0