Satu bulan sudah berlalu Ziva menikah dengan Vano. Tapi saat Vano pergi setelah mereka nenikah sampai sekarang Vano tidak pernah datang menemui Ziva. Ziva merasa senang karena Vano tidak perduli dengannya, bahkan Ziva masih bersetatus kekasih Pirman.
Hari ini seperti hari-hari sebelumnya, setelah Ziva mengantar kedua adiknya sekolah ia akan kekampus. Tapi selama satu bulan ini Ziva tidak pernah lagi di antar atau pun di jemput oleh Pirman.
Pirman sering kali menawarkan untuk menjemput dan mengantar Ziva. Tetapi Ziva selalu menolak, karena Ziva takut kalau Vano melihatnya bersama Pirma. Walau pun begitu tapi tetap saja Ziva dan Pirman sering bertemu, bahkan kalau di kampus mereka selalu berdua. Bahkan hampir semua orang tau mereka berpacaran.
Saat ini Ziva sedang duduk di kantin bersama sahabatnya Seli. Ziva dan Seli bagai lem dan perangko, di mana ada Ziva pasti ada Seli dan begitupun sebaliknya. Akan tetapi satu hal yang tidak di ketahui Seli. Yaitu Ziva sudah menikah.
"Ziva kamu kenapa"
Seli bertanya pada Ziva, karena Seli melihat wajah Ziva yang murung.
"Aku bingun Sel, aku butuh kerjaan" jawab Ziva dengan sedih.
Karena sudah sebulan Ziva tidak berkerja dan Vano pun tidak pernah memberinya uang.
"O, Ziva kemarin aku sempat ke tempat sepupu ku kerja, dan aku baca disana ada lowongan pekerjaan" jawab Seli dengan semangat.
"Oh ya" Ziva sangat senang mendengar apa yang di katakan sahabatnya itu.
"Iya, dan kamu coba ke sana siapa tau kamu di terima"
"Oke, makasih ya Sel, nanti aku kesana"
"Oke" jawab Seli.
"Sayang" Pirman datang dan duduk di samping Ziva.
"Hey, kamu udah selesai sayang?" tanya Ziva pada Pirman.
"Udah yang, Pulang yuk, aku lagi engga enak badan ni" kata Pirman.
"Kamu duluan aja yang, aku ada perlu sama Seli" kata Ziva.
"Oke, aku duluan ya sayang"
Setelah kepergian Pirman, Ziva dan Seli kembali melanjutkan obrolannya, yang tadi sempat terhenti.
"Sel, sepupu kamu bisa bantu aku ngak buat kerja di sana?"
"Ya bisa deh kayaknya nanti kita ke rumah sepupu aku ya, terus kamu siapin dulu persaratannya"
***
Keesokan Harinya...
Pagi ini Ziva bangun sangat subuh karena hari ini Ziva tidak pergi ke kampus apalagi saat pandemi seperti ini, kuliah juga Online dan hanya sesekali saja ke kampus.
Ziva mulai membuat sarapan dan menyajikannya di meja makan. Lalu Ziva menbangunkan kedua adiknya untuk sekolah.
Dan setelah selesai dengan pekerjaan paginya. Kini Ziva sudah berangkat ke Prusahaan yang sedang mencari Asisten dan Ziva sudah di terima berkat bantuan Sandi sepupu dari Seli.
"Ziva" Sandi yang melihat Ziva sudah berada di Lobi kantor itu.
"Mas Sandi saya engga telat kan" tanya Ziva karena ia takut sekali kalau Sandi menunggunya lama, apa lagi ini adalah hari pertamanya mulai bekerja.
"Tidak, ayo ikut saya, saya antar ke ruangan Bos" kata Sandi.
"Iya Mas" Ziva berjalan di samping Sandi.
Ting.
Keduanya keluar dari Lift tepat di depan ruangan Presdir itu.
Tok tok tok.
"Masuk" Arman yang berada di ruangan Bosnya, sudah tau kalau Sandi sudah merekomendasikan seseorang untuk Asisten Bos nya itu, tapi ia tidak tau kalau Ziva lah orang itu.
Sandi juga sudah memberikan data calon Asisten baru bosnya, tapi Arman tidak memeriksanya, karena ia sudah sangat percaya seperti apa Sandi, Sandi sangat tau kalau bos mereka tidak akan mau orang yang tidak berprestasi, dan sandi pasti takut dengan kemarahan bosnya, jadi ia akan memilih dengan sangat hati-hati.
Clek!
Sandi membuka pintu ruangan itu, dan mulai masuk. Sandi melihat Presdir nya yang sedang duduk membelakangi mereka, dan Arman sedang berdiri di dekat pintu itu
"Ayo masuk" Sandi mempersilahkan Ziva masuk.
Dan Arman sangat terkejut, melihat siapa orang yang di rekomendasikan Sandi menjadi Asisten bos nya
"Nona" kata Arman.
"Sandi kamu boleh keluar" kata Arman.
"Baik lah tuan saya permisi"
"Dan kamu semoga sukses" kata Sandi sambil memegang bahu Ziva.
Sandi keluar dari ruangan itu, tapi sebelum keluar, Sandi tersenyum manis pada Ziva.
"Kalau kamu tau siapa dia, kamu tidak akan berani menatapnya seperti itu" batin Arman.
Kini hanya Arman, Vano, dan Ziva yang ada di ruangan itu, Arman diam memandang wajah Ziva, sementara Vano masih memunggungi mereka.
"Apa anda tidak mengenali saya Nona" kata Arman, karena Ziva terlihat biasa saja saat melihat wajah Arman.
Ziva tersenyum lalu menggeleng.
"Siapa ya dia, aku ngerasa pernah liat dia sebelumnya, tapi aku lupa siapa" batin Ziva.
"Tuan calon Asisten anda sudah berada di sini, apa anda tidak berniat melihatnya?" tanya Arman.
Karena Vano tidak juga melihat ke arah mereka, Vano sibuk dengan Tab yang ada di tangannya, sebenarnya Vano tidak berniat melihatnya karena menurutnya itu tidak penting sama sekali. Tapi karena Arman memanggilnya tidak masalah hanya melihat sekilas.
Vano memutar kursinya, dan kini Vano sudah melihat siapa yang ada di hadapannya.
Deeg!
Vano sangat terkejut dengan apa yang ia lihat, ternyata Ziva istri keduanya yang akan menjadi Asistennya.
Ziva yang menunduk, dan tidak melihat siapa bosnya.
"Nona tolong lihat wajah Presdir kita" kata Arman.
Ziva mulai mendongkak.
Deeg!
Ternyata suami nyalah yang menjadi bosnya, Ziva benar-benar tidak percaya.
"Arman tolong tinggalkan kami" ucap Vano dengan suara beratnya.
Arman mengerti dengan apa tujuan Vano, ia menunduk dan keluar dari ruangan itu.
Vano bangun dari duduknya, dan melangkah mendekati Ziva yang sedang berdiri mematung di dekat pintu yang tertutup. Vano berjalan ke arah pintu lalu ia menguncinya.
"Vanya duduk kemari"
Vano yang sudah duduk di sofa memerintahkan Ziva duduk di sampingnya. Ziva sangat malas sekali mengikuti perintah Vano.
"Vanya apa kau tidak mendengar ku" kata Vano dengan wajah datar dan suara tegasnya.
"Om saya mengundurkan diri saja" kata Ziva, dan ia segera melangkah ke arah pintu, dan ia berniat ingin keluar.
Tapi dengan cepat Vano bangun dari duduknya, dan menarik pergelangan tangan Ziva.
"Om lepasin" Ziva berusaha melepaskan tangan Vano yang memegang tangannya.
"Oke" jawab Vano.
"Kamu boleh keluar dari ruangan ini sekarang dan membatalkan jadi Asisten saya, tapi kamu sudah tanda tangan kontrak kan, dan kamu tau kan berapa denda yang harus kamu bayar, sebelum kontrak itu selesai"
"Tapi Om" kata Ziva yang mulai pusing karena kalau ia keluar maka ia harus membayar denda.
"Ayo keluar dan batalkan, setelah itu segera bayar denda nya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
dasar si Vanu gila lupa sama istri ke dua ya, tak di beri duit
2023-10-28
0
liberty
asisten rasa istri dong 😅
2023-02-19
1
Lisa Halik
aduh,apakah seli itu sepupunya vano
2022-12-25
0