Saya Terima Nikahnya Zivanya Sabilla Binti Rahman Syarif Dengan Mas Kawin Tersebut TUNAI.
Sah????
Saaahh!!!!
Dengan menjabat tangan penghulu sambil melapaskan IZAB dengan lantang Vano menyambut melapaskan Kabul hanya dengan satu tarikan napas.
Ziva di nikahkan oleh wali Hakim. Karena ia sudah tidak memiliki wali lagi. Ada pun kedua adiknya itu belum bisa karena masih terlalu kecil. Dan pernikahan mereka juga bukan pernikahan Siri karena setelah Akad mereka menanda tangani buku Nikah.
Entah bagai mana caranya, Vano bisa mendapatkan buku nikah itu, padahal ia masih memiliki istri dan ia juga tidak membuat surat izin poligami lalu di tandatangani istri pertamanya. Mungkin uang yang berbicara dan kekuasaan yang mendampinggi. Maka semuanya mudah saja.
Ziva dan Vano menikah di rumah mendiang kedua orang tua Ziva. Yang dulu mereka tempati, entah bagai mana caranya rumah itu bisa di beli oleh Vano. Rumah itu juga yang menjadi Mahar Ziva.
Ada rasa sedih di hati Ziva, bagai mana tidak, ia menikah dengan orang yang tidak di cintainya, lalu ia menikah karena di ancam oleh Vano, dan ia menikah tanpa di saksikan kedua orang tuanya. Dan yang lebih sakit ia menjadi istri kedua, lebih parahnya istri simpanan.
Tapi ada satu lagi yang membuat hati Ziva sedih. Pirman ya lelaki yang di cintai Ziva, entah apa yang harus Ziva katakan padanya dan entah bagai mana cara menjelaskannya. Ziva benar-benar sedih karena tidak dapat menikah dengan orang yang di cintainya.
"Zivanya, ayo berikan tangan mu pada suami mu" kata salah satu saksi yang ada di pernikahan Ziva.
Lamunan Ziva terhenti, karena ada yang memanggil namanya, sambil memberikan tangan kananya Ziva meneteskan air matanya. Setelah Vano memasangkan cincin di jari manisnya, kini gilirannya yang memasang cincin di jari manis Vano.
Biasanya Ziva melihat ada cincin di jari manis itu. Tapi saat ini tidak ada, mungkin Vano melepasnya sebantar, karena ia tau setelah menikah dengan Ziva akan ada proses pemasangan cincin.
Setelah Ziva memasang kan cincin di jari manis Vano. Vano yang kini telah sah menjadi suami nya. Kini Ziva mencium punggung tangan suaminya dan Vano mencium kening wanita yang kini sudah menjadi Istrinya.
Pernikahan Ziva dan Vano hanya sebatas Akat saja, tidak ada Resepsi seperti impian Ziva sewaktu kecil dulu. Impian Ziva menjadi seorang ratu di hari pernikahannya kini pupus sudah. Bahkan pernikahannya hanya ada beberapa orang saja itu pun hanya untuk saksi.
Tapi kesedihan Ziva sedikit terobati, karena Daffa dan Daffi sangat bahagia, menyaksikan pernikahannya, sekaligus mereka kini menempati rumah mendiang orang tua mereka.
"Kak Ziva" Daffa datang memeluk Ziva dan begitu juga dengan Daffi.
Kini hanya tinggal mereka saja di rumah itu, ya di sana hanya ada. Ziva, Daffa, Daffi dan Vano.
"Terimakasih ya Kak Ziva" kata Daffi sambil memper erat pelukannya.
"Iya Daffi juga, ngucapin makasih sama Kak Ziva, karena Kak Ziva bisa bawa kami tinggal lagi di rumah ini"
Daffa dan Daffi terus memeluk Ziva, kedua adik kembarnya itu terlihat sangat bahagia, tapi mereka tidak tau hati Ziva seperti apa, hati Ziva remuk dan hancur, saat saksi mengatakan SAH padahal itu kata sangat sepele. tapi maknanya sangat besar, bahkan dengan kata itu Ziva kini dunianya sudah berubah.
Vano hanya menyaksikan ketiga orang di hadapannya, ada rasa bahagia di hatinya karena kini bisa memiliki tapi ada rasa sedih juga kalau ia mengingat Keyla, ia merasa sedih karena sudah menghianati orang yang paling di cintainya.
"Maaf kan aku Keyla" batin Vano.
Vano kembali mengingat bagai mana ia bisa menikah dengan Keyla, bagai mana bahagia keluarganya, saat ia menikahi Keyla. tapi tetap Vano menikahi Keyla tidak ada resepsi karena waktu itu setelah Akat nikah, Nenek Vano meninggal dunia, dan resepsi pernikah Vano di tunda dan dalam waktu dekat ini akan di langsungkan resepsi pernikahan Vano dan Keyla.
Entah bagai mana Vano harus berkata pada Ziva, kalau Ziva tau ia akan melangsungkan resepsi bersama Keyla istri pertamanya. Vano bingung sendiri dengan keadaannya.
"Om kenapa" Daffa bertanya pada Vano, karena Vano duduk sambil melihat mereka tanpa berkedip.
"Saya engga apa-apa" jawab Vano.
Drettttt!!!!
Phonsel Vano berbunyi, Vano segera memangambil phonselnya, dan ia melihat tertulis di layar phonselnya. Vano pergi menjauh dari Ziva dan adik kembarnya.
My Wife.
"Halo sayang"
"Sayang kamu di mana?" tanya Keyla di seberang sana.
"Aku lagi di luar kota Sayang" jawab Vano dengan berbohong.
Ziva yang berada di belakang Vano, menyenderkan tubuhnya di dinding sambil melipat tangannya di dada. Mendengarkan Vano yang sedang berbicara dengan Keyla.
"Sayang kamu cepat pulang ya Mama lagi sakit" kata Keyla.
"Mama sakit" Vano sedikit kawatir mendengar Mamanya sakit.
"Iya Sayang dan Mama nanyak in kamu terus, kamu cepat pulang ya" kata Keyla dengan lembut dan manja.
"Ya sayang aku pulang sekarang, kamu tunggu aku ya" kata Vano.
"Oke, love you babe" kata Keyla sebelum memutuskan panggilannya.
"Love you more honey" balas Vano.
Biip.
Vano berbalik dan ia ingin menemui Ziva yang tadi ia tinggalkan di ruang tamu, tapi saat ia sudah berbalik ternyata Ziva ada di belakangnya. Sambil melipat tangan dan menyenderkan tubuhnya.
"Love you more honey" kata Ziva mengejek Vano yang mematung karena sedikit terkejut dengan kehadiran Ziva di belakangnya.
"Sejak kapan kamu di situ?" tanya Vano dengan suara beratnya.
"Sejak Om pergi dari depan, dan berjalan, lalu Om berhenti di sini." Kata Ziva santai.
"Kamu mau mendengarkan pembicaraan orang lain" tanya Vano tegas.
"Ia Om, Om kan memang orang lain, bahkan Om itu orang asing buat saya" kata Ziva.
"kamu berani sama saya?"
"Kenapa saya harus takut sama Om"
"Saya suami kamu sekarang!" Vano mulai berbicara dengan nada membentak.
"Tapi tadi Om sendiri yang bilang, kalau saya suka mendengarkan pembicaraan orang lain, dan orang lain itu Om" Ziva tetap saja santai berbicara, bahkan Ziva dengan beraninya menatap mata Vano yang sedang menatapnya tajam.
"Kamu!!!" Vano benar-benar jengkel ia mulai berjalan mendekati Ziva.
"Boss" tiba-tiba terdengar suara Arman tangan kanan Vano.
"Kenapa" kata Vano dengan jengkel.
"Datang di saat tidak tepat" batin Vano.
"Barusan Tuan besar menghubungi saya, kalau Nyonya besar, keadaannya sedang sakit dan sekarang sudah di larikan ke rumah sakit" Arman menjelaskan.
"Saya pergi dulu, dan kamu harus hubungi saya kalau mau pergi kemana pun, dan kalau saya hubungi kamu, awas kalau kamu abaikan."
Setelah mengatakan itu, Vano langsung pergi karena ia sangat hawatir dengan keadaan Mamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
dasar Vani gila tukang kawin😊😊
2023-10-28
0
liberty
kalo cinta gak akan mendua mas 🙄
2023-02-19
0
Lisa Halik
sabarlah ziva
2022-12-25
0