Kini Ziva sudah berada di rumahnya, ia kini sedang berada di kamarnya dan berbaring di ranjang, yang sederhananya itu. Sementara Adik kembarnya sudah tidur semenjak Ziva pulang tadi.
"Om Vano itu bener-bener teropsesi sekali sepertinya sama aku"
"Apa coba, masa iya aku jadi Istri Om-om. Belum lagi kami engga saling kenal"
Ziva terus berdebat dengan dirinya sendiri, ia merasa bingung dengan ucapan Vano.
"Udah ah besok aja aku pikirin, nanti besok aku yakin pasti aku dapat ide brilian, buat Om Vano membatalkan keinginannya buat nikah sama aku"
Drett..
Terdengar suara phonsel Ziva bergetar, dengan segera ia mengambil phonselnya, dan ternyata Vano yang mengirim pesan dan fhoto dirinya yang sedang tidur memeluk Vano, yang di ambil Vano sewaktu mereka tidur bersama dulu.
"Sial!"
***
"Daffa, Daffi, udah pagi sayang bangun sekolah"
Ziva membangunkan kedua Adiknya untuk berangkat sekolah, setelah kedua adiknya bangun, Ziva segera menyiapkan sarapan dan setelah mereka selesai sarapan kedua Adiknya berangkat ke sekolah.
"Oke aku hari ini mau daftar kuliah" Ziva bergam.
Ya memang Ziva hari ini akan mendaptar kuliah di salah satu Universitas di kota itu, ia sudah bertekat tetap melanjutkan pendidikannya, sambil menghidupi kedua adiknya, ia tidak ingin selamanya terjebak dalam dunia malam yang selama ini tempat ia bekerja.
Drettt!.
Suara phosel Ziva berbunyi.
"Sayang" jawab Ziva, setelah tersambung karena yang menghubunginya itu adalah pacarnya, mereka sudah berpacaran selama dua bulan, tapi Pirman tidak pernah tau kalau Ziva bekerja di Club, yang ia tau Ziva bekerja menjadi pelayan di Restaurant.
"Sayang kamu jadi kan daptar kuliah?" tanya Pirman di sebrang sana.
"Jadi dong yang"
"Aku jemput" kata Pirman.
"Oke, aku tunggu"
***
Kini Pirman sudah berada di halaman rumah Ziva, dan sedang menunggu Ziva keluar.
"Sayang maaf lama nunggu" kata Ziva karena melihat Pirman duduk di dalam mobilnya menunggu dirinya.
Dan Ziva langsung masuk, duduk di samping Pirman.
"Engga apa-apa loh yang, demi kamu" kata Pirman sambil membelai pipi Ziva.
"Makasih sayang"
Cup
Pirman mencium bibir Ziva sekilas.
"Sama-sama sayang, kita berangkat ya" kata Pirman.
Pirman mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, sesekali matanya melihat ke sampin di mana ada Ziva di sampingnya.
"Sayang"
"Apa yang" jawab Ziva karena Pirman seperti tidak pokus menyetir, tapi ia lebih pokus pada Ziva yang berada di sampingnya.
"Sini, peluk tangan aku terus kepala kamu tarok di bahu aku" kata Pirman sambil menyetir dan pandangannya lurus ke depan.
"Bahaya Yang, kamu lagi nyetir" Ziva perotes.
"Sayang" Pirman menarik kepala Ziva pelan lalu menyenderkan kepala Ziva di bahunya.
"Sayang kamu pokus ya nyetirnya" kata Ziva yang sedang memeluk lengan Pirnan dan menyenderkan kepalanya di bahu Pirman.
"Iya sayang" jawab Pirman
"Kamu nanti di Kampus harus terus dekat sama aku" kata Pirman.
"Kenapa gitu yang" tanya Ziva.
"Aku kan Dosen kamu sekaligus calon suami kamu" kata Pirman.
Dan Pirman menghentikan mobilnya di tengah jalan, karena lampu merah sedang menyala.
Kaca mobil Piman sedikit terbuka, dan orang di sampingnya melihat dengan jelas kalau Ziva sedang bergelanyut mesra di lengan Pirman.
"Sial!" umpat orang tersebut, ia merasa jengkel dengan apa yang ia lihat
"Setelah kamu menjadi Istri ku, kamu tidak akan sedikit pun jauh dari ku" guman orang tersebut.
Dan lampu merah sudah berganti menjadi lampu hijau, Pirman kembali melanjutkan perjalanannya menuju kampus dan setelah sampai di kampus, Pirman tidak membiarkan Ziva sedikit pun jauh darinya.
"Sayang aku temenin kamu ya" kata Vano.
"Oke sayang"
Setelah selesai dengan urusannya Ziva dan Pirman berjalan menuju kantin.
"Pirman" sapa seorang wanita.
"Hey, Vika" kata Pirman.
"Ini siapa?" Vika bertanya pada Pirman karena ia melihat ada wanita di samping Pirman, karena Vika tidak pernah melihat Pirman bersama wanita mana pun selama ini.
"Oh, dia mahasiswi baru sekaligus calon Istri ku"
Pirman memperkenalkan siapa Ziva, karena ia tidak mau kalau Ziva berpikir ia menyembunyikan hubungangannya, karena Pirman tidak mau melihat Ziva dengan laki-laki lain dan Pirman pun tidak mau memberi harapan pada wanita yang mendekatinya
"Oh" setelah mengatakan itu Vika langsung pergi meninggalkan Pirman dan Ziva karena tadinya ia pikir masih ada harapan untuk mendapatkan hati Pirman, namun sepertinya ia salah.
"Sayang dia siapa" tanya Ziva karena ia melihat Vika pergi bahkan tidak mengatakan apa-apa pada Ziva dan Pirman.
"Oh, Dia Vika salah satu Dosen juga di sini" kata Pirman.
"Tapi dia seperti suka sama kamu yang" kata Ziva.
"Udah yang engga usah pikirin itu" kata Pirman, ia memang malas membahas orang lain bila ia sedang bersama Ziva, karena menurutnya itu hal yang tidak penting
"Ya kan aku cuman kasih tau kamu yang" kata Ziva sedikit ngeyel.
"Sekali lagi kamu bahas orang lain, aku gigit bibir kamu Yang" kata Pirman, karena dirinya sudah benar-benar jengkel pada Ziva.
"Yang ini udah siang kamu antar aku pulang ya" kata Ziva.
"Tapi aku masih kangen Yang" kata Pirman ia masih ingin berlama-lama dengan Ziva.
"Ia yang aku juga maunya gitu, tapi kamu tau kan Yang si kembar kasian di rumah, mereka pasti udah nuggu aku"
Ziva memang sedang memikirkan adiknya, ia tau ini adalah jam pulang sekolah kedua adiknya, lagi pula ia harus bekerja di Restaurant.
"Ya udah aku antar" kata Pirman.
Keduanya bangun dari kursi kantin itu, lalu berjalan menuju tempat parkir di mana di sana ada mobil Pirman terparkir.
Kini keduanya sudah duduk di mobil dan Pirman sudah mengemudikan mobilnya, tangan Pirman memegang tangan Ziva, jari-jari mereka saling mengikat, sesekali Pirman mencium punggung tangan Ziva, matanya tetap lurus ke depan dengan sebelah tangannya yang mengemudi.
"Yang kamu cinta kan sama aku?" tanya Pirman.
"Iya dong yang, kamu kenapa napa nanya itu" kata Ziva karena tidak biasanya Pirman menanyakan hal itu.
"Kita nikah yuk" kata Pirman, sekilas melihat Ziva di sampingnya lalu ia kembali melihat lurus ke depan.
Deeg!
"Kalau sekarang aku minta maaf yang, aku belum siap, adik aku masih terlalu kecil, aku mohon kamu ngerti aku" jawab Ziva.
"Ya udah kalau kamu belum bisa engga apa, aku ngerti keadaan kamu" kata Pirman.
Pirman mengerti apa yang ada di pikiran Ziva, karena itu ia tidak mau memaksa Ziva, lagi pula ia membenarkan ucapan Ziva, kini keduanya sudah sampai di halaman rumah Ziva.
"Makasih ya sayang udah jemput terus anter lagi aku pulang" kata Ziva.
"Ya sayang ku" kata Pirman, lalu Ziva berniat ingin membuka pintu lalu turun, tapi Pirman menarik tengkuk Ziva.
"Kasih jatah sikit napa Yang " kata Pirman.
Dan Pirman memajukan wajahnya dan melumatkan bi*ir Ziva.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
liberty
baru 2 bln udah ngajak nikah 🤭
2023-02-19
0
liberty
Pirman thor 😅😅😅
2023-02-19
0
liberty
cemburu boss 😏
2023-02-19
0