kini Ziva sudah duduk di kamar Hotel bersama seorang pria yang di katakan Mami kini keduanya sudah duduk di pinggir ranjang entah apa yang sedang mereka pikirkan.
"Siapa nama kamu" tanya orang tersebut.
"Nama saya Vanya Om" jawab Ziva.
"Baiklah saya tidak mau banyak basa-basi ayo layani saya" kata pria itu yang sudah tidak sabar melihat Ziva yang sangat menggoda di matanya.
"Sebentar Om" Ziva menahan orang yang hampir menindih tubuhnya itu dengan tangannya.
"Ada apa lagi?" tanya lelaki itu dengan wajah kecewa karena ia sudah benar-benar tidak sabar.
Ziva mendorong dada pria itu dan turun dari ranjang, pria itu terlihat bingung dengan apa yang akan di lakukan Ziva.
"Hey kau mau mempermainkan aku!" bentak pria itu.
"Begini Om, saya siap melayani Om asal Om mau bayar saya 500juta untuk malam ini!" kata Ziva.
"Ahahahaha, kamu pikir kamu siapa sok jual mahal murah saja orang belum tentu ada yang mau" kata pria tersebut meremehkan Ziva.
"Baik kalau Om tidak mau saya akan keluar dari kamar ini dan Om bisa cari wanita lain" kata Ziva
"Eh tunggu " pria itu menghentikan langkah Ziva keluar dari kamar itu.
"Baik tidak masalah saya bayar 500 juta, lagi pula kamu terlihat menarik" kata pria itu.
"Siapa nama Om"tanya Ziva.
"Saya Bilmar" kata lelaki itu.
Drett..dreet!. Phonsel Bilmar berdering.
"Halo"
_
"Oke"
Biip.
"Vanya sepertinya saya ada urusan yang mendadak dan harus segere saya selesaikan tapi kita akan melanjutkan yang tertunda ini lain waktu"
Setelah mengatakan itu Bilmar berlalu keluar dari kamar itu meninggalkan Ziva yang mematung karena bingung.
Ziva keluar dari kamar Hotel itu karena Bilmar juga sudah pergi meninggalkannya di sana. Ziva berniat pulang dan sebelum pulang ia akan menemui Mami di Club terlebih dahulu.
***
"Ziva kamu kenapa kemari" Mami bertanya karena bingung dan takut kalau Ziva juga di tolak oleh Bilmar.
"Mami tenang dulu" Ziva berusaha menjelaskan pada Mami karena jelas sekali wanita itu menyimpan rasa takutnya.
"Apa dia juga menolak kamu" tanya Mami ia belum tenang kalau Ziva belum menjelaskannya.
"Engga Mi"
Huuf
Mami menarik nafas lega mendengar apa yang di ucapkan Ziva, tapi tetap saja ia masih penasaran kenapa Ziva pulang secepat ini.
"Terus kenapa kamu di sini sekarang bukannya seharusnya kamu temani dia"kata Mami lagi.
"Iya Mi, tapi Om Bilmar tadi ninggalin Vanya sendiri di Hotel karena abis dapat telpon mendadak gitu Mi, tapi dia bilang lain waktu Vanya harus temani Om Bilmar lagi" Ziva menjelaskan kepada Mami.
"Mami sangat lega mendengarnya" kata Mami ia bernafas dengan sangat lega.
"Mi Vanya pulang ya kasian si kembar di rumah" Ziva pamit pada Mami.
"Ya Vanya sekali lagi Mami ucapin terimakasih, kamu udah nolong Mami" kata Mami.
"Ya Mi, Vanya pulang dulu" Ziva keluar dari ruangan Mami berniat ingin pulang.
Ziva terus berjalan keluar dari ruangan Mami, Ziva sudah tebiasa melihat pemandangan di sekitarnya dengan lampu yang remang-remang di tambah lagi banyak yang bercumbu mesra tanpa rasa malu di sudut ruangan itu.
"Ehem" tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki berdehem Ziva melirik dari mana asal suara itu, ketika mata Ziva tau siapa yang bersuara wajah nya berubah pucat.
"Vanya" Vano menyebut nama nya.
Deeg!.
"Om Vano" Ziva sangat terkejut dan takut.
"Kamu kalah" kata Vano dengan suara tegasnya.
"Ta-tapi saya belum kalah Om, tadi sudah ada yang mau membayar saya sesuai dengan apa yang Om Vano bilang 500 juta" kata Ziva berusaha menghilangkan ke gugupannya.
Vano berjalan mendekati Ziva lalu menarik pergelangan tangan Ziva,.
"Ikut saya!"
"Om sakit, Om mau bawa saya ke mana?" kata Ziva sambil berusaha melepaskan tangan Vano yang menariknya.
"Sesuai kesepakatan kamu harus layani saya selama satu minggu" kata Vano sambil membuka pintu mobil dan mendorong Ziva masuk ke dalam mobilnya.
Lalu Vano memutari mobilnya dan masuk duduk di kursi kemudi dan menyalakan mobilnya ia melaju dengan kecepatan sedang.
"Om kita mau kemana" tanya Ziva, yang merasa sedikit takut.
"Sesuai janji kamu harus layani saya selama satu minggu"
Ziva terkejut mendengar ucapan Vano ia pikir ia akan bebas dari ancaman Vano dan ia akan terbebas dari ancaman dengan fhoto nya yang ada di Vano.
"Om seminggu itu lama Om, udah kayak Istri layani suami aja, engga sekalian Om jadiin saya istri Om aja" jawab Ziva karena jengkel.
Ziva benar-benar tidak mengerti, kenapa Vano begitu menginginkannya.
"Kalau itu mau mu baiklah" jawab Vano enteng.
"Maksut Om" Ziva bertanya karena ia benar-benar bingung arti dari ucapan Vano.
"Kamu akan saja jadikan Istri saya" jawab Vano, dirinya hanya memandang lurus ke depan tanpa melihat Ziva.
Sementara Ziva sama sekali tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Vano.
"Om jangan becanda ya, engga lucu" kata Ziva denga menahan rasa jengkelnya pada Vano.
"Saya tidak bercanda!"
"Om mau ngajak saya nikah, lucu sekali" Ziva tersenyum mingejek Vano.
Mendengar ucapan Ziva, Vano menggentikan mobilnya ia memarkirkan mobilnya di pinggir jalanan yang sangat sepi itu.
Ziva terkejut dengan apa yang di lakukan Vano, Ziva takut Vano menyuruhnya turun dari mobil itu lalu meninggalkannya di jalan yang sangat sepi itu apa lagi waktu sudah menunjukan hampir tengah malam.
"Kamu mau menikah dengan saya atau fhoto kita saya sebar" Vano kembali mengancam Ziva, karena ia bingung bagai mana cara nya agar Ziva menuruti ke inginannya.
"Kalau wanita di luar sana dengan suka rela menyerahkan tubuhnya pada ku, walau pun aku tidak menikahinya, tapi wanita ini malah menolak ku aneh sekali" Batin Vano.
"Om jangan main ngancem terus dong" Ziva protes karena ia sangat takut kalau fhotonya tersebar di tambah fhoto itu dirinya sedang tidur bersama seorang laki-laki.
Vano melihat wajah Ziva lalu mulai mendekatkan wajahnya, Ziva takut dengan apa yang akan Vano lakukan padanya, namun ia berusaha tenang seolah ia tidak takut pada Vano.
"Semoga Om Vanu ini engga nurunin aku di jalanan gelap, dan sepi ini" batin Ziva.
Sementara Vano terus mendekatkan wajahnya ia memegang lekuk Ziva dan mencium bibir Ziva dengan sangat lembut.
"Ingat kalau kalau kamu tidak mau menikah dengan saya, saya akan benar-benar melakukan apa yang saya katakan tadi" kata Vano tangannya masih di lekuk Ziva dan jarak mereka hanya dua senti saja, Vano berbicara sangat lembut bahkan nafasnya seperti memburu, ia seperti menahan hasratnya untuk menyetuh Ziva.
"Saya beri kamu waktu malam ini untuk memikirkan ucapan saya, ingat kalau kamu menolak, kamu akan tanggung akibatnya."
Setelah mengatakan itu Vano kembali menyalakan mesin mobilnya lalu melaju dengan kecepatan sedang.
Keduanya hanya diam saja tidak ada yang berbicara, mereka hanyut dalam pikiran mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
halimah abdul hayes
Foto bukan fhoto…kalau mahu guna English ejaan photo
2024-04-07
0
etihajar
wae bilmar ternyata,, sepupu vano nsnti jadi nya sama dr Anggia
2023-06-22
0
liberty
jangan² bawahannya Vano 😏😏
2023-02-19
0