Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam sesuai janjinya dengan orang yang di jumpainya beberapa jam yang lalu. Ziva terus berpikir ia menghubungi orang tersebut atau tidak. Ziva yang ragu-ragu.
Ziva terus mondar mandir di depan tv, sementara Daffa dan Daffi yang sedang menonton kartun kesukaannya merasa terganggu. Karena Kakaknya yang berlalu lalang di depan tv.
"Kak Ziva" Daffa sudah mulai jengkel dengan tingkah kakak.
"Umm" jawab Ziva, sambil terus berjalan mondar mandir di depan adik-adkinya.
Karena Ziva tidak pindah dari depan tv. Daffa dan Daffi menarik tangan kakaknya. Daffa memegang tangan kanan dan Daffi memegang tangan kiri, lalu membawa Ziva ke dapur.
"Kakak kalau mau mondar mandir, di sini ajja. Jangan di depan tv" kata Daffa yang di angguki oleh Daffi.
Kedua bocah kembar itu, kembali melanjutkan tontonannya, sementara Ziva mereka tinggalkan di dapur. Ziva merasa jengkel karena adik-adiknya, seperti memarkirkan mobil saja cari tempat kosong.
Tot tok tok.
Terdengar suara ketukan pintu, Daffa yang berada di sana dengan Daffi, mendengar suara itu,.
"Daffa bukain pintu. Mungkin Kak Nita ngantar makanan" kata Daffi. Karena biasanya Nita yang akan datang apa lagi hari sudah malam begini.
Clek!
Daffa membuka pintu, ia melihat seseorang dengan kemeja hitam dengan lengannya setengah di lipat. Daffa memperhatikan orang itu, karena dia yang masih kecil jadi ia harus mendongkak kan kepalanya agar bisa melihat wajah tamunya itu.
"Cari siapa Om" tanya Daffa sopan.
"Vanya" jawab lelaki itu.
Daffa terlihat bingung, namun ia tau mungkin kakaknya yang di cari orang tersebut.
"Maksut Om kak Zivanya ya" kata Daffa sopan.
Lelaki itu tersenyum lalu mengangguk.
"Ya, kamu bisa panggilkan kakak Zivanya" pinta lelaki itu, di angguki oleh Daffa.
"Bentar ya Om"
"Ada apa" ketus Ziva setelah tadi ia di panggil oleh Daffa ia sudah jengkel walau pun Daffa tidak memberi tahunya, siapa yang datang namun dia sudah bisa menebak.
"Bisa bicara di luar" tanya pria itu.
Ziva berpamitan kepada kedua adiknya, untuk keluar sebentar dan berpamitan pada Nita untuk menitipkan adik-adiknya yang tinggal berdua saja di rumah.
Dan kini keduanya sudah berada di dalam mobil, keduanya saling diam, hanya lelaki itu yang sesekali melihatnya, sedangkan Ziva hanya pokus melihat jalanan.
"Om udah kalau mau ngomong-ngomong aja, kasihan adik-adik aku di rumah" kata Ziva
Lalu pria itu memberhentikan mobilnya di pinggir jalan yang sangat sepi itu. Di tambah lagi suasana gelap, hanya lampu jalan yang redup jadi penerang mereka di sana.
"Om sebenarnya Om mau apa??" tanya Ziva
"Sabar dong sayang, engga usah buru-buru" kata orang tersebut.
"Nama saya Vano, jadi jangan panggil Om" tegas Vano.
"Namanya sama orang cocok" kata Ziva
Vano yang mendengar pujian dari Ziva, merasa sangat bahagia dan percaya diri.
"Bagus kalau kamu sadar nama dan wajah aku memang keren." kata Vano dengan begitu percaya diri.
"Namanya sama orangnya sama-sama aneh Om, bukan keren" kata Ziva memperjelas maksudnya barusan, tapi Vano masih bingung dengan ucapan Ziva.
"Maksud kamu" tanya Vano yang memang tidak mengerti.
"Ya Vanu kan nama Om??.. Vanu ya pengakit, yang menular, ih aku jadi jijik dekat sama Om" kata Ziva yang memang dari awal tidak suka pada Vano.
"Vano bukan Vanu, kamu berani ya kurang ajar sama saya" kata Vano dengan tegas dan sedikit emosi, karena ini pertama kalinya seorang Vano ada yang berani menghina namanya.
"O" kata Ziva sinis.
"Om sebenarnya apa mau Om, kenapa Om berniat nyebarin fhoto kita, yang hanya tertutup selimut itu," tanya Ziva yang memang sudah menahan emosinya, sejak bertemu Vano tadi siang.
"Saya mau kamu temani saya malam ini" kata Vano tampa melihat Ziva.
"Aku punya adik di rumah Om engga bisa di tinggal" jawab Ziva langsung. Ziva tidak mau lagi melakukan perkerjaan kotor itu, dulu dia mau demi menyelamatkan adiknya.
"Kalau kamu engga mau, aku bakalan kasih fhoto kita ke pacar kamu" kata Vano dengan penuh penekanan.
Deeg!
Jantung Ziva berdetak.
"Dari mana manusia ini tau kalau aku punya pacar" batin Ziva.
"Pirman Priawan, seorang dosen di Universitas X" kata Vano
Ziva menatap Vano, seolah tidak percaya dari mana Vano bisa tau dengan jelas kalau Pirman adalah kekasihnya, bahkan perkejaannya saja dia tau.
"Ini tidak benar batin" Ziva.
"Kenapa??. Kaget???"
Tanya Vano sambil mengambil rokok dan menyalakanya, Vano mempermainkan asapnya sehingga seperti berbentuk bulatan-bulatan kecil.
"Tapi Om, kenapa Om ngancam aku kita kan udah engga ada urusan" kata Ziva, penasaran apa tujuan orang tersebut sebenarnya.
"Karena saya suka sama kamu. Sejak pertama kali saya tiduri kamu" kata Vano, Ziva kaget tentunya dengan ucapan orang di di sampingnya.
"Kenal saja tidak sudah bilang suka, dasar gila" batin Ziva.
Vano membuang rokoknya keluar jendela lalu mendekatkan wajahnya, pada Ziva, " kamu tidak perlu temani saya sampai pagi, cukup satu jam saja" kata Vano yang mulai mencium bibir Ziva.
"Om jangan kurang ajar ya" kata Ziva.
"Ahahahahaaa. Baru kali ini saya ketemu wanita bayaran galak, biasanya wanita bayaran itu yang menggoda pria berkantung tebal" kata Vano dengan meremehkan Ziva
Deeg!.
Hati Ziva sangat sakit mendengarnya, kenapa ia harus berkata sekasar itu. Tapi Ziva tidak menujukan dirinya lemah dia sudah beranjur berjanji di makan orang tuanya ia tidak akan pernah menjadi lemah,.
"Saya beda Om" kata Ziva memandang lurus, tanpa melihat Vano yang memandangi wajahnya.
"Apa bedanya???. Yang namanya wanita bayaran. Semua sama saja" jawab Vano dengan suara seperti merendahkan Ziva.
Ziva tidak mau kalah tentunya, bila ia di tantang maka iya pun akan menerima tantangan itu.
"Saya wanita bayaran berkelas Om, dengan bayaran yang tinggi, saya tidak terima recehan. Saya cuman terima Transferan itu pun dengan angka ya menurut saya mengiurkan" kata Ziva, hatinya tentu saja sakit, tapi apa dengan menangis dan menunjukan kemaraha ia akan di lepaskan begitu saja,oleh Vano itu mustahil,.
"Waw, baru kali ini saya berjumpa dengan wanita seperti kamu" kata Vano"
"Baik berikan Nomer Rekening mu" kata Vano pada Ziva.
Tanpa berkata Ziva langsung mengambil phonselnya dan meberikan nomer Rekeningnya, kepada Vano.
"Paling 5 juta" batin Ziva.
"Engga terima Tranferan di bawah 10 juta ya Om. Maaf uang 10 juta itu terlalu kecil buat bersihin sisa-sisa percintaan Om di tubuh saya" kata Ziva dengan sinis.
Vano yang mendengar ucapan Ziva tersenyum samar, ia mengakui wanita di hadapannya ini cukup berani apa lagi dengan orang seperti dirinya, Vano semakin tertantang untuk mendapatkan Ziva.
"Ternyata kamu matre juga ya" kata Vano denga memiringkan senyumnya.
Ziva menatap Vano, dan tersenyum remeh, memandang Vano seolah mengejek, sambil tersenyum, seolah lelaki yang di sampingnya itu sepele baginya.
"Itu bukan matre Om, hanya Realistis. Kalau Om engga punya modal engga usah sok. Cari aja wanita bayaran biasa yang engga berkelas" kata Ziva. Ia benar-benar menyepelekan orang di samping nya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
liberty
🤣🤣🤣🤣🤣
2023-02-19
0
Lisa Halik
ziva kamu nggak tau sapa itu vano
2022-12-25
0
putrie
wooowwww keren ziva 👍👍👍👍👍
2022-04-13
0