Sekarang Ziva sedang berada di rumah sakit, dari semalam ia menemani adiknya, ia harus mengurus beberapa persaratan agar adik nya bisa di oprasi. Hari ini ia tidak pergi sekolah karena ia tidak akan tenang meninggalkan adiknya di rumah sakit.
"Ziva " Nita memanggil.
"Kak Nita " jawab Ziva.
Kini keduanya sedang duduk di ruang rawat Daffi. Nita yang baru saja pulang berkerja, tadi hanya pulang mengganti pakaiannya. Untuk melihat putranya, dan kondisi Daffa. Kalu ia berangkat ke rumah sakit.
"Gimana???, Apa Daffi sudah bisa di oprasi?" tanya Nita lagi yang tampak hawatir melihat wajah Daffi yang tertidur dengan wajah yang pucat.
"Tadi aku sudah menemui Dokternya Kak, katanya nanti malam oprasi akan di lakukan" jawab Ziva.
***
Sudah seminggu berlalu Ziva sibuk mengurus adiknya setelah menjalankan oprasi. Kini Daffi sudah di nyatakan sembuh namun masih harus melakukan beberapa pemerisaan untuk memastikan tumor itu sudah tidak bersarang di kepala adiknya.
Sudah satu minggu pula ia tidak ke sekolah, ia tadi bahkan mendapat telpon dari gurunya di sekolah mempertanyakan mengapa Ziva tidak bersekolah. Besok Ziva harus menghadap ke ruang guru itu menjelaskan alasannya.
Ziva pun mengiakan, karena adiknya juga sudaah mulai membaik. Ia bisa meninggalkan Daffi bersama Daffa. Ziva akan meminta Daffa besok agar menjaga Daffi agar ia bisa kesekolah, Ziva ingin mengatakan pada gurunya ia tidak lagi bersekolah, karena harus mengurus adiknya.
"Ziva " tiba-tiba Ziva mendengar namanya di panggil.
"Sela " jawab Ziva
"Kamu tau rumah aku??" kata Ziva.
"He'um. Jadi kemarin aku lewat daerah sini, terus aku liat kamu ada di teras ini juga. Tapi aku kemarin engga bisa mampir, buru-buru ngantar Bunda kerumah temannya" kata Sella.
Sela sebenarnya bukan lah teman dekat Ziva, sahabat Ziva sudah tidak mau lagi berteman dengannya, awalnya ia pikir temannya akan mau membantunya. Namun ternyata Ziva salah dulu yang katanya mereka sahabat sejati, sekarang sudah tidak ada lagi setelah Ziva tidak memiliki apa-apa.
Sela dulu tidak terlalu dekat dengannya, karena dulu Sela merasa minder kalau harus berteman dengan geng dari Ziva karena mereka semua orang berada.
Tapi kini justru keadaan berubah. Zela baru tau arti teman setelah ia menjadi susah. Di saat seperti ini dia tau mana yang hanya sekedar teman, dan mana yang benar-benar teman.
"Ziva kamu kenapa engga sekolah?" tanya Sella.
Ziva menjelaskan apa saja penyebab ia tidak sekolah, Sela merasa sedih mendengar semua cerita Ziva tentang orang tuanya dan apa yang terjadi pada adiknya.
Sela pun menangis memeluk, sahabatnya itu, ia tulus berteman dengan Ziva, Sela berteman dengan Ziva, bukan karena Ziva orang kaya. Seperti teman teman Ziva yang dulu.
Ziva merasa terharu, Sela begitu tulus berteman dengannya, setelah keadaannya susah barulah ia menemukan sahabat sejati.
"Ziva kamu bilang tadi mau putus sekolah, jangan udah tanggu sebentar lagi kita udah naik kelas tiga. Hanya sedikit lagi. Kamu harus kuat" kata Sela, Sela merasa sedih mendengar bahwa Ziva akan putus sekolah karena akan merawat adiknya.
"Tapi adik aku gimana Sel, aku engga mungkin ninggalin dia sendiri di rumah" kata Ziva.
"Ibu yang akan urus adik kamu selama kamu sekolah. Ibu yang akan menjaga Daffi, jadi kamu harus tetap sekolah" kata Ibu dari Nita itu.
Tiba-tiba Ibu tetangga Ziva yang terdengar, sepertinya Ibu itu mendengar pembicaraan, Ziva dan Sela, karena memang keduanya duduk di kursi teras.
"Tapi Bu, Ziva engga mau ngerepotin Ibu" Ziva merasa tidak enak.
"Sudah kamu sekolah jangan pikirkan adik kamu, selama kamu sekolah" kata Ibu itu dengan tegas sudah tidak bisa lagi di bantah
Ziva pun tersenyum di balik kesulitan ia masih menemukan kemudaha, ia bersukur karena masih ada orang-orang baik di sampingnya, Sella kembali memeluk Ziva.
SATU TAHUN BERLALU
Satu tahun sudah berlalu Ziva akhirnya bisa menyelesaikan sekolahnya, walau pun ia sering kali tidak masuk sekolah. Karena harus mengurus adiknya, sering kali ia mendapat teguran dari sekolah. Tapi itu sudah tidak masalah baginya, yang penting adiknya kini di nyatakan sudah seratus persen sembuh.
Kini Ziva sedang berjalan membeli telur, tidak jauh dari kontrakannya, sepulang sekolah ia harus memasak lalu ia berangkat berkerja di salah satu restaurant seperti biasanya.
"Aawhh" Ziva berteriak saat sebuah mobil berwarna hitang. Melintas di jalan yang sedikit rusak dan di penuhi air kotor, mengenai baju dan wajah Ziva.
Mobil itu berhenti dan terlihat pintunya terbuka. Ziva melihat seorang laki-laki dengan kemeja yang di lipat sengah lengannya berwarna merah maron. Dan mulai mendekat padanya.
Ziva merasa pernah mengenal orang tersebut. Tapi siapa Ziva terus bertanya pada dirinya, ia bingung karena lupa siapa orang yang berjalan kearahnya.
Tiba-tiba potongan ingatan itu tersusun di kepala Ziva. Ia ingat kalau itu adalah laki-laki yang mebelinya waktu itu.
Wajah Ziva terlihat pucat ia takut. Ziva mulai berdo'a semoga laki-laki itu tidak mengenalinya lagi.
"Kamu" kata laki-laki itu, ia berdiri di hadapan Ziva sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya.
"Iya Om ada apa" Ziva pura-pura lupa, seolah tidak mengingat kejadian itu.
"Kamu lupa siapa saya?" kata orang itu.
Ziva mengangguk sebagai jawaban ia, tapi laki-laki itu tersenyum sinis,.
"Iya wajar saja kalau kamu lupa. kamu kan wanita bayaran. Sudah tidur dengan banyak laki-laki mana mungkin kamu ingat dengan saya. Kamu bukan hanya tidur dengan saya saja, kenapa aku bertanya " kata lelaki itu seolah menyindir Ziva.
"Iya Om benar" kata Ziva dengan mantap, padahal hatinya sangat sakit mendengar kata kata lelaki itu, tapi ia harus tetap kuat ini sudah resikonya,.
"Kalau begitu nanti malam saya boking kamu ya, saya akan bayar kamu berapa kamu mau" kata lelaki itu.
Hati Ziva terasa sakit mendengar ucapan lelaki itu, tapi ia harus tetap terlihat kuat, ia sudah di anggap jalang.
"Ya memang aku seorang jalang, bicara harga diri jalang punya harga diri. Zetelah di tiduri harga dirinya dibayar. Waw miris sekali" batin Ziva.
"Maaf Om saya engga bisa. Saya sekarang kerja di Restaurant menjadi pelayan, bukan di tempat itu lagi" kata Ziva menolak halus, ia tidak mau terjadi masalah.
Lelaki itu mengangguk mengerti, ia mengambil ponselnya dan menujukan sebuah gambar. Ziva sangat terkejut melihat gambar itu, dimana ia hanya terbalut selimut dengan lelaki itu.
Ziva menelan kasar salivanya. Ziva bingung dan takut jika fhoto itu tersebar, dan bagai mana kalau orang tau. Apa lagi kalau tetangga kontrakannya tau, ia bisa di usir dari kontrakannya. Bagai mana dengan adiknya, Daffa dan Daffi juga pasti membencinya karena melihat fhoto itu, ia benar-benar takut.
"Ini kartu nama saya" pria itu memberi kartu namanya.
"Dan hubungi saya nanti malam pukul sembilan malam. Saya akan menjemput kamu." setelah mengatakan itu, lelaki itu pergi begitu saja, Ziva memandang kartu nama yang ada di tangannya, ia bingung harus melakukan apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
liberty
padahal cuma kamu satu²nya yg ambil mahkota Vanya 🤧🤧
2023-02-19
0
Lisa Halik
maksudnya ziva hanya sekali tido sama laki2 itu&setelahnya ziva meneruskan sekolahnya/ngurus adik2nya&berkerja di restoran seprti biasa
2022-12-25
0
putrie
mulut'y lemes si om ga tau klo dy waktu ditidurin masih perawan 😠😠😠
2022-04-13
0