POV ZIVANYA SABILLA
Saat ini aku sedang duduk di ranjang kamar di sebuah Club malam. Aku sudah tidak memikirkan harga diri, harga diriku sudah ku jual dengan nominal rupiah, yang akan ku gunakan untuk pengobatan adikku.
Bagiku adik ku adalah segalanya, mereka harta ku yang paling berharga, kalau aku harus mengorbankan nyawa ku. Aku bersedia asal mereka tetap bahagia.
Aku sudah cukup merasakan kasih sayang orang tua ku. Tapi mereka, mereka masih butuh kasih sayang orang tua.
Maka dari itu aku harus membuat mereka seperti masih memiliki orang tua. Aku ingin adik ku begantung pada ku, menceritakan keluh kesahnya pada ku. Aku tidak ingin mereka merasa sendiri, dengan hidup yang tertekan karena kehidupan kami yang bahagia berubah menjadi penuh duka.
Aku pun sudah bertekat akan mebuat adik ku menjadi orang sukses, selama aku masih bernapas aku akan berusaha sampai tetes keringat terakhirku. Demi adik kembar ku kelak memiliki hidup yang lebih layak dari yang kami jalani sekarang.
Aku memandangi diriku, aku benar-benar seperti wanita bayaran. Apa??.. Bukan sepertinya!!. Aku memang sekarang sudah menjadi wanita bayaran. Aku tertawa seolah aku bahagia, tapi anehnya kenapa air mata ku menetes dengan sendirinya. Ah, sepertinya aku sedikit gila, mungkin juga bukan sepertinya tapi memang benar aku sudah gila.
Clek!..
Tap tap tap tap.
Pintu terbuka aku mendengar suara langkah kaki yang terdengar mulai mendekati ku. Aku tidak melihat wajahnya karena posisi ku duduk dengan membelakanginya.
Dia terus mendekat pada ku. Sampai akhirnya dia berdiri di hadapan ku, ya aku tertunduk aku tidak berani memandang wajah laki-laki itu.
Kurasakan dia memegang dagu ku, dan menggakat sedikit agar dia dapat melihat wajah ku, kini aku melihat wajahnya begitu pun dengannya, sesaat pandangan kami saling bertemu.
Tapi aneh tadinya ku pikir aku akan tidur dengan Om-om yang sudah tua. Seperti sebutan bandot tua. Tapi ini tampan sekali, buat apa cari wanita bayaran aku yakin tidak usah di bayar pun orang rela tidur dengannya.
Tapi itu orang aku tidak, aku merasa aneh dengan diri ku jantung ku seperti berdetak kencang, apa iya melihat om-om hidung belang ini jantung ku jadi dak dik duk.
"Kamu sudah siap?" tanya Om itu pada ku.
"He'um" aku mengangguk.
Jantung ku benar-benar tidak dapat lagi ku kondisikan, aku takut. Aku ingin berhenti tapi tiba-tiba wajah adik ku datang membayangiku, aku kembali menguatkan tekat ku.
"Ayo" kata Om itu.
"Ke mana Om" tanya ku bingung.
"Ke Hotel" jawabnya.
"Om tidak bisakah di sini saja" tanyaku memberi penawaran, karena lebih cepat lebih baik. Daffi pasti menunggu ku di rumah Kak Nita bersama Ibu Mirna. Sedangkan Daffa aku titipkan pada Perawat yang menjaganya.
"Em sepertinya kau sudah tidak sabar ya" kata Om itu.
"Siapa nama mu??" tanya nya padaku.
"Vanya Om" jawab ku singkat, dia hanya menganguk.
"Ayo cepat" kata Om itu padaku.
"Kemana Om??" tanya ku dengan polosnya. Padahal sudah jelas apa tujuannya di kamar ini bersama ku, bertapa bodohnya aku.
Sejenak ia terdiam memandang wajah ku, aku tidak mengerti apa yang ia pikirkan. Wajahnya sungguh tidak bisa di tebak, mungkin saja dia tengah menertawakan ku.
Dia semakin mendekat pada ku, aku mulai gemetar, tubuh ku mulai membeku, aku takut. Ibu tolong aku, jangan biarkan pengorbanan ku ini sia-sia. Walau pun aku sadar tujuan ku benar, namun cara ku yang salah.
"Kenapa" tanya nya pada ku.
"Tidak Om, ayo lanjutkan" kata ku.
Om itu mengangkat sebelah alisnya mendengarkan jawaban ku. Terserah padanya apa saja dia pikir tentang aku, yang penting, cepat dapat uang cepat pulang, batin ku.
"Sepertinya kau benar-benar sudah tidak sabar ya" katanya dengan sensual di telingaku, aku merinding, karena dia menggigit pelan telingga ku.
Aku berbaring di sana, aku menagis ketika ia memasuki ku, aku benar-benar tidak bisa lagi membendung kesedihan ku. Tidak ku sangka aku benar'benar menjadi wanita bayaran.
Setelah kurang lebih dua jam pertarungan antara jantan dan betina di atas ranjang itu. Akhirnya selesai juga, ia terkulai lemas dan tertidur di ranjang itu,.
Dengan tubuh lemas dan badan gemetar, aku turun dari ranjang, dan memakai pakaian ku yang berserakan di lantai.
Setelah semua ku kenakan aku mulai berjalan ke arah pintu. Sebenarnya aku tidak sanggup berjalan namun aku harus menemui adi ku di rumah sakit untuk melihat keadaannya.
Dan aku juga harus menghubunggi Daffi yang di rumah Buk Mirna, memastikan dia tidak usah menunggu ku pulang karena aku akan menginap di rumah sakit.
"Mi " aku melihat Mami yang melintas di depan kamar yang tadinya aku tempati.
"Ya sayang " jawab Mami
"Mi Vanya pulang ya" kata ku
"Iya tapi kamu pulang biar di antar supir Mami ini udah pukul dua malam, kamu mau kerumah sakit kan jenguk adik kamu" kata Mami.
"Iya Mi" jawab ku.
Kini aku sudah berada di dalam mobil, aku menahan sakit di bawah sana, tapi aku tetap berusaha kalau aku baik-baik saja.
Aku merasa aneh dengan sopir itu, ia selalu memandangku lewat kaca spion itu, aku merasa ada sesuatu.
"Ehem" aku berdehem sepertinya ia mengetahui aku tau kalau dia memandangi ku.
"Berapa tarip mu semalam" tanya nya pada ku.
Huuf! Aku menarik napas kasar.
Aku mendengar pertanyaan itu, akhirnya aku benar-benar menjadi wanita bayaran. Aku tidak mau terlihat lemah di matanya. Aku takut, kalau aku menujukan rasa takut ku, dia akan berbuat hal yang merugikanku.
"Em satu malam 50 juta Mas" jawab ku
"Waw mahal juga ya" katanya
Aku tersenyum getir, aku harus kuat, aku harus berusaha menjadi kuat dan tidak menunjukan rasa takut ku.
"Kan punya harga diri Mas " jawab ku enteng.
"Punya harga diri?" tanya sopir itu?.. Kembali pada ku sepertinya ia tidak mengerti maksud ku.
"Ya siapa bilang wanita malam itu tidak punya harga diri" ucap ku.
"Maksud mu" dia masih bingung ingin aku memperjelas ucapanku.
"Siapa bilang wanita malam itu tidak punya harga diri, buktinya satu malam di bayar 50 juta, dari pada yang ngaku punya harga diri tapi udah banyak yang tidurin di kasih gratis, abis di tidurin di tinggalin pula" aku menjelaskan sejelas jelasnya pada supir itu.
Sopir itu diam dan sepertinya ia sedang memikirkan ucapan ku, itu lebih baik dari pada dia terus berbicara dengan ku. Apalagi sampai melakukan perbuatan tak senonoh padaku, lebih baik aku memberinya pikiran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Puspa Trimulyani
jantan dan betina 😅😅😅emang hewan kak🤭
2023-01-22
0
Lisa Halik
semangat thor
2022-12-25
0
Irmayanti Dara
Bneerrr bgddd
2022-04-13
0