Usai melahap hidangan dimeja kantin, Januar mengantar Arifah menuju kelasnya.
Januar benar-benar bersyukur karena ulah Siska ia jadi dekat dengan Arifah dan ia juga tidak akan pernah melepaskan Arifah begitu saja. Tekad Januar.
"Januar, terima kasih atas semuanya." Ucap Arifah tersenyum ramah.
"Iya, aku juga senang akhirnya kita bisa berteman." Januar membalas senyum Arifah, mereka saling menatap.
Arifah tidak ingin lama-lama diposisi seperti ini.
"Aku masuk kelas!" Ucap Arifah salah tingkah. Dan dijawab anggukan Januar.
***
Sesampainya dihalaman rumah, Arifah melihat Mami dan Papi sedang mengobrol dengan beberapa orang.
"Siapa orang yang bersama Mami dan Papi Mas?" Tanya Arifah.
"Mas tidak tahu."
"Kapan Mami dan Papi sampai dirumah?" Tanyanya lagi.
"Pukul sepuluh." Jawab Aska.
Arifah lalu keluar menemui kedua orang tuanya dan mencium tangan keduanya demikian juga dengan Aska.
"Aska, Arifah, perkenalkan ini Melati dan Morgan!" Ucap Mami memperkenalkan tamunya. "Melati anak angkat Mami dikota Medan dan Morgan adalah suaminya, mereka sudah menikah setengah tahun yang lalu." Lanjut Mami.
Aska dan Arifah bersalaman dengan Melati dan Morgan. Arifah berlalu pamit kekamarnya hendak mengganti baju, sedangkan Aska ikut bercengkrama dengan mereka.
Sesampainya dikamar dan mengganti pakaiannya, Arifah membaringkan tubuhnya dikasur. Arifah masih sangat kenyang karena nasi goreng traktiran Januar, jadi dia mengurungkan niatnya makan siang. Ia masih memikirkan Melati yang ternyata anak angkat Mami. Kenapa Mami memberitahunya baru sekarang? Apa Mas Aska tahu akan hal ini? Pikiran macam-macam muncul dibenaknya. Sudahlah aku akan menanyakan ini nanti saja. Kemudian Arifah memeluk gulingnya dan tidur terlelap.
***
Arifah menuruni anak tangga hendak makan malam seperti biasa bersama keluarga. Semuanya sudah berkumpul, tapi ia tidak melihat Melati dan Morgan disana.
Arifah lalu duduk disamping Aska dan mengambil piring, nasi, lauk, dan sayuran. Arifah makan lahap sekali, apalagi tadi siang ia tidak makan. Usai makan Arifah membersihkan meja lalu mencuci alat makan yang kotor.
Arifah membuka kulkas dan mengambil beberapa camilan. Lalu pergi keruang tamu untuk menyaksikan acara televisi.
"Kamu sudah makan sangat banyak barusan dan masih makan camilan lagi, apa kamu tidak takut gendut?" Aska menatap heran Arifah yang sedang asyik menonton dengan beberapa camilan didepannya.
Arifah hanya mengeluarkan lidahnya kearah Aska.
"Apa kamu tahu, laki-laki tidak suka dengan perempuan gendut!" Aska menatap tajam Arifah geram.
"Aku masih kecil, ketika dewasa nanti aku akan menjadi Miss Word. Punya paras yang sangat cantik menawan dan mempunyai body goal seperti gitar spanyol." Jawab Arifah sekenanya, lalu memakan sisa camilan ditangannya menghadap Aska hingga mulutnya menggembung.
"Menghayallah, setinggi langit. Kalau terjatuh jangan menangis!" Ucap Aska membuang mukanya dari Arifah.
Arifah tertawa kecil melihat Aska tampak kesal. Ia berusaha mengunyah makanan yang ada dimulutnya dengan cepat, hendak menanyakan kebenaran tentang Melati.
"Mas tahu kalau Mami dan Papi punya anak angkat?"
"Tahu, tapi Mas belum dikenalkan. Sama denganmu, kita baru bertemu tadi dengan Melati!" Jelasnya.
Arifah masih fokus dengan acara tv dan camilannya.
"Lalu kemana mereka, aku tidak melihatnya sedari tadi?"
"Mereka ada disebelah rumah ini, mereka pindah kesini dan menjadi tetangga kita!"
"Mami dan Papi disana?" Tanyanya lagi. Aska mengiyakan.
Arifah bangkit dari duduknya menuju kamar.
"Mau kemana?" Tanya Aska.
"Belajar!"
Setelah merasa puas dengan informasi dari Aska, Arifah mengambil beberapa buku pelajaran. Ia mempelajari ulang materi yang diajarkan Januar tadi. Arifah benar-benar sibuk bergelut dengan soal-soal, ada beberapa soal yang tidak ia mengerti, dan ia berencana mendiskusikannya dengan Maya besok. Hingga akhirnya jam menunjukkan pukul satu dini hari. Arifah terlelap ditengah tumpukan buku-buku.
***
Arifah tiba disekolah lebih cepat dari biasanya, ia menunggu kedatangan Maya didepan kelas.
"Kamu kelihatan gelisah." Tiba-tiba Januar datang menghampiri Arifah.
"Aku menunggu Maya!"
"Ada apa?" Tanya Januar penasaran, karena kelihatan betul bahasa tubuh Arifah tampak gelisah tak menentu.
"Ada sedikit masalah." Jawabnya.
"Masalah apa? Ceritakan, bukankah kita berteman? Siapa tahu aku bisa bantu memecahkan masalah kalian." Januar mencoba menawarkan diri, ia juga tidak ingin temannya itu ada masalah dengan orang lain, apalagi orang lain itu sahabatnya sendiri.
"Tidak, tidak perlu. Aku bisa menyelesaikannya sendiri." Tolak Arifah halus, ia juga tidak enak hati bila menerima kebaikan Januar secara berkala.
Januar mengangguk mengerti.
Dikejauhan Maya menghentikan langkahnya, karena melihat Arifah dan Januar didepan kelas. Ia kemudian mencari tempat untuk bersembunyi agar Arifah tidak mengetahui keberadaannya. Ia benar-benar belum siap bertemu dengannya. Hatinya masih sangat sakit menerima kenyataan.
"Aku akan menunggunya didalamm" Arifah pamit, lalu meninggalkan Januar sendiri.
Januar penasaran apa yang terjadi diantara mereka berdua.
Teng.. Teng.. Teng...
Maya memasuki kelas, namun bukan duduk disebelah Arifah, melainkan memilih tempat kosong bersama siswi yang lain.
Arifah heran dengan pemandangan yang baru saja ia lihat. Apa salahku?
"Maya kemarilah!" Arifah berusaha memanggil Maya dan menepuk-nepuk kursi kosong disampingnya.
Namun Maya tidak memperdulikannya.
Tiba-tiba Pak Rusli memasuki kelas, semua siswa dan siswi heran karena ini bukan jam beliau.
"Arifah, ikut saya kekantor!" Perintah Pak Rusli. Beliau terlihat sangat marah dengan Arifah.
Ada apa lagi ini. Arifah benar-benar ketakutan. Ia mengikuti Pak Rusli dari belakang. Sesampainya dikantor, tidak ada satupun guru yang mengisi kelas, semua guru berada dikantor dengan memandang Arifah penuh kebencian.
Arifah menunduk, ia ketakutan dan bertanya-tanya, kesalahan apa yang telah diperbuatnya hingga semua guru menatapnya seperti itu.
"Kamu tahu kenapa ada disini?" Tanya Pak Rusli.
Arifah menatap Pak Rusli, ia menggelengkan kepalanya tak mengerti.
"Duduk!" Perintah Pak Rusli.
Arifah duduk dihadapan para guru. Ia tertunduk lemas menahan air matanya.
"Saya sebagai wali kelas sangat malu dengan perbuatan kamu. Dan kamu tidak tahu apa kesalahan kamu, sungguh memalukan! Apa kamu tahu, perbuatan kamu itu mencoreng nama baik sekolah ini!" Jelas Pak Rusli panjang lebar dan melempar beberapa kertas dihadapan Arifah.
Arifah tidak mengerti mengapa tulisan dikertas itu sangat mirip dengan tulisannya. Ia kemudian mengambil dan membaca surat itu satu persatu. Wajah Arifah terbelalak, kaki dan tangannya bergetar, Arifah tidak percaya dengan apa yang ia baca. Air matanya pun tumpah membasahi kedua pipinya, ia menangis sejadi-jadinya.
"Sa..Saya tidak pernah menulis ini Pak. Memang bentuk tulisan ini sangat mirip dengan tulisan Saya, tapi Saya tidak pernah merasa menulis hal serendah ini." Dengan terisak-isak Arifah mencoba menjelaskan.
"Omong kosong! sudah berbuat tapi tidak mau mengaku!" Pak Rusli geram.
"Sungguh, saya tidak berbohong Pak." Elak Arifah berusaha meyakinkan sesekali menyeka air matanya.
"Kamu harus mempertanggungjawabkan semua yang telah kamu lakukan, Arifah. Orang tua kamu harus mengetahui hal ini. Ini surat panggilan untuk orang tua kamu!" Ucap Bu Dewi dengan menyodorkan amplop panjang untuknya.
"Bagaimana Saya harus bertanggung jawab, sementara Saya tidak melakukan kesalahan fatal ini?" Arifah kembali meyakinkan, air matanya semakin deras ketika melihat surat panggilan untuk orang tuanya.
"Apa kamu berpikir kami tidak mempunyai saksi dan bukti? Jika kamu memang merasa tidak bersalah, buktikan besok dihadapan kami, kepala sekolah dan orang tua kamu. Dengan begitu apakah kamu masih layak duduk disekolah ini atau tidak!" Ucap Pak Hasibuan.
"Lebih baik sekarang kamu pulang, tidak perlu mengikuti pelajaran hari ini!" Timpal Bu Dewi.
Arifah keluar dari ruang guru dengan langkah gontai lalu duduk dibangku taman. Ia berpikir keras, bagaimana harus mengatakan ini didepan orang tuanya dan Mas Aska. Siapa yang melakukan ini padanya? Arifah benar-benar kacau, kepalanya berdenyut, ia benar-benar pusing perutnya terasa mual.
.
.
.
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
HIATUS
Like 💞 like 💞 like 💞
2021-03-20
0
YouTrie
Bukankah Arifah masih SD ya kok sudah main surat2tan?
2021-02-18
1
Wulandari
suka 😊
2021-01-13
1