***
Aska sudah menunggu diluar gerbang sekolah. Arifah berlari kecil menghampiri Aska lalu kemudian mencium punggung tangannya.
"Apa ada laki-laki yang menyukai adikku ini?" Tanya Aska.
Bagai disambar petir disiang bolong, Arifah tidak mampu berkata-kata, wajahnya sangat merah.
"Mas apa sih, mana ada laki-laki yang mau sama adik Mas yang jelek ini." Jawab Siska dengan menunjukkan senyum termanisnya.
"Baguslah kalau kamu sadar diri. Mulai sekarang kamu harus pandai menjaga diri. Apalagi adik Mas sudah mulai beranjak dewasa, ada banyak laki-laki hidung belang diluar sana. Apa kamu paham yang Mas ucapkan?"
"Paham, sangat paham!" Jawab Arifah, Aska membelai pucuk rambut Arifah.
"Anak pintar, ayo kita pulang." Dijawab anggukan Arifah.
Sesampainya dirumah, Arifah tidak menemukan Papi dan Mami. Dia langsung memilih kekamarnya mengganti pakaiannya dengan baju santai serta membersihkan muka dan giginya. Arifah sangat risih jika tidak membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum makan.
Aska sudah ada dimeja makan sedang asyik memainkan ponselnya. Arifah duduk disampingnya, kemudian mengambil nasi, beberapa lauk dan sayur lalu diikuti Aska. Arifah makan sangat lahap sekali, karena disekolah ia tak sempat jajan.
Usai makan Arifah membersihkan alat makan yang kotor dan kemudian menyusul Aska dikamarnya.
"Mas, Mami sama Papi kemana?" Tanya Arifah lalu duduk di tepi tempat tidur.
"Ohh yaa, Mas lupa beri tahu kamu. Mami sama Papi ada urusan mendadak diluar kota!" Jawab Aska yang sibuk mengganti baju santai dengan baju koko hendak shalat jum'at. "Mas pergi dulu!" Dibalas anggukan Arifah.
Arifah pergi keruang tamu menyaksikan acara di televisi. Arifah memutar drama korea romantis, ia langsung teringat Januar yang menembaknya tadi. Arifah benar-benar tidak percaya hal seperti itu terjadi padanya di usia yang sama-sama belum pantas berpacaran. Tiba-tiba Arifah teringat Maya, kenapa dia tadi tidak ada dikelas. Padahal aku menunggunya lumayan lama, apa dia pergi membawa tasnya? Ada apa dengannya, tidak biasanya dia bertingkah seperti itu. Lebih baik aku tanyakan ini besok saja.
Selang beberapa menit kemudian Arifah tertidur di sofa.
***
Arifah terbangun pukul empat sore, ia bergegas mandi dan melaksanakan shalat ashar. Kemudian mencari keberadaan Aska dirumah, namun ia tidak menemukannya. Ternyata Aska belum pulang dari kantor.
Arifah memilih pergi ketaman bunga, lalu menyirami bunga-bunga yang bermekaran dan berwarna-warni. Arifah sangat senang dengan bunga-bunganya yang tumbuh subur.
Tin.. Tinn..!
"Mas Aska sudah pulang!" Gumam Arifah. Ia berlari kecil membukakan pintu pagar dan membiarkan mobil Aska memasuki halaman rumah.
Arifah sudah menunggu Aska diluar, begitu keluar mobil ia langsung mencium tangan Aska.
"Mas tumben pulang sorean?"
"Kerjaan Mas banyak, seharusnya malam ini lembur. Tapi Mas tidak bisa meninggalkan kamu dirumah sendirian. Jadi Mas kerjakan semuanya dari rumah saja." Jawab Aska tersenyum kearah Arifah, kemudian merangkulnya masuk kedalam rumah.
"Ohh yaa, usai maghrib Mas ada janji sama teman buat makan malam. Kamu harus ikut Mas, oke!"
"Siap Mas!" Arifah mengacungkan kedua jempolnya.
Aska berlalu ke kamar hendak membersihkan tubuhnya, kemudian melaksanakan shalat maghrib berjama'ah di Masjid.
Usai melaksanakan shalat Arifah dan Aska bersiap-siap. Ini pertama kalinya Arifah ikut bergabung bersama teman-teman Aska.
Sesampainya ditempat tujuan ternyata teman Aska adalah seorang wanita. Yang mempunyai paras sangat cantik dan juga lembut.
"Kenalkan ini adikku Arifah." Ucap Aska sesampainya ditempat tujuan.
"Arifah, Mbak cantik sekali!" Ucap Arifah sembari mengulurkan tangannya.
Viona menyambut tangan Arifah.
"Kamu juga sangat menggemaskan dan lucu, sudah kelas berapa?"
"Aku kelas enam Mbak."
"Sebentar lagi ujian akhir kan?" Kamu harus rajin dan semangat belajar agar mendapat nilai yang bagus dan masuk kesekolah favorit". Ucap Viona menasehati.
"Siap Mbak!"
Usai berbincang-bincang mereka memesan makanan dan minuman. Tak lama menu pesanan mereka datang dan kemudian menyantapnya.
"Kamu dengan siapa kemari?" Tanya Aska pada Viona.
"Aku naik taksi." Jawab Viona tersenyum.
"Kalo begitu aku antar kamu pulang."
"Tidak! Aku naik taksi saja. Lagi pula ini belum larut malam kan, tidak masalah." Ucap Viona menolak halus.
"Baiklah kalau begitu kamu hati-hati!" Dibalas anggukan Viona.
Diperjalanan pulang Aska tersenyum-senyum melihat Arifah. Ia tampak heran dengan tingkah Aska malam ini.
"Apaan Mas senyum-senyum?"
"Kamu lucu!" Ledeknya, senyumnya semakin lebar.
"Apa aku terlihat seperti badut?" Tanya Arifah lagi.
"Apa adikku merasa demikian?" Tanya Aska balik.
Benar-benar menjengkelkan!
Hening...
***
Pagi hari diluar hujan sangat lebat, Arifah sangat malas berangkat kesekolah. Tapi sebentar lagi ujian, lagi pula ia masih ada urusan dengan teman-temannya.
"Huaaa, aku masih sangat kecil. Tapi masalahku seperti orang dewasa saja. Menyebalkan!"
Arifah berjalan gontai menuju kamar mandi. Setelah selesai dengan aktifitas mandinya, ia menggunakan baju seragam sekolah lengkap dengan atributnya.
Biasanya ketika pergi kesekolah Arifah sangat antusias sambil berlari-lari kecil menuruni anak tangga. Tapi tidak dengan hari ini, ia berjalan terlihat santai.
Arifah sudah sampai di meja makan. Biasanya Aska menunggunya lebih dulu. Kemana dia, apa jangan-jangan Mas Aska libur?
Arifah mencari Aska di dapur, namun tak ditemui Aska di sana. Ia pun berlari kecil ke kamar Aska dan masuk perlahan. Matanya mencari keberadaan Aska. Laptop Mas Aska masih on, tapi kemana Mas Aska?
Mata Arifah kemudian tertuju pada gundukan selimut diatas tempat tidur. Tanpa pikir panjang ia menarik selimut itu seluruhnya. Aska membuka matanya pelan, ia melihat Arifah yang terlihat jengkel.
"Mas kenapa masih asik tiduran sih, kalau aku telat kesekolah bagaimana?" gerutu Arifah.
"Jam berapa ini!" Aska terlihat panik.
"Jam tujuh lewat dua puluh delapan menit Mas! Buruan Mas mandi, aku tidak mau telat hari ini!" Arifah lalu pergi meninggalkan Aska yang kalang kabut.
Padahal Aska sudah mengaktifkan alarm di jam subuh.
"Kenapa bisa kesiangan begini sih!" Gerutu Aska.
Dengan langkah buru-buru Aska menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya secepat kilat. Lalu memakai stelan kemeja panjang berwarna abu-abu, tak lupa dengan dasi berwarna biru. Aska melakukan itu semua secepat kilat. Ia menuruni anak tangga terburu-buru. Aska melihat Arifah sedang duduk memakan roti selai dan segelas susu.
"Ayo!" Ajak Aska.
"Mas sarapan dulu, ini sarapan Mas sudah aku buatkan!"
"Mas buru-buru, nanti Mas sarapan dikantor saja. Ayo bawa sarapanmu selesaikan dimobil!"
Aska menuju bagasi mengeluarkan mobil, sedangkan Arifah membuka pintu pagar. Setelah mobil keluar Arifah mengunci pintu pagar dan menyerahkan kuncinya pada Aska. Didalam mobil Arifah mengunyah sisa makanannya. Sedangkan Aska menyetir tidak seperti biasanya.
"Mas, hati-hati!" Ucap Arifah mengingatkan.
"Iya!" Jawab Aska semakin fokus menyetir.
Sesampainya disekolah, Arifah mencium punggung tangan Aska. Lalu turun.
"Mas hati-hati yaa!" Dibalas anggukan Aska.
Aska lalu pergi meninggalkan Arifah yang berlari-lari kecil menuju sekolah. Hujan tadi pagi membuat jalan menuju sekolah agak becek dan ia harus hati-hati melangkah, apalagi lagi hujan belum reda. Untung Arifah selalu membawa jaket kesekolah, ia berlindung menggunakan jaketnya.
Sesampainya dikelas, Arifah duduk dengan merapikan rambutnya yang berantakan. Hanya ada beberapa murid dikelasnya pagi itu. Arifah melirik laci meja Maya. Belum ada tas didalamnya, pertanda Maya belum sampai disekolah.
Teng.. Teng..
Lonceng sekolah sudah berbunyi dan Maya belum juga hadir. Padahal Arifah sangat menanti kehadiran Maya disampingnya.
"Apa teman sebangkumu tidak hadir?" Tanya Tama.
Arifah hanya diam tak menjawab pertanyaannya.
"Aku bertanya padamu!"
Arifah hanya menatapnya jengkel.
"Apa kamu tuli?" Tanya Tama lagi.
"Apa kamu buta?" Balas Arifah dengan melipat tangannya diatas dadanya.
Sepertinya Tama harus ekstra sabar menghadapi wanita seperti Arifah.
"Teman sebangku ku juga tidak hadir, apa aku boleh duduk sebangku dengan mu?"
"Tidak!". Jawab Arifah ketus.
Dengan ekspresi kecewa Tama membalikkan badannya. Sungguh kaku!
***
Dijam istirahat Arifah pergi menuju kelas Siska. Namun ia tidak menemukan batang hidungnya. Bahkan Vika juga tidak ada.
"Arifah? Kamu cari siapa?" Sapa Januar, Siska dan Vika sekelas dengannya.
Dengan ragu-ragu Arifah bertanya.
"Apa Vika dan Siska tidak hadir hari ini?"
"Tidak, mereka berhalangan hadir. Mungkin karena hujan."
"Bagaimana persiapan ujian kamu?" Tanya Januar lagi.
Arifah tidak menjawab pertanyaan Januar.
"Ikut aku, ayo kita belajar sama-sama!" Januar tahu jika Arifah belum matang menghadapi ujian akhir sekolah yang sebentar lagi akan diadakan.
Arifah tidak punya pilihan lain selain mengikuti Januar. Mereka berdua duduk ditaman sekolah, Januar membawa beberapa buku ditangannya dan meletakkannya diatas meja. Mereka berbincang-bincang mengenai pelajaran yang akan diujikan. Arifah sangat antusias, karena dibeberapa pelajaran ia memang kurang paham, namun dengan penjelasan Januar, Arifah mudah menyerap pelajaran itu.
Ditempat lain. Tama melihat Arifah dengan seorang siswa. Arifah terlihat sangat menikmati bersama siswa itu. *Tapi kenapa dia sangat kaku dengan ku, mungkin aku bisa coba trik dengan membagi ilmu ku dengan*nya.
"Apa kamu lapar?" Tanya Januar.
"Ya, aku sangat lapar. Tadi pagi aku hanya sarapan roti dan susu."
Januar tertawa melihat ekspresi Arifah.
"Apa itu membuatmu tidak kenyang?"
"Tentu saja tidak, biasanya sarapan ku nasi, aku sudah terbiasa."
"Baiklah, ayo kita kekantin". Ajak Januar merasa senang setelah melihat Arifah sudah biasa saja dengannya.
Sesampainya dikantin, Arifah dan Januar duduk agak dipojokan.
"Kamu mau makan apa?"
"Aku mau nasi goreng." Jawab Arifah.
"Baiklah tunggu disini!"
Januar pergi meninggalkan Arifah dan memesan beberapa menu makanan dan minuman. Setelah selesai, Januar kembali duduk menghadap Arifah.
"Kamu sudah tidak kesal lagi dengan ku?" Tanya Januar ragu-ragu.
Ya ampun kenapa pertanyaan itu lagi sih, malas sekali membahas ini!
"Karena kamu sudah berbaik hati mengajari dan mentraktir aku hari ini, maka soal kemaren tidak jadi masalah. Lagipula kita korban bukan?" Jawab Arifah santai.
"Aku senang mendengarnya. Bagaimana kalau kita berteman?" Tawar Januar.
"Itu ide yang sangat bagus!" Ucap Arifah dengan senyum mengembang.
Januar sangat senang dengan senyum manis milik Arifah.
"Berteman!" Ucap Januar dengan mengarahkan jari klingkingnya pada Arifah.
"Yup, berteman!" Arifah menyatukan klingkingnya dengan milik Januar dan mereka pun tertawa bersama.
Tak lama menu pesanan mereka berdua datang. Kemudian menyantap makanannya dengan lahap.
"Pelan-pelan Arifah!"
Arifah hanya tertawa kecil.
"Aku sering melihat mu duduk dibawah pohon akasia!" Ucap Tama.
"Ya, itu tempat favorit ku. Kenapa kamu bisa tahu?" Tanya Arifah penasaran lalu menyendok nasi goreng kemulutnya.
"Aku sering mengikutimu!"
Arifah menghentikan makannya kemudian minum. Ia lalu menatap Januar tajam, demikian juga Januar tidak mau kalah.
"Apa aku punya hutang?" Selidik Arifah.
"Tidak!" Jawab Januar tersenyum kecil.
"Lalu kenapa mengikutiku?" Tanya Arifah melanjutkan makannya yang tertunda.
Januar hanya tersenyum mendengar pertanyaannya.
"Aku tidak perlu menjawab, kamu sudah tahu jawabannya!"
"Aku bukan anak dukun!" Ucap Arifah sekenanya.
Ucapan Arifah benar-benar membuat Januar tidak tahan ingin tertawa. Akhirnya ia pun tertawa lepas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
YouTrie
Garasi
2021-02-15
0
Pujas_erha🤓
jejak🖒
2021-02-05
1
Wulandari
like 😍
2021-01-13
1