Ketika Arifah hendak beranjak dari duduknya, ditahan oleh Siska.
***
Maya duduk bersandar dibawah pohon beringin nan rindang. Sesekali mengusap air matanya yang jatuh. Ia tidak menyangka jika harus berhadapan dengan Arifah. Sudah sejak lama Maya menyukai Januar, dan ia berencana akan mengatakan itu usai ujian akhir sekolah. Namun yang terjadi diluar dugaannya, ternyata Januar menyukai Arifah. Januar adalah salah satu siswa cerdas disekolah itu, dan Maya mencuri perhatian Januar melalui kepintarannya. Ia harus belajar terus menerus tanpa henti tanpa lelah untuk mengimbangi Januar, dengan begitu Maya berharap Januar akan mengenalinya dan dekat dengannya.
"Kenapa harus Arifah sih Januar, dia itu sahabatku. Bagaimana aku harus menghadapinya nanti. Aku tidak yakin apakah aku kuat". Ucap Maya dan mengusap air matanya yang jatuh.
"Tapi ini salahku, kenapa aku menyukainya. Benar yang Arifah bilang, aku ini memang bodoh karena mengejar Januar adalah ketidakmungkinan. Bahkan selama Maya berusaha mendekati Januar, Januar sama sekali tidak memperdulikannya. Ya, aku bodoh memang sangat bodoh". Ucap Maya terisak-isak.
***
"Ada apalagi, aku rasa yang aku ucapkan sudah sangat jelas". Jelas Arifah dengan berusaha melepaskan genggaman Siska.
"Bukan itu, aku hanya ingin minta tolong sama kamu".
"Minta tolong apa?". Arifah bingung dan heran dengan Siska.
Siska membawa Arifah menjauh dari Maya.
"Sebenarnya aku juga menyukai seseorang, aku juga ingin menulis surat untuknya. Maukah kamu bantu aku?". Ucap Siska penuh harap.
"Kamu menyukai siapa? Dan apa yang bisa aku bantu?". Tanya Arifah.
"Adalah, nanti kamu tahu sendiri. Tapi kamu sungguh mau membantu kan?". Tanya Siska.
"Ya, tentu saja. Apa yang bisa aku bantu?". Tanya Arifah lagi.
Siska malu-malu mau mengatakannya.
"Katakan saja, aku akan bantu selagi bisa". Jelas Arifah.
"Kamu tahu kan kalau tulisan aku seperti ceker ayam?".
"Iya aku tahu itu, lalu?". Jawab Arifah jujur.
"Tulisan kamu sangat bagus, aku mau kamu menuliskan sebuah surat cinta untukku. Aku sudah sangat lama menyukai orang itu". Jawab Siska malu-malu.
"Kau menyukai siapa? Apakah aku mengenalnya?". Tanya Arifah menyelidik.
"Tidak, kau tidak mengenalinya. Dia adalah tetanggaku". Jawab Siska tersipu malu.
"Baiklah aku akan membantumu". Jawab Arifah meyakinkan.
Siska tersenyum bahagia, ia sungguh tidak sabar melihat Arifah menulis surat itu. Lalunmereka pergi meninggalkan Maya sendiri.
***
Januar sedang berkumpul dengan teman-temannya, mereka sedang asyik membahas materi ujian yang akan dihadapi beberapa hari lagi.
Vika datang menghampiri Januar dengan memberi amplop tidak kalah cantik dengan amplop pemberian Januar untuk Arifah kemarin.
"Januar, ada surat untukmu". Ucap Vika dengan menyodorkan sebuah amplop cantik.
"Dari siapa?". Tanya Januar.
"Baca saja, tugasku hanya menyampaikan". Jawab Vika lalu pergi meninggalkan Januar dan teman-temannya.
Teman-teman Januar menatapnya heran.
"Waw, surat cinta ya". Ledek Arvan.
"Aku tidak tahu". Jawab Januar kemudian memasukkan amplop itu kedalam saku celananya.
"Ayolah baca". Ledek Arvan lagi.
"Nanti saja setelah kita selesai membahas materi ini". Jawab Januar. Arvan sangat kecewa dengan jawabannya, karena ia sudah sangat penasaran.
Usai membahas materi ujian, Januar dan Arvan meninggalkan beberapa teman lainnya. Mereka pergi kekantin hendak memesan minuman dan semangkok bakso. Mempelajari materi ujian benar-benar menguras otak dan tenaga mereka. Selang beberapa menit pesanan mereka datang.
"Apa kamu tidak penasaran dengan amplop dari Vika tadi?". Ucap Arvan dengan menelan baksonya.
"Mm ya aku hampir lupa". Jawab Januar mulutnya penuh dengan bakso. Januar kemudian menyedot minumannya dan mengambil amplop yang ada disaku celananya.
Perlahan Januar membuka amplop dan membuka kertas berwarna pink.
Hai Januar, maaf telah membuatmu lama menunggu balasan dariku. Dan kamu tidak perlu meminta maaf, karena sebenarnya aku juga mempunyai rasa yang sama sepertimu.
Tapi kamu tahu, kita masih kecil dan aku belum diizinkan berpacaran, bersediakah kamu menunggu hingga sampai waktunya tepat aku akan mengabarimu.
Arifah
"Uhuk uhukk..". Januar kaget dengan surat yang barusan dibacanya.
Arvan penasaran dengan surat itu, akhirnya Arvan berhasil merebutnya dari tangan Januar.
Arvan terkekeh-kekeh membaca isinya.
"Arifah? Dia suka sama kamu? Selamat bro, akhirnya cintamu tidak bertepuk sebelah tangan".
"Tapi apa kamu memberi dia surat?". Tanyanya lagi.
"Tidak". Jawab Januar tersipu dan merebut surat yang ada ditangan Arvan.
Januar masih tak percaya dengan apa yang dibaca, dia melihat kembali tulisan itu dengan seksama. Ya ini tulisan Arifah, senyum Januar mengembang sempurna. Akhirnyaa.. Batin Januar.
Januar sering memperhatikan Arifah dari jarak jauh, entah mengapa siswi itu mampu menghipnotis hatinya. Padahal dari sekian banyaknya para siswi sudah menaruh hati padanya namun tak satupun yang bisa membuatnya luluh.
Januar berniat menemui Arifah setelah ujian akhir sekolah usai.
flashback
***
Siska berlari kecil menemui Vika yang duduk sendirian dibelakang kelas. Dengan bibir mengembang sempurna Siska menyodorkan sebuah amplop cantik kearah Vika.
"Aku berhasil". Ucap Siska dengan senyum kemenangannya.
"Bagus, kamu memang teman yang sangat bisa aku andalkan". Vika tertawa sinis, ia berharap rencananya akan berhasil sempurna.
"Baiklah aku tidak mau membuang waktu lagi, aku akan segera menemui Januar dan memberikan amplop ini". Jelas Vika dan dibalas anggukan Siska.
Vika berkeliling sekolah mencari keberadaan Januar. Ia mencari keruang kelasnya namun tidak menemui orang yang dicari. Kemudian kekantin, hasilnya juga nihil. Kemudian Vika pergi ke lapangan sepak bola juga tidak menemui Januar. Namun Arifah melihat salah satu teman sekelas Januar dan menanyakan keberadaannya. Setelah itu Vika pergi ketempat Januar berada. Ia pergi ketaman, ada banyak sekali orang disana. Dengan susah payah akhirnya Vika menemukan orang yang ia cari. Dengan berlari kecil Vika mendekati Januar dan teman-temannya.
flashback off
***
Arifah telah selesai membantu Siska membuatkan sebuah surat dan tanpa ada curiga sedikitpun.
Aku masih penasaran, kenapa Maya pergi meninggalkan kami bertiga setelah membaca surat dari Januar? Apa jangan-jangan.. Batin Arifah tidak karuan. Akhirnya ia memutuskan mencari keberadaan Maya.
Arifah keluar kelas mencari keberadaan Maya. Ia pergi kekantin, namun tidak menemui Maya. Tanpa sengaja Arifah melihat Januar yang juga melihatnya. Arifah mendekati Januar tanpa ada rasa bimbang ataupun malu, ia sangat kesal sekali dengan surat pemberian Januar dan juga tidak peduli dengan tatapan Januar yang sulit sekali ia terjemahkan. Sesampainya dimeja Januar, ia mengambil kursi lalu duduk disamping Januar. Arifah harus benar-benar menyelesaikan masalah ini secara langsung.
"Dengar baik-baik, aku tidak akan pernah mau membalas surat darimu. Apalagi berpacaran dengan mu, itu tidak mungkin dan mustahil bagiku. Jangan macam-macam dengan ku!". Jelasnya dengan tatapan tajam. Mata mereka saling bertemu sepersekian detik.
"Ehm.., aku harus pergi. Selesaikanlah masalah kalian, aku tidak mau jadi anti nyamuk". Arvan pergi pamit undur diri.
Januar tidak mampu berkata apa-apa, dia benar-benar terhipnotis dengan tatapan Arifah.
Karena kesal tak kunjung mendapat jawaban Januar, ia memukul pelan meja dihadapannya hingga membuyarkan lamunan Januar.
Januar mengusap wajahnya kasar. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia harus mengungkapkan isi hatinya.
"Arifah, aku tidak pernah mengirimimu surat. Aku sering curi-curi pandang, dan jujur aku memang suka sama kamu. Apa kamu tahu, aku sangat senang ketika kamu memberi aku surat ini. Aku akan menunggumu Arifah". Jelas Januar.
Muka Arifah benar-benar merah, ia jadi salah tingkah mendengar kata-katanya.
Tapi Januar bilang tidak menulis surat untuknya, dan aku sendiri malah menulis surat untuknya? Apa-apaan ini? Batin Arifah.
"Aku sama sekali tidak menulis surat untukmu". Ucap Arifah.
"Lalu ini apa?". Januar menyodorkan selembar kertas berwarna pink.
"Aku tahu itu tulisan kamu, aku sangat paham tulisan kamu". Tambahnya.
Arifah menerima lembar surat itu dan membacanya.
"Iya, memang ini tulisan ku. Tapi aku menulis ini bukan untukmu. Aku menulis surat seperti ini semata-mata untuk membantu Siska, dia sendiri yang minta tolong. Tapi aku tidak menulis namamu dan namaku disurat ini". Jelas Arifah panjang lebar, ia merasa telah dikerjai oleh Siska. Arifah sangat malu sekali.
"Baiklah aku simpulkan sekarang, kamu tidak mengirimi aku surat demikian juga dengan ku. Aku yakin ini ulah Siska dan urusan kita selesai". Tambahnya Arifah.
Arifah hendak beranjak dari duduknya namun ditahan Januar.
"Kita belum selesai".
Jantung Arifah hampir copot dengan kelakuan Januar, tapi Arifah membuat keadaannya senormal mungkin.
"Ada apa lagi?".
"Kenyataannya aku suka sama kamu, aku ingin bersama dengan mu Arifah". Tembak Januar.
Kali ini Arifah benar-benar tidak berkutik, ingin sekali ia pergi dari hadapan Januar sekarang juga. Arifah sangat menyesal mendatanginya hingga harus berada diposisi seperti ini.
"Apa kamu sudah tidak waras dengan apa yang barusan kamu katakan? Kita masih kecil, lalu apa kamu pikir aku ini mainan yang bisa kamu perbuat seenaknya?". Arifah benar-benar tidak bisa lagi membendung amarahnya.
"Aku akan menunggumu, kita tidak harus pacaran sekarang. Aku akan menunggumu sampai kamu benar-benar siap, aku akan sabar". Jelas Januar penuh harap.
"Buang jauh-jauh pikiran kotormu itu". Ucap Arifah lalu pergi meninggalkan Januar.
"Aghh..". Januar mengepalkan tangannya. Ia harus mendapatkan Arifah bagaimanapun caranya. Dan dia juga tidak terima kalo sampai Arifah bersama dengan orang lain.
Arifah memilih masuk keruang kelas untuk menenangkan dirinya. Biasanya tempat ternyamannya duduk dibawah pohon akasia bersama Maya, tapi hari ini benar-benar buruk dan butuh waktu sendirian.
"Dasar orang aneh, mau cari gara-gara denganku. Awas saja kamu Siska, kamu yang memulai kamu juga yang harus mengakhirinya". Gumam Arifah.
Tiba-tiba Tama masuk kedalam kelas. Ia sibuk mencari sesuatu didalam tasnya.
"Apa kamu punya pena?". Tanya Tama pada Arifah.
"Apa kamu tidak bawa?". Tanya Arifah balik.
"Kalau aku bawa tidak mungkin aku bertanya padamu". Sahut Tama kesal.
"Apa kamu berniat meminjam?". Tanya Arifah menyelidik dengan melipat kedua tangannya diatas meja.
"Tentu saja, aku lupa bawa. Bisa aku pinjam penamu sebentar saja?".
"Bagaimana kalau aku tidak mau?". Jawabnya santai.
Tama tersenyum kecut melihat tingkah Arifah.
"Apa kau tahu, semua siswi yang ada disekolah ini sangat baik padaku. Tidak seperti mu sombong dan pelit". Ucap Tama meninggalkan Arifah sendiri.
Arifah semakin kesal dengan ucapan Tama yang terakhir. Lagipula kenapa dia bisa lupa membawa pena, bilang saja kalau tidak punya. Gerutunya asal.
***
Aska sudah menunggu diluar gerbang sekolah. Arifah berlari kecil menghampiri Aska lalu kemudian mencium punggung tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Novellette (akun thor hiatus)
udh mampir
2021-09-22
0
Mirai Amthy
Lanjut👍
2021-03-08
0
Pujas_erha🤓
like😘
2021-02-05
2