*"Wajah Yang Sangat Di Kenalnya"

"Aah!!!...apa yang kanjeng lakukan ?"

teriak wati kaget, hampir saja dirinya masuk dalam terkaman Sang Adipati kalau saja dia telat menghindar tadi.

"Sepertinya aku salah strategi, ini sama saja aku sukarela memberikan diriku sebagai santapan buaya dihadapanku ini"

batin wati menyesali kebodohannya kali ini.

"Ha...ha....maaf nona, aku benar-benar tidak bisa menahan diriku tadi"

kata si Adipati mesum itu dengan tertawa-tawa sambil bangkit berdiri dari kasur menghampiri wati.

"Kau istirahanlah, aku tidak akan mengganggumu sementara ini"

kata sang Adipati dengan menyeringai penuh arti.

"Hampa harap kanjeng Adipati bisa menjaga batasan, karena hamba tidak akan sungkan untuk bertindak bila kanjeng bersikap kurang ajar lagi"

kata wati dengan tatapan penuh penekanan.

"Ha...ha....baiklah tenanglah nona, aku tidak akan menyentuhmu sebelum kau resmi menjadi istriku"

kata sang Adipati dengan tertawa keras.

"A...aapa...mak...sud kanjeng ?"

tanya wati terbata bata seakan tidak mengerti.

"Ha....ha....tentu saja kau akan segera menjadi istriku sebentar lagi"

kata sang Adipati tertawa bahagia dan berlalu meninggalkan wati.

Tanpa sepengetahuan siapapun saat itu wati terseyum tipis menyeringai penuh arti.

"Kau sudah masuk dalam perangkapku Adipati busuk, sebentar lagi dendamku akan terbalaskan"

gumam putri kemuning pelan yang sebenarnya saat ini sedang dominan menguasai tubuhnya.

Sejak perjumpaannya dengan sang Adipati, secara alami jiwa putri kemuning cenderung mengambil alih tubuhnya dan wati hanya seperti jiwa yang terperangkap di tubuh yang tak dapat lagi dia kendalikan.

"Putri sebaiknya kau berpikir ulang sebelum melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini"

wati berusaha mengingatkan sang putri.

"Aku sudah memikirkannya baik baik, bukan kah semakin cepat balas dendam ini terealisasi maka kau akan makin cepat pula kembali berkumpul dengan keluargamu"

Perdebatan kedua jiwa mereka pun berlangsung seru, tapi untungnya itu hanya secara batin, seandainya itu terjadi secara lisan mungkin orang akan mengira gadis itu gila.

"Sudahlah berdebat dengan mu hanya menghabiskan energiku, lebih baik kita istirahat dulu sebelum memikirkan rencana yang lebih baik"

Setelah puas beristirahat, malamnya karena merasa lapar wati keluar untuk mencari makan ke dapur.

Saat bingung celingukan mencari letak dapur, tiba tiba wati di kagetkan oleh tepukan di punggungnya

"Siapa kau ?, dan apa yang lakukan disini ?"

tanya seorang pria muda yang usia seumuran dengan wati.

Karena sangat terkejut wati tidak menjawab pertanyaan dari pemuda itu, dia malah membuka mulutnya ternganga

"Tutup mulutmu itu, nanti akan ada lalat yang masuk"

kata pemuda itu sambil berlalu melewati wati

"Eh...eh...tunggu, aku lapar tapi aku bingung letak dapur dimana ?"

sambil berlari kecil wati mengikuti si pemuda yang wajahnya sangat dia kenal dikehidupan dalam dunia asalnya itu.

"Jawab dulu siapa kamu dan apa yang kau lakukan disini ?"

pemuda itu kembali mengulangi pertanyaannya.

"em...namaku sekar, tidak sengaja bertemu dengan kanjeng Adipati sewaktu aku melintasi kota ini, dan kanjeng Adipati menawarkan aku untuk singgah dan beristirahat di kediamannya ini"

cerita wati berusaha menjelaskan keberadaannya di tempat ini.

"Hem...dan kau tanpa curiga mau saja ikut dengan orang yang baru kau kenal ?"

tanya pemuda itu sambil mengambilkan seporsi nasi lengkap dengan lauknya untuk wati.

"Terima kasih"

kata wati sambil menerima makanan yang diambilkan pemuda itu.

"Dan kamu siapa nama mu ?, dan apa hubunganmu dengan kanjeng Adipati"

tanya wati sambil mengunyah makanannya.

"Aku putra laki laki mesum itu, panggil saja aku Permadi"

kata pemuda itu sambil meneguk air minumnya.

Pemuda itu duduk menemani wati makan sambil memperhatikan wajah gadis didepannya

Entah mengapa dia merasakan dadanya berdegup kencang saat memperhatikan wajah gadis didepannya ini.

Tanpa disadarinya wajahnya menjadi panas merona.