"Lo kenapa del?" Tanya ikhsan yang liat tampang Adel udah kayak di kejar anjing, selain tampangnya yang amburadul sepedanya juga kayak gitu malah terlihat lebih mengenaskan di bandingkan sang pemilik.
"Entar aja cerita sambil curhatnya, gue udah telat nih." Menaruh sepedanya gitu aja buat di senderin di dinding, gimana gak di senderin tu sepeda kakinya udah rusak alias penyok gara-gara tragedi yang membuat nyalinya naik turun, kalo ingat tragedi itu bikin Adel miris. Gimana gak miris goresan panjang yang terpampang nyata itu terbayang-bayang di matanya, yang berarti bakal melayang helai demi helai kertas berharga yang ia kumpulkan hanya demi goresan itu. Mau apa lagi udah kejadian yang gak bisa bakal balik lagi ke wakti di mana ia belum nabrak mobil mewah itu, mau nangis bombay sampek banjir bandang gak bakalan bisa mengubah keadaan. Sim salam bim tu mobil mulus lagi seperti sedia kala kalo gak di bawa ke bengkel buat di mulusin.
"Oke," Ujar Ikhsan yang melanjutkan pekerjaannya buat buang sampah.
Dengan cepat Adel mengganti seragam sekolahnya dengan baju kerja yang tersimpan di dalam loker, setidaknya menghemat waktu di bandingkan harus pulang kerumahnya cuma buat ganti baju doang.
"Del, tumben lo baru datang?" Sapa Siska yang baru datang dan selesai ganti baju.
"Lo sendiri?" Memasukkan barang-barangnya ke dalam loker dan mengganti sepatu sekolah dengan sepatu khusus pegawai.
"Gue emang biasa kali telat, He he he he...," Ketawa kecil saat mengakuinya, semua orang tau gimana Siska yang memegang rekor sebagai pegawai yang selalu telat tiga tahun berturut-turut. Untung aja Siska orangnya rajin jadi kebiasaan telatnya itu bisa tertutupi dan termaafkan.
"Udah lah entar aja gosipnya, cepetan sebelum kena semprot nyonya." Kata Ella mengingatkan, kalo enggak bakalan lama ngobrol dan kena semprot manager mereka yang terkenal luar biasa cerewet. Tiada hari tanpa mengomel yang udah kayak nyanyian simfoni buat para bawahannya, Adel merapikan bajunya dan langsung keluar. Biasanya akhir pekan kayak gini pengunjung rame banget, muda-mudi yang lagi bersantai ria bareng pasangan mereka atau sekedar nongkrong bareng teman buat habisin akhir pekan. Benar aja, pas keluar Adel di sambut dengan pemandangan yang udah biasa ia lihat di mana semua bangku dan meja terisi penuh. Mayoritas pengunjung kafe adalah muda-mudi.
"Del, anterin pesanan ke meja no 25." Agus sebagai koki di cafe tersebut langsung memberikan nampan buat Adel yang baru keluar dari belakang, "Sekalian lo ambil pesanan di meja lainnya."
"Oke Kak Agus," Adel mengambil nampan yang Agus berikan, membawa nampan tersebut ke meja yang Agus sebutkan. Sepasang kekasih yang lagi asik menikmati waktu bersama merek itu langsung menyambut kedatangan Adel dengan menu yang mereka pesan dan mengucapkan terimakasih saat menerimanya. Adel sangat menikmati waktunya bekerja, pekerjaan yang menurutnya menyenangkan karena semua orang memperlakukannya dengan sangat baik. Mereka menganggap Adel seperti adik mereka karena umur Adel yang paling muda di antara semua pegawai cafe, bukan berarti yang paling muda dapat perhatian yang lebih dari yang lain. Semua pekerjaan di lakukan sama rata tanpa memandang senior atau junior.
"Kak Agus, ini pesanan meja no 12 dan 16." Katanya dengan meninggalkan catatan menu di atas meja.
"Iya, anter ini lagi." Mengambil kotak makanan yang lumayan cantik. "Alamatnya ada di bon."
"Hah? Adel nganter ini Kak?"
"Kenapa?"
"Sepeda Adel rusak, masak iya Adel jalan kaki sih?" Kata Adel membaca alamat yang di maksud dan itu lumayan jauh dari tempat ini.
"Pakek motor gue aja," Mengambil kunci motor yang tergantung di dekatnya.
"Oke kalo naik motor, kalo jalan bisa-bisa entar malam baru nyampeknya." Adel mengambil kunci motor itu dan kotak yang entah apa itu isinya, cafe tempatnya bekerja emang melayani delivery asalkan jaraknya gak terlalu jauh dan bisa di capai. Adel membaca alamat yang di maksud, Bukannya ini kawasan perumahan elit?
Benar, alamat yang tertera itu adalah kawasan perumahan elit yang hanya bisa di tinggali oleh orang-orang berkantong tebal, kalo macam dirinya jangankan kantong tebal yang ada kantong jebol.
Tiga puluh menit perjalanan menuju rumah dengan alamat yang di maksud akhirnya Adel sampai di depan pintu gerbang dengan ukiran rumah, cewek cantik itu melepaskan helm dan menggantungkannya di salah satu spion motor Agus. Mengambil kotak berisi makanan dan memencet bel yang ada di samping pagar. Ya ampun... Pagarnya aja mewah banget apa lagi dalamnya...Batin Adel yang terkagum-kagum melihat betapa indah dan mewahnya pagar yang menjulang tinggi di depannya itu, rumah sultan emang beda, orang jelata jangankan pager pasti udah di kilo-in buat beli beras. Tak berapa lama seorang laki-laki setengah baya keluar dengan memakai baju seragam security dari dalam pagar.
"Cari siapa non?" Katanya dengan logat jawa kental walau pakek bahasa Indonesia.
"Saya ngatar makanan Pak, kebetulan alamatnya di sini." Menunjukkan bon yang berisi alamat dari pembeli.
"Betul Non, mungkin Den david yang pesan. Kalo gitu Non masuk aja." Membukakan pintu pagar.
"Makasih pak, permisi..." Adel tersenyum manis dan menundukkan kepalanya sedikit saat melewati bapak-bapak setengah baya itu.
Baru satu langkah aja udah bikin jiwa miskin Adel bergejolak, gimana gak berjolak kalo matanya di suguhkan pemandangan luar biasa yang cuma bisa ia lihat di tv-tv. Bukan cuma gerbannya yang luar biasa tapi dalamnya lebih luar biasa, halaman yang luas dengan rumput hijau sejauh mata memandang yang sangat rapi dengan susunan batu alam untuk jalan masuknya, bukan cuma itu taman yang di hiasi dengan berbagai macam bunga yang gak kalah mewah dengan susunan yang sangat rapi bikin mata Adel gak berhenti berkedip. Adel sangat menikmati pemandangan yang ia liat setapak demi setapak kakinya melangkah, rasanya adem banget liat yang ijo-ijo walau udah sering liat yang ijo tapi ijonya beda. Di rumah pas Adel buka jendela langsung di sambut warna ijo, tapi ijonya itu ijo daun singkong sama daun pisang. Setiap tempat gak luput dari pengamatan mata Adel sampai di depan pintu yang semuanya terbuat dari kaca tembus pandang, gak perlu buat buka pintu udah keliatan dalamnya yang wow dan wah banget. Lagi-lagi jiwa miskin Adel menangis, bukan karena iri tapi rasanya sayang banget rumah secantik ini gak tau mana yang pintu mana yang jendela. Habis semuanya sama dari kaca jadi bikin bingung....
"Den, tadi ada yang ngantar makanan. Bapak suruh masuk aja Den." Kata Pak Rahmat memberi tahu majikannya lewat telpon yang ada di pos jaganya.
"Iya Pak, terimakasih." David segera memakai baju mandinya dan mengikatnya asal, kebetulan udah laper banget jadi pas sikonnya buat makan. Pulang kerja David gak sempat makan siang karena ada satu kejadian gak terduga, memilih pulang dan memesan makanan lewat on line lebih menghemat waktu dan bisa berendam di dalam bath up untuk mengusir rasa penat dan jenuhnya seharian menghadapi tumpukan kertas yang gak ada habisnya malah nambah.
Kayaknya gue pernah liat ni mobil tapi dimana ya? Batin Adel saat melintasi mobil yang terparkir di halaman depan. Ya ampun Del, mobil kan banyak kali... Sambil cengar-cengir nyadar tiap hari liat mobil yang lalu lalang.
"Lo bawa pesenan gue?"
"Ya ampun!" Adel terperanjat kaget, hampir aja kotak yang ia bawa jatuh ke tanah saking kagetnya. Lagi konsen liat mobil ada yang ngajak ngomong pastilah kaget. "Oh iya," Ujarnya yang udah sadar dari alam halu ke alam nyata. Adel melewati mobil itu dan langsung mencari serta menghampiri orang yang mengagetkannya itu, baru aja ilang rasa kagetnya malah datang lagi kaget yang lain. Gimana gak kaget dan syok kalo tiba-tiba yang di liat cowok cakep yang pakek baju mandi dengan bagian atas terbuka memperlihatkan roti sobek berbagai macam isi dengan lelehan air yang semakin membuat kinclong mata. Langsung aja Adel menundukkan wajahnya buat liat ujung kakinya untuk menghindari liat pemandangan yang bisa bikin imannya lemah dan mimisan. Mimpi apa gue semalam liat kayak ginian... Berat banget sih godaan gue hari ini, gal di liat mubazir tapi kalo di liat jadi dosa. Jadi bimbang sendiri kan antara mau liat apa enggak.
Ternyata pengantar makanan yang ia pesan itu seorang wanita yang langsung menundukkan wajahnya saat melihatnya, David menutup bagian atas bajunya dan mengikat dengan benar karena menyadari kalau tu cewek ngerasa kikuk liat penampilannya. "Sekarang angkat muka lo."
Ragu-ragu, itu yang Adel rasakan saat ini. Gimana gak ragu kalau kenyataan terakhir yag terekam dalam retina matanya pemandangan yang mampu bikin mimisan, sengaja nunduk buat gak liat malah di suruh ngangkat muka. Yang liat itu yang malu tapi yang punya badan malah gak malu buka aurat di depan orang yang bukan muhrim. "Maaf mas, tapi itu badannya bikin mata aku ternoda." Kata Adel yang kelewat jujur.
David menahan nafasnya saat mendengar, Apa katanya? Bikin matanya ternoda? Bukannya gue yang ternoda karena di liatin?
"Ini pesanan Anda." Kata Adel memberikan kotak dengan tangan terulur panjang dan mata tertutup. Semoga iman gue kuat sampek gue punya suami...
David menyunggingkan bibirnya dengan masam, cewek di depannya itu sok jual mahal dan munafik banget pakek acara tutup mata segala pas ngasih pesanannya. Baru kali ini ketemu sama cewek yang sok suci, biasanya cewek-cewek malah pada bening matanya liat David yang berenang.
"Di dalam sana ada bon." Kata Adel lagi tanpa membuka matanya sambil berdoa semoga arahnya gak salah pas ngulur tangan ngasih pesanan tu cowok.
"Tunggu, gue ambil duitnya." Kata David mengambil pesanan makanananya dan masuk ke dalam rumah ngambil duit buat bayar.
Adel membuka matanya perlahan, mengintip dari balik bulu matanya yang lentik buat mastiin cowok itu masih ada apa enggak di sana. Acara ngintipnya sukses besar, buktinya gak keliatan di mana-mana yang akhirnya bisa buka mata lebar-lebar. Langsung aja Adel duduk di lantai buat netralin jantungnya yang deg-deg-an karena kaget, udah sukses senam jantung hari ini beberapa kali yang semoga aja dengan senam jantung itu bisa bikin jantungnya tambah sehat di kemudian hari.
David mengambil beberapa lembar uang pecahan seratus ribu dari dompetnya dan berjalan keluar, ia melihat cewek pengantar makanan itu duduk di atas lantai tanpa alas apa pun menunggunya. "Ini uangnya."
Adel mendongakkan wajahnya tanpa berpaling dan berdiri, tepat sekali laki-laki itu di atas kepalanya. Walau jarak wajah mereka lumayan jauh tapi Adel mampu melihat dengan jelas lubang hidung tu cowok.
Kayaknya gue pernah liat ni cewek? Tapi dimana? Batin David saat cewek pengantar makanan itu mendongakkan kepalanya dan menatap ke arahnya, bulu mata yang lentik alami dan mata indah itu menjadi pertama yang David lihat. David memalingkan wajahnya asal menghindari kontak mata mereka dan membuatnya tak nyaman.
"Akh iya," Kata Adel berdiri dan menerima uang berwarna merah tersebut, Adel menghitung jumlah uangnya sebelum menerimanya. Kalo lebih sih gak pa-pa, yang bahaya itu kalo sampek kurang bakalan dia yang nombok. Bakal nangis kalo sempek nombok yang bakalan di potong gajihnya yang sangat berharga tersebut. "Mas, uangnya lebihan." Mengembalikan dua lembar uang merah itu, dua lembar pecahan seratus ribu yang menurut Adel banyak banget. Kalo tadi matanya termanjakan dengan yang ijo-ijo kali ini pindah warna jadi yang merah-merah. (Author malah bayangin cabe ijo dan vabe merah yang besar itu 😂😂😂).
"Buat lo." Jawabnha menolak.
Adel memandangi dua lembar uang merah di tangannya, emag sih kali ini perlu banget sama yang namanya duit apa lagi yang merah-merah tapi gak kayak gini juga buat dapetinnya. Adel mengantongi uang makanan yang ia antar, menarik tangan laki-laki di depannya itu dan mengembalikan uangnya. Padahal jiwa miskinnya lagi-lagi menangis karena sayang... Tapi gimana mau sayang toh uang orang bukan punya Adel. Duit orang del... Biar aja sedikit asal berkah. "Ini aja cukuo kok," Ujarnya dengan tersenyum manis. "Makasih udah pesan makanan di cafe kami, selamat menikmati dan jangan kapok." Katanya sebelum membalikkan badannya buat pulang, tugas udah selesai dan sekarang waktunya pulang ke cafe buat tugas yang lain. Dua ratus ribu.... Hiks hiks hiks.... Selamat tinggal dua ratus ribu, semoga kita berjodoh dan bertemu lagi.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Dian Soedarminto
seruuu
2024-06-11
0
Sari Haryanti
nex
2022-01-06
0
Siti Komariah
klo ngebayangin nya cabe ijo m cabe merah pedes dong Thor,,,,,🤭🤭
2021-12-24
0