Mimpi Buruk

Aku tersentak dari tidurku. Gelapnya malam masih terlihat dari luar jendela. Entah untuk berapa kalinya aku mengalami kejadian ini. Terbangun dari tidurku yang belum lama aku lewati.

Kuhidupkan lampu tidur yang ada di atas nakas di samping ranjangku. Jam yang menempel di dinding pun masih menunjukkan pukul 1 malam. Lelah yang menerjang tubuhku belum sepenuhnya pulih namun aku harus menghadapi mimpi buruk ini lagi.

Aku mengambil segelas air minum yang aku letakkan di atas meja riasku.

Kuteguk air itu perlahan demi perlahan hingga rasa dahagaku pun menghilang.

Aku mengambil ponselku yang ada di dalam tasku, kemudian menekan sebuah angka yang sudah aku setel sebagai panggilan penting.

Walaupun aku tidak terlalu berharap akan ada jawaban dari sana, tapi, dia adalah orang yang akan selalu membuatku tenang di saat seperti ini.

" Halo." Terdengar suara parau dari ujung telepon.

Aku begitu senang mendengar suara ini lagi.

" Bermimpi buruk lagi?''

Tebakan yang tak pernah salah.

" Hmm...ya," jawabku. " Apa kakak mengganggu tidurmu?"

" Aku baru saja akan tidur saat kakak meneleponku."

" Apa yang kau lakukan selarut ini, Aydin." Pertanyaan dari seorang kakak yang khawatir dengan adik kesayangannya. " Apa tugas kuliahmu menyita banyak waktumu?''

" Pertanyaan mana yang harus aku jawab terlebih dahulu, kak? Lagi pula ini sudah biasa buatku, jadi tidak perlu khawatir .''

" Kakak tahu, tapi tetap saja jagalah kesehatanmu.''

" Tentu, aku akan menjaga kesehatanku. Tapi, bukan buatku saja, kakak juga, jagalah kesehatan, jangan terlalu memaksakan diri, kalau kakak lelah katakan saja padaku.''

" Kakak tidak lelah sama sekali.''

" Tentu saja kakak akan mengatakan hal itu. Aku sangat paham dengan sifat kakak yang satu ini.''

Kau benar Aydin, tentu kakak akan mengatakan hal itu meski kakak merasa lelah. Bukankah ini yang harus kakakmu lakukan untuk kehidupan kita berdua. Menjadi kebanggaan kedua orang tua kita.

" Kenapa kakak tiba-tiba diam?'' tanyanya karena aku yang tiba-tiba tak mengatakan apa pun. " Apa aku mengatakan hal yang salah?''

" Tidak, kau selalu mengatakan hal yang benar, kau yang selalu tahu bagaimana kakak.''

" Apa sebaiknya aku pulang kak?''

" Kau ini bicara apa, Aydin. Jangan berpikiran untuk pulang dan mengakhiri kuliahmu.''

" Aku hanya ingin bersama kakak karena akhir-akhir ini kakak sering bermimpi buruk. Bukankah tinggal seorang diri tidak menyenangkan.''

" Kakak memang kesepian, tapi mendengar suaramu seperti ini membuat kakak tidak kesepian lagi.''

" Aku benci kakak yang seperti ini, pura-pura kuat di hadapan orang lain.''

Aku tertawa. Bukankah ini lucu mendengar adik sendiri mengatakan hal itu padamu. Aku benar-benar tidak bisa menutupi apa pun darinya.

" Kalau begitu kakak menikah saja, bagaimana menurutmu?''

Sesaat hening.

" Aydin...''

" Temui aku kalau itu memang benar terjadi.''

Suara Aydin terdengar sangat serius.

Aku hanya tersenyum kecil mendengar adik kecilku kini sudah sangat dewasa. Aku menyadari kalau Aydin yang dulu selalu mengadu dan menangis padaku di saat ia bermain dengan teman-temannya sudah berubah menjadi seorang pria.

" Oke,'' jawabku singkat.

Aku tidak tahu kapan itu, tapi yang jelas pernikahan akan segera menghampiriku suatu saat nanti. Hanya Aydin lah keluarga yang bisa aku andalkan saat hari itu tiba.

" Tidurlah, kakak akan menutup teleponnya.''

" Hmm...selamat malam, kak.''

" Selamat malam,'' balasku mengakhiri pembicaraan.

Aku meletakkan kembali ponselku tadi ke dalam tasku.

Perlahan aku membaringkan tubuhku di atas ranjang. Aku tidak tahu harus bagaimana memejamkan mataku kembali. Ada sedikit kekhawatiran yang tiba-tiba menerpa, takut akan menghadapi mimpi buruk itu lagi. Mimpi yang tak ingin aku lihat lagi seumur hidupku.

Sebuah mimpi yang menjadi titik balik kehidupan kami, yang sudah merenggut kehidupan yang dulu sangat bahagia.

...****...

Matahari sudah menampakkan sinarnya.

Aku menyapa pagi dengan semangat walaupun badanku terasa berat akibat semalam. Kuteguk air putih yang kubawa di dalam botol minuman dan sebuah roti menjadi sarapanku pagi ini yang aku santap di dalam bus yang tak begitu ramai ini.

Terkadang aku sedikit bernostalgia dengan keadaanku ini. Di saat aku masih kuliah, aku memang lebih sering menaiki bus bersama dengan Aydin, adikku. Dulu ia selalu marah padaku kalau aku terlalu lama bersiap, sepanjang perjalanan dia pasti akan mendiamkan ku karena kesal.

Wajahnya yang kesal itu selalu menjadi kesenanganku karena ia terlihat sangat menggemaskan. Saat ia turun pun ia hanya pamit dengan seadanya tanpa berbalik sama sekali. Begitulah dia, adik kecilku yang dulu, tapi sekarang Aydin banyak berubah dan entah sejak kapan ia seperti itu. Terkadang aku merindukan suara rengek nya yang menandakan ia membutuhkanku.

" Pak, saya turun di sini.'' Suara seorang wanita yang langsung membuatku sadar dari lamunanku. Untung saja aku menyadarinya kalau tidak aku pasti akan melewatkan tempat pemberhentian ku dan pastinya membuatku berjalan lebih jauh.

...****...

" Pagi, semua,'' sapaku saat memasuki tempat kerjaku.

" Pagi, Yuna ,'' sahut mereka membalas sapaanku.

Aku segera berganti pakaian dengan seragam kerja, satu setel kemeja lengan seperempat berwarna hitam dan celana panjang hitam dengan sebuah celemek yang melingkar di pinggang. Kemudian aku memadu padankan dengan sepatu kets berwarna putih.

Setelah berpakaian rapi, aku keluar dari ruangan dan memulai aktivitasku seperti biasanya.

Tugasku sudah tak seperti hari-hari sebelumnya. Sekarang aku bertugas melayani para tamu yang datang. Memberikan menu, menanyakan pesanan serta membawakan pesanan yang sudah mereka pesan. Begitulah yang aku kerjakan saat ini.

...****...

" Kau pegawai baru di sini?'' tanya seorang pria padaku. Aku mengangguk dan tersenyum padanya. " Pantas saja kami tidak pernah melihatmu sebelumnya.''

" Iya, saya baru beberapa hari di sini,'' terangku sambil meletakkan beberapa pesanan mereka. " Selamat menikmati,'' ucapku lalu meninggalkan mereka.

Aku berjalan melewati Tia yang sedang berdiri tak jauh dari tempatku menaruh pesanan pelanggan. Ketika aku berbalik, wajah Tia begitu masam menatapku. Aku sedikit terkejut dengan tatapannya itu. Seingatku, aku tidak membuat kesalahan ataupun menyinggung perasaannya.

" Lihat apa?'' tanya Widya menyenggol pundakku.

Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum.

" Sudah selesai?'' tanyaku balik karena tadi Widya sedang keluar bersama dengan Herman membeli beberapa barang.

" Sudah,'' jawabnya. " Sangat melelahkan,'' ujarnya bersandar di pundakku.

Aku tersenyum melihat tingkah manjanya padaku.

" Oh ya, waktu aku masuk tadi para pelanggan membicarakanmu.''

" Membicarakanku?''

Widya mengangguk.

" Memangnya aku ada salah apa?''

" Tidak ada salah apa-apa. Mereka membicarakanmu karena mereka menyukaimu. Mereka suka dengan sikap ramahmu dan mereka bilang kalau kau itu cantik.''

" Apa iya.''

" Kau tidak percaya padaku.''

" Bukan begitu,'' ujar ku cepat karena takut Widya salah paham dengan ucapan ku. " Maksudku, aku percaya padamu, tapi aku tidak tahu harus merespons apa, dengan pujian seperti itu.''

" Yuna..... kau Ini lucu sekali. Biasanya orang akan senang kalau di puji, kau malah bingung.''

Aku pun tersenyum malu karena ucapan Widya itu.

" Tapi, kau tahu, aku malah senang mendengarnya. Ini seperti ada seseorang yang tersaingi.''

" Ha?''

Aku tak mengerti dengan maksud arah pembicaraannya.

" Aku membicarakan Tia.''

Bibirku langsung membentuk huruf O begitu memahami arah tujuan pembicaraannya.

" Kau ini! Itu namanya kau senang melihatku di musuhi olehnya. Hidupku bisa nelangsa kalau seperti ini.''

Widya tertawa kecil karena kekesalanku itu.

" Ini seperti drama yang sering aku tonton. Melihat kalian berdua yang langsung tidak akur saat pertama kali bertemu. Satu merasa tersaingi, yang satunya adem ayem karena merasa tidak melakukan apa pun. Aku kan jadi semangat kerja karena kalian.''

" Kau ini jahat sekali,'' ujarku mengguncang tubuhnya.

Dan dia pun tertawa dengan puasnya.

Terpopuler

Comments

Afrizal Tanjung

Afrizal Tanjung

👍👍

2020-12-17

1

lihat semua
Episodes
1 Reuni
2 Hari yang Baru
3 Teman Kerja
4 Mimpi Buruk
5 Menjelang Pernikahan Sahabat
6 Pernikahan Hanum dan Reza
7 Siapa Wanita itu?
8 Teman yang Tadinya Kupercaya
9 Tak Menyangka
10 Peristiwa Kelam Masa Lalu
11 Skorsing
12 Harus Bagaimana
13 EJ Group
14 Penasaran
15 Penasaran #2
16 Akibat Salah Bicara
17 Bertemu
18 Bertemu#2
19 Menyesali
20 Pertemuan Keluarga
21 Pertemuan Keluarga#2
22 Bertemu Aydin
23 Restu Ayah
24 Fitting Pakaian
25 Keterkejutan Hanum
26 Sikap yang Mulai Melunak
27 Bercerita
28 Hari Pernikahan
29 Malam Sesudah Resepsi
30 Persiapan Kembali Bekerja
31 Green Hill Cafe
32 Berdamai Dengan Masa Lalu
33 Pulang
34 Gafi Yang Membuat Yuna Bingung
35 Bulan Madu
36 Sebuah Jawaban
37 Sebuah Jawaban #2
38 Pesta Perkenalan
39 Apa Yang Terjadi
40 Satu Hari Yang Menyenangkan
41 Rumah
42 Pesta Malam Itu
43 Kekesalan
44 Cemburu
45 Cemburu#2
46 Perang Dingin
47 Perang Dingin
48 Siapa Pelakunya
49 Mencari Kebenaran
50 Pengungkapan Perasaan
51 Rasa Bersalah Ini
52 Lembaran Baru
53 Lembaran Baru#2
54 Kali Pertama
55 Mengejutkan
56 Kejutan
57 Bertanya-tanya
58 Memberanikan Diri
59 Pesta Adik Ipar
60 Pesta Adik Ipar 2
61 Kembali
62 Berharap
63 Terusik
64 Rumah Sakit
65 Hamil
66 Akhir Yang Seperti Apa
67 Akhir Yang Seperti Apa #2
68 Akhir Yang Manis
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Reuni
2
Hari yang Baru
3
Teman Kerja
4
Mimpi Buruk
5
Menjelang Pernikahan Sahabat
6
Pernikahan Hanum dan Reza
7
Siapa Wanita itu?
8
Teman yang Tadinya Kupercaya
9
Tak Menyangka
10
Peristiwa Kelam Masa Lalu
11
Skorsing
12
Harus Bagaimana
13
EJ Group
14
Penasaran
15
Penasaran #2
16
Akibat Salah Bicara
17
Bertemu
18
Bertemu#2
19
Menyesali
20
Pertemuan Keluarga
21
Pertemuan Keluarga#2
22
Bertemu Aydin
23
Restu Ayah
24
Fitting Pakaian
25
Keterkejutan Hanum
26
Sikap yang Mulai Melunak
27
Bercerita
28
Hari Pernikahan
29
Malam Sesudah Resepsi
30
Persiapan Kembali Bekerja
31
Green Hill Cafe
32
Berdamai Dengan Masa Lalu
33
Pulang
34
Gafi Yang Membuat Yuna Bingung
35
Bulan Madu
36
Sebuah Jawaban
37
Sebuah Jawaban #2
38
Pesta Perkenalan
39
Apa Yang Terjadi
40
Satu Hari Yang Menyenangkan
41
Rumah
42
Pesta Malam Itu
43
Kekesalan
44
Cemburu
45
Cemburu#2
46
Perang Dingin
47
Perang Dingin
48
Siapa Pelakunya
49
Mencari Kebenaran
50
Pengungkapan Perasaan
51
Rasa Bersalah Ini
52
Lembaran Baru
53
Lembaran Baru#2
54
Kali Pertama
55
Mengejutkan
56
Kejutan
57
Bertanya-tanya
58
Memberanikan Diri
59
Pesta Adik Ipar
60
Pesta Adik Ipar 2
61
Kembali
62
Berharap
63
Terusik
64
Rumah Sakit
65
Hamil
66
Akhir Yang Seperti Apa
67
Akhir Yang Seperti Apa #2
68
Akhir Yang Manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!