aku dan teman temanku sedang mager berjamaah. bingung mau melakukan kegiatan apa. pengen jalan jalan, buta arah. pengen nelfon kak roy, kagak ada pulsa. seolah dunia ini sudah berakhir seketika.
" hahaa napa jah? ( apaan sih? ) " aku melirik icha dan jahrah yang tengah asik vidio call ama cogan kalimantan. cewek cantik mah bebas.
" tembak sana ta!! tembak sana ta!! " teriak abang yang kini sibuk mabar.
" arrrgghh bodoh banget sih!! yang gitu masih aja di pertahananin?! " dan sisanya tengah asik nonton sinetron suara hati istri di indosiar. sepertinya yang mager cuma aku doang, yang lainnya mah kagak. pengen ikut nimbrung sama icha, aku benci cowok sok gombal. pengen ikut abang, kagak bisa mabar. pengen ikut sisanya, bawaannya suka kesel kalo liat suara hati istri itu. jadilah sekarang aku rebahan di sofa sambil membuka ponsel untuk membaca novel. dari pada gak ada yang di lakuin.
" ah, gak ada yang menarik. gak ada yang update. au ah kesel " aku menghentakkan kaki lalu berjalan keluar untuk menghirup aroma segar di sore hari. sekalian kita selvong dulu.
" permisi non " aku menoleh kesamping dan melihat bi imah datang dengan nampan berisikan jus dan camilan.
" eh bibi? duduk sini bi " ajakku sambil menepuk nepuk rerumputan yang ada di sampingku. sambil mengangguk sopan, beliau ikut nimbrung duduk menikmati semilir angin di sore hari.
" ini non, bibi bawain minuman sama cemilan. siapa tau non lagi pengen ngemil? "
" hehe bibi paling ngerti deh. makasih ya bi " tanpa menunggu aku langsung meminum jus jeruk itu hingga tersisa setangah, tak hanya itu aku juga perlahan mulai memakan cemilan kue kering yang di bawakan bi imah.
ugh---
" non!! non lida kenapa? " tanya bi imah panik. aku memandangi beliau sambil tersenyum pucat, perutku tiba tiba sakit, kepalaku terasa pusing, dan telingaku juga berdengung hebat. sebenarnya apa yang terjadi.
" uhuk uhuk... bi... to-long... telfon...kan.. kak roy!! uhuk uhuk " pintaku dengan suara serak. aku juga mulai batuk darah.
" saya gak bisa non!! " aku mendadak prustasi mendengarnya. dengan energi yang tersisa aku membuka ponselku dan langsung menelfon kak roy dengan pulsa yang tak mencukupi.
" halo? ada apa nona? "
" uhuk uhuk kak roy... to-long... " aku seketika menjatuhkan ponselku dan terbaring lemah di atas rerumputan. sebenarnya apa yang terjadi padaku? perasaan aku gak punya penyakit yang seperti ini deh.
" nona? nona lida!! hallo?!! " pandanganku mulai kabur, bi imah juga sudah menghilang entah kemana. dan air dari langit mulai mengguyur tubuhku, melengkapi penderitaan ku sekarang.
apa aku akan berakhir di sini?
" MAULIDA!! "
***
semua orang panik saat melihat maulida tak sadarkan diri dengan wajah pucat. sesegara mungkin mereka membawa gadis malang itu kerumah sakit terdekat.
" SUSTER TOLONG TEMAN KAMI SUS! " teriak abang yang mulai menggila saat melihat sahabatnya tak sadarkan diri. sedangkan roy dengan cepat menggendong tubuh gadis itu memasuki halaman rumah sakit. teman teman yang lain ikut memeriahkan kedatangan lida di rumah sakit dengan bergelimang air mata. mereka tidak tau apa yang terjadi, tiba tiba saja bi imah datang dan mengatakan bahwa lida pingsan di halaman.
" maaf!! mbak dan masnya silahkan tunggu di luar!! " pinta suster lalu menutup pintu ICU itu. semua orang terdiam di luar dengan harapan semoga gadis itu baik baik saja.
" sebenarnya lida kenapa sih? kok tiba tiba pingsan gitu? " tanya putra ikutan panik, terlihat dari pakaiannya yang acak acakan.
" kata bi imah tadi, lida keracunan makanan. bi imah gak sengaja ngasih lida makanan kadaluwarsa " jelas salasiah.
drrrtt drttt
roy melirik ponselnya yang berdering menampakkan panggilan dari tuan presdirnya. dia yang paham dengan maksud panggilan itu segera bangun dari tempat duduk.
" saya permisi sebentar. mau mengurus biaya administrasi " ucap roy lalu berjalan pergi meninggalkan para remaja labil itu bersedih. sebenarnya dia juga tidak tega, tapi mau bagaimana lagi? dia juga tidak bisa berbuat apa apa. takdir gadis itu hanya tuhan yang tau....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments