Bab 04

Menangis tidak akan ada gunanya, karena suaminya juga tidak akan mendengar tangisannya.

Tidak ada yang di tinggalkan Agung untuk istrinya. Uang makan sama sekali tidak di tinggalkan, mau tidak mau untuk bertahan hidup sampai dapat kiriman dari suaminya, dia harus kembali berjualan.

Giwang membuka dompetnya. Terlihat ada uang kertas ribuan yang lecek. Dia menghitung uangnya. Uang yang di dapatnya dari hasil berjualan.

“Ada dua ratus ribu, ini bisa aku gunakan untuk modal jualan kue,” gumamnya semangat.

Dengan sepeda ontel dia pergi ke warung untuk membeli bahan, dan di sana dia bertemu Bude Nanik.

“Bude,” sapa Giwang dengan menundukkan kepalanya.

“Mau ngapain kamu di sini?” tanya Budenya ketus.

“Mau membeli bahan kue,” sahutnya.

Tiba-tiba wanita paruh baya itu tertawa. “Pasti si Agung tidak sanggup membiayai hidup kamu, makanya dia meminta kamu untuk jualan,” ejek Budenya dan terdengar pembeli yang lain.

“Tau enggak, si Giwang ini sewaktu tinggal di rumahku, makannya banyak banget, sekarang suaminya tidak sanggup,” Budenya bergosip dengan pembeli yang lain.

Giwang buru-buru membeli bahan untuk membuat kue, dia tidak ingin mendengar fitnah yang di ucapkan Budenya.

“Ya Allah, kenapa masih saja Bude membenciku, berikan aku kebahagiaan,” gumamnya sembari menaiki sepeda ontel satu-satu miliknya.

Giwang berpikir untuk menemui Siti dan menanyakan tentang kepergian suaminya.

Temannya terlihat sedang duduk di beranda sembari memegang ponsel.

“Giwang,” Siti menyambut temannya.

“Lihat, Mas Paijo membelikan ponsel baru untukku,” Siti menunjukkan ponsel baru yang di milikinya.

Giwang tersenyum, seumurnya belum pernah mempunyai benda kecil yang berbentuk persegi panjang.

Siti mengajaknya untuk berfoto. “Lihat kameranya bagus banget,” ujar Siti senang. Dan dia lupa menanyakan maksud kedatangan temannya ke rumahnya.

“Sit,” ujar Giwang pelan.

“Iya,” Siti terlihat sibuk berselfie ria.

“Apa kamu tau tentang keberangkatan Mas Agung dengan suami kamu?” tanyanya.

Mendengar penuturan temannya Siti meletakkan ponselnya.

“Tau, memangnya kenapa?” tanya Siti penasaran.

“Mas Agung tidak mengatakan ini sebelumnya ke aku,” ujar Giwang.

“Yang benar? Mas Agung bilang sudah mengatakan ke kamu dan katanya kamu setuju,” ujar Siti mengatakan seperti yang di katakan Agung kepadanya.

“Memang Mas Agung mengatakan kepadaku ingin pergi bersama Mas Paijo ke kota, tapi aku tidak setuju, dan dia pergi diam-diam tadi malam,"

Giwang menunjukkan surat yang di tinggalkan Agung untuknya.

Siti membaca surat itu. “Duh kenapa Mas Agung berbohong,” ujar Siti.

“Mungkin dia sengaja mengatakan seperti itu agar Mas Paijo mengizinkannya ikut,” sahut Giwang.

“Mungkin juga, tapi kamu tidak perlu khawatir, Mas Agung akan mengabari kamu dan mengirimkan uang untuk kamu,” ujar temannya.

“Terima kasih mau mendengar semua kisah ku,” ujar Giwang.

“Ah seperti orang lain saja, kita sudah bersahabat sejak kecil sampai sekarang,”

Giwang pamit pulang dan Siti melihat ada bungkusan plastik yang tergantung di sepeda milik temannya. “Kamu baru belanja?” tanya temannya.

“Iya, belanja untuk jualan besok,” sahutnya.

“Loh kenapa jualan, kamu tunggu saja kiriman dari Mas Agung,” ujar temannya sembari menatap Giwang yang sendu.

“Apa uang dari Mas Agung kurang?” tanya temannya lagi.

“Enggak kurang,” sahut Giwang.

“Kalau enggak kurang kenapa harus jualan, sudah cukup kamu berjualan sedari sekolah menengah pertama dan sekarang setelah menikah masih berjualan lagi,” temannya menggelengkan kepalanya.

“Mas Agung tidak meninggalkan uang sepeser pun,” ujar Giwang.

“Apa! Suami macam apa yang pergi tidak meninggalkan uang untuk istrinya,” gerutu Siti.

“Mungkin Mas Agung tidak punya uang lagi, makanya tidak meninggalkan uang untukku,” Giwang membela suaminya.

“Aduh Giwang, kamu itu terlalu baik apa terlalu lugu,” ujar Siti sewot. “Kamu itu sudah menjadi tanggung jawabnya, pergi bekerja di luar kota bukan melepaskan tanggung jawab begitu aja,” gerutu temannya.

“Enggak usah jualan, pakai saja uangku dulu,” ujar Siti.

“Terima kasih tapi aku akan tetap jualan,” Giwang pergi meninggalkan rumah temannya.

“Giwang-giwang kamu itu terlalu baik, tidak pernah membantah sama sekali,” gumam temannya.

Di dalam perjalanan pulang Giwang memikirkan ucapan temannya tentang tanggung jawab, tapi dia menepis pikiran buruk tentang suaminya.

***

Di kota

Agung dan Paijo baru tiba, sementara waktu dia tinggal di kos Paijo sampai mendapatkan pekerjaan. Paijo mengabari istrinya jika dia sudah sampai dengan selamat.

Sedangkan Agung sedang membuat surat lamaran yang akan di titipkannya ke Paijo besok.

Keesokan harinya Paijo membawa surat lamaran temannya. Dia menunjukkan surat lamaran itu kepada atasannya.

“Kita tidak membutuhkan cleaning service lagi,” ujar atasannya.

“Tapi kasihan teman saya, tolong Pak,” ujar Paijo memohon. Pria yang berumur itu, terlihat sedang memikirkan sesuatu.

“Apa teman kamu bisa menyetir?” tanya pria itu.

“Tentu bisa Pak, dia kerja di bengkel dulunya, dia paham dengan mesin,” sahut Paijo.

“Bagus kalau begitu, besok datang jam delapan pagi,” ujar pria paruh baya itu.

Paijo bekerja di perusahaan otomotif, karena tidak mempunyai keahlian dia bekerja sebagai tukang bersih-bersih dan tentunya juga mendapatkan gaji yang lumayan besar di bandingkan kerja di kampung.

***

Di kampung

Giwang menjajakan dagangannya ke warga kampung, dalam sekejap kue yang di jualnya habis.

“Alhamdulillah,” gumamnya senang. “Kalau setiap hari aku dapat uang seratus ribu, Mas Agung tidak perlu bekerja lagi di kota,” gumamnya senang. Mampir ke warung dan membeli bahan kue untuk besok.

Di warung dia bertemu dengan Budenya lagi.

“Ada yang baru seminggu nikah di tinggal suaminya,” ejek Bude Nanik. Dan Ibu-ibu yang ada di situ langsung berbisik-bisik. Dengan cepat kepergian Agung tersebar di kampung.

“Biasanya umur pernikahan yang masih seumur jagung lagi mesra-mesranya tapi ini,” Bude Nanik mengejek keponakannya.

“Pasti sudah enggak perawan makanya suaminya kabur,” ujar salah seorang wanita.

“Mas Agung mencari pekerjaan di kota Bude,” jelas Giwang.

“Alasan,” cibir Budenya. “Agung itu menyesal karena dia tidak mendapatkan wanita perawan,” ujar Budenya.

Menurut Giwang tidak ada yang bisa di jelaskan kepada Budenya pastinya wanita paruh baya itu tetap berpikiran jelek tentangnya. Dengan tergesa-gesa Giwang membeli bahan kue dan langsung pergi meninggalkan para Ibu-ibu yang suka bergosip.

“Kuat Giwang,” gumamnya dan berusaha untuk sabar dengan semua ucapan para Ibu-ibu.

Di jalan dia bertemu dengan Siti.

“Giwang!” teriak Siti sembari menekan klakson motornya. Siti mendekati temannya.

“Mas Paijo dan Mas Agung sudah sampai kota tadi malam,” ujar Siti.

“Oh ya,” Giwang senang.

“Mas Agung sudah mengabari kamu?” tanya temannya.

“Belum, aku tidak punya ponsel seperti kamu, mungkin Mas Agung akan mengabari lewat surat,” sahut temannya.

“Oh mungkin juga, ya sudah nanti kalau Mas Agung balik minta ponsel, jadi kalian bisa berkomunikasi setiap hari,” ujar temannya dan segera pergi meninggalkan Giwang.

***

Keesokan harinya di kota.

Agung bersama Paijo menemui pria paruh baya yang bekerja sebagai HRD.

“Pagi Pak, ini teman saya,” ujar Paijo.

“Pagi, silakan duduk,” ujar pria itu dan menyuruh Paijo untuk kembali bekerja. Setelah melakukan wawancara pria paruh baya itu langsung menerima Agung.

“Kamu di terima di sini sebagai sopir, tugas kamu hanya menjemput dan mengantar staf yang bekerja di sini,” ujar pria paruh baya.

“Terima kasih Pak, tapi saya belum tau jalan di sini,” ujarnya jujur.

“Tenang, sopir yang lama akan menemani kamu selama seminggu sebelum keluar,” jelas pria itu.

Agung menerima pekerjaan itu dengan gaji yang di tawarkan sebesar empat juta dan tentu membuatnya senang.

Bersambung...

Bantu vote ya.

Ig anita_rachman83

🌷🌷

Plagiarisme melanggar Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014

Terpopuler

Comments

☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜

☠⏤͟͟͞R🎯™𝐀𝖙𝖎𝖓 𝐖❦︎ᵍᵇ𝐙⃝🦜

Kabarin istrimu dulu mas Agung

2024-05-27

0

🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라

🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라

Semoga kerjaan Agung lancar yaa

2022-04-01

0

RedLips 💋

RedLips 💋

Jgn aneh2 gung

2022-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01
2 Bab 02
3 Bab 03
4 Bab 04
5 Bab 05
6 Bab 06
7 Bab 07
8 Bab 08
9 Bab 09
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 P E N G U M U M A N
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 128
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 BAB 139
141 BAB 140
142 BAB 141
143 BAB 142
144 BAB 143
145 BAB 144
146 BAB 145
147 BAB 146
148 BAB 147
149 BAB 148
150 BAB 149
151 BAB 150
152 BAB 151
153 BAB 152
154 BAB 153
155 BAB 154
156 BAB 155
157 BAB 156
158 BAB 157
159 BAB 158
160 BAB 159
161 BAB 160
162 BAB 161
163 BAB 162
164 BAB 163
165 BAB 164
166 BAB 165
167 CUITAN AUTHOR
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Bab 01
2
Bab 02
3
Bab 03
4
Bab 04
5
Bab 05
6
Bab 06
7
Bab 07
8
Bab 08
9
Bab 09
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
P E N G U M U M A N
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 128
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
BAB 139
141
BAB 140
142
BAB 141
143
BAB 142
144
BAB 143
145
BAB 144
146
BAB 145
147
BAB 146
148
BAB 147
149
BAB 148
150
BAB 149
151
BAB 150
152
BAB 151
153
BAB 152
154
BAB 153
155
BAB 154
156
BAB 155
157
BAB 156
158
BAB 157
159
BAB 158
160
BAB 159
161
BAB 160
162
BAB 161
163
BAB 162
164
BAB 163
165
BAB 164
166
BAB 165
167
CUITAN AUTHOR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!