Left After 7 Days Of Marriage

Left After 7 Days Of Marriage

Bab 01

Angin menerpa wajah kedua insan yang sedang duduk di pinggir sawah. Tempat biasa mereka bertemu.

“Dek, apa hubungan kita akan seperti ini saja?” tanya Agung sembari menggenggam jari jemari kekasihnya.

“Mas mau seperti apa?” tanya Giwang menoleh ke Agung.

“Apa kamu siap Mas nikahi?” tanya pria itu ragu, karena ini kali ketiganya Agung melamar kekasih hatinya.

“Mas, usiaku baru sembilan belas tahun, dan lagi...” Giwang menundukkan kepalanya.

“Dan lagi apa?” tanya Agung penasaran, Giwang tidak pernah menceritakan kehidupannya, yang dia tau kekasihnya tinggal bersama dengan Pakde dan Budenya.

“Aku takut Pakde dan Bude tidak merestui kita,” ujarnya pelan. Agung diam, dia sangat mencintai Giwang tapi dia tau kendala yang di hadapinya sebenarnya dirinya sendiri.

“Kalau kamu mengizinkan besok Mas akan menemui Pakde kamu,” ujarnya.

Agung dan Giwang berpisah, gadis itu menggunakan sepeda ontelnya untuk pulang ke rumah Pakde nya.

Giwang anak yatim piatu dari kecil dia sudah di asuh oleh Pakde dan Budenya.

“Assalamualaikum,” ujar Giwang ketika sudah berada di depan pintu.

Wanita paruh baya yang bernama Nanik langsung datang menghampirinya. Menyodorkan tangannya ke arah gadis itu.

“Mana uang yang kamu dapatkan dari mengajar masak?” tanya Bude Nanik dengan berkacak pinggang.

Giwang pintar memasak, sewaktu sekolah dia memilih jurusan tata boga, karena di kampung tidak ada pekerjaan yang menjanjikan dia membuat kue dan menjajakan ke orang kampung dan sampingannya dia mengajar masak untuk orang kampung.

Upah yang di dapatkan tidak banyak, sekali mengajarkan memasak dia hanya mendapatkan tiga ribu rupiah.

“Ini Bude,” Giwang memberikan hasil mengajarnya yang berjumlah lima belas ribu.

“Ayo mana lagi?” tanya budenya dengan menggerakkan tangannya.

“Itu sudah semua bude,” sahutnya pelan.

“Jangan bohong, hari ini Bude lihat kamu membawa kue cukup banyak,” merogoh saku celana keponakannya.

“Ini apa!” Bude Nanik langsung memukulnya.

“Ingat tinggal di sini harus bayar,” gerutu Budenya sembari meninggalkan keponakannya.

Giwang masuk ke kamarnya yang berada di dekat dapur. Dia menangis dengan nasibnya, selama dia jualan tidak pernah dia mencicipi hasilnya. Pintu kamarnya di ketuk.

“Masuk,” ujar Giwang sembari mengusap air mata yang telah menetes di pipinya. Gadis belia yang masih menginjak kelas delapan masuk ke dalam kamar itu dan duduk di pinggir tempat tidur.

“Mbak Giwang menangis lagi?” tanya Yayuk.

“Enggak,” sahutnya bohong.

“Mbak Giwang jangan bohong, aku tau pasti Ibu yang melakukannya, tebak gadis belia itu.

Giwang mencoba untuk tersenyum.

“Bagaimana sekolah kamu?” tanya Giwang mengalihkan pembicaraan.

“Hari ini ulangan ku dapat nilai lima puluh,” gadis belia itu menunjukkan hasil ulangannya.

“Jangan beri tahu Ibu ya,” Yayuk tidak mau mendapatkan amukan masal dari kedua orang tuanya.

Malam harinya.

Giwang membantu Budenya untuk menyiapkan makan malam. Setelah semua makanan siap terhidang, Pakde nya yang bernama Adi dan anak sulungnya yang bernama Dodit duduk di ruang makan. Usia Dodit dan Giwang tidak terpaut jauh, Dodit dua puluh tahun sedangkan Giwang sembilan belas tahun.

Keluarga Pakde nya mulai makan malam dan Giwang harus terakhir mengambil makan untuk dirinya. Kadang dia hanya mendapatkan kuah untuk makan malamnya tapi dia masih beruntung terkadang Yayuk menyimpan lauk untuknya.

“Pak, aku butuh uang,” ujar Dodit sembari makan.

“Uang apa lagi? Bapak enggak punya uang,” sahut Bapaknya.

Giwang duduk di tempat terpisah, dia tau kenakalan sepupunya, dan dia juga tau uang itu di gunakan hanya untuk mabuk.

Setelah semua selesai makan, Giwang membersihkan dan merapikan meja makan. Tapi dia mendengar dan melihat kalau Budenya menyerahkan uang hasil jualannya ke Dodit.

“Ini Ibu ada duit,” ujar Budenya sembari menyerahkan uangnya yang tadi.

“Banyak juga uang Ibu,” ujar Dodit senang. Pria itu langsung pergi ketika mendapatkan uang dari Ibunya.

“Dodit mau ke mana!” teriak Bapaknya. Tidak ada sahutan, yang terdengar hanya suara knalpot.

***

Di dalam kamarnya Giwang merenung.

"Apa aku harus menerima lamaran Mas Agung,” gumamnya.

“Tapi kalau Bude marah bagaimana,” Giwang menghela nafasnya sembari merebahkan badannya di kasur.

“Tapi di sini aku tidak nyaman,” gumamnya dan mulai terlelap.

Giwang tidur dengan pulasnya, dia harus bangun jam tiga pagi untuk membuat kue dan mulai jualan pukul enam pagi.

Dengan sepeda ontel dia berkeliling kampung, setelah kuenya habis, dia mulai mengajarkan memasak untuk Ibu-ibu, tapi untuk hari ini dia hanya mendapatkan dua orang yang ingin belajar memasak, tapi dia masih bersyukur karena masih di beri rezeki.

Sepulang dari mengajar Giwang duduk di pinggir sawah menunggu kekasihnya Agung.

Tapi yang datang menghampirinya Siti sahabatnya.

“Ayo lagi menunggu siapa?” tanya Siti dan duduk di sebelah Giwang.

Giwang tersenyum. “Pasti sedang menunggu Mas Agung,” tebak Siti. Dan Giwang kembali tersenyum, muncul di benaknya untuk bertanya ke sahabatnya tentang pernikahan. Siti teman sekolahnya, dan sudah menikah setahun yang lalu.

“Apa rasanya menikah?” tanya Giwang.

“Apa Mas Agung melamarmu?” tanyanya penasaran. Giwang menganggukkan kepalanya.

“Kamu sudah mengiyakannya?” tanya Siti lagi.

“Belum, kamu tau sendiri Bude Nanik,” Giwang membayangkan omelan yang setiap hari di dapatnya.

“Saranku lebih baik kamu terima lamaran mas Agung, dengan menikah kamu akan terbebas dari omelan Bude Nanik." Ujar Siti.

“Mas Agung akan menemui Pakde malam ini,” ujar Giwang.

“Semoga kalian mendapatkan restu dari Pakde Adi,” ujar Siti berharap.

Giwang memperhatikan Siti yang terlihat santai, tidak berada di dapur seperti teman-temannya yang telah menikah.

“Kamu tidak masak?” tanya Giwang.

“Enggak, aku hanya masak untukku saja,” sahut Siti sembari menikmati angin yang menerpa wajahnya.

“Memangnya kamu enggak masak untuk Mas Paijo?” tanya Giwang lagi. Siti memandang temannya. “Sepertinya aku belum cerita kalau Mas Paijo sudah kerja di kota, dan hasil kerja di kota ini,” Siti menunjukkan perhiasan yang ada di tangannya.

“Wah kamu jadi orang kaya,” ujar Giwang senang.

“Kamu menikah saja sama Mas Agung nanti aku bilang ke Mas Paijo untuk membawa Mas Agung bekerja di kota, jadi kamu bisa sepertiku,” ujar Siti bangga dengan pekerjaan suaminya.

“Memangnya apa pekerjaan Mas Paijo?” tanya Giwang penasaran.

“Mas Paijo kerja di sebuah perusahaan aku tidak tau apa namanya tapi katanya tukang bersih-bersih,” jelas Siti yang lupa nama posisi suaminya di kantor itu.

“Oh gitu,” Giwang manggut.

Karena hampir sore dan Agung tak kunjung datang akhirnya mereka berpisah. Giwang mengakali uang jualannya dengan menyelipkan sebagian di dalam bra.

Ketika sampai di depan pintu Budenya langsung menyodorkan tangannya ke arah Giwang, gadis itu hanya menyerahkan beberapa lembar uang ribuan.

“Kenapa hanya ini?” tanya Budenya marah.

“Aku buat kue sedikit dan hari ini yang belajar masak hanya dua orang,” jelasnya. Budenya merogoh saku celana Giwang tapi tidak menemukan uang sama sekali.

“Ya sudah sana masak, setelah itu cuci baju,” titah Budenya.

Malam harinya.

Agung datang dengan motor bututnya, berpakaian rapi layaknya sedang melamar pekerjaan padahal kenyataannya ingin melamar Giwang.

“Ada apa?” tanya Pakde Adi.

“Maksud kedatangan saya ke sini mau melamar Giwang,” ujar Agung.

“Apa!” teriak seseorang dari dalam ruangan dan suara itu semakin jelas.

“Dengan apa kamu akan melamar Giwang?” tanya Bude Nanik. Giwang hanya mendengarkan dari ruangan dalam.

“Saya memang tidak punya uang banyak tapi saya ada uang dua juta,” Agung menunjukkan uang bawaannya dan meletakkan di atas meja.

“Lamaran mu di terima,” ujar Bude Nanik dan mengambil uang itu.

“Ibu apa-apaan ini?” tanya suaminya tidak setuju.

“Aduh Bapak, lebih baik si Giwang menikah, aku sudah capek mengurusinya dari kecil,” sahut istrinya sembari menghitung uang yang di bawa Agung.

“Tapi dia tidak punya pekerjaan tetap, aku harus bertanggung jawab dengan almarhum adikku,” ujar suaminya.

“Enggak Pak, biarkan dia menikah dengan pria itu,” Bude Nanik menunjuk Agung.

Pakde Adi tidak bisa berdebat dengan istrinya, dia termasuk dalam kategori suami takut istri.

Bersambung...

Bantu Vote ya.

Yang belum follow ig bisa follow :anita_rachman83

🌷🌷

Plagiarisme melanggar Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-06-20

0

Safitri Agus

Safitri Agus

mampir nih...

2022-10-27

0

Anonymous

Anonymous

Kaka bagaimana saya bisa menjadi seorang penulis??

2022-04-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01
2 Bab 02
3 Bab 03
4 Bab 04
5 Bab 05
6 Bab 06
7 Bab 07
8 Bab 08
9 Bab 09
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 P E N G U M U M A N
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 128
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 BAB 139
141 BAB 140
142 BAB 141
143 BAB 142
144 BAB 143
145 BAB 144
146 BAB 145
147 BAB 146
148 BAB 147
149 BAB 148
150 BAB 149
151 BAB 150
152 BAB 151
153 BAB 152
154 BAB 153
155 BAB 154
156 BAB 155
157 BAB 156
158 BAB 157
159 BAB 158
160 BAB 159
161 BAB 160
162 BAB 161
163 BAB 162
164 BAB 163
165 BAB 164
166 BAB 165
167 CUITAN AUTHOR
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Bab 01
2
Bab 02
3
Bab 03
4
Bab 04
5
Bab 05
6
Bab 06
7
Bab 07
8
Bab 08
9
Bab 09
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
P E N G U M U M A N
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 128
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
BAB 139
141
BAB 140
142
BAB 141
143
BAB 142
144
BAB 143
145
BAB 144
146
BAB 145
147
BAB 146
148
BAB 147
149
BAB 148
150
BAB 149
151
BAB 150
152
BAB 151
153
BAB 152
154
BAB 153
155
BAB 154
156
BAB 155
157
BAB 156
158
BAB 157
159
BAB 158
160
BAB 159
161
BAB 160
162
BAB 161
163
BAB 162
164
BAB 163
165
BAB 164
166
BAB 165
167
CUITAN AUTHOR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!