Malam ini Riyan dan Robi sedang nongkrong bareng. Terlihat Riyan hanya diam melamun saja memikirkan Tiwi.
Sebagai sahabat Robi tau apa yang sedang Riyan pikirkan sekarang.
"Kelihatannya lo tertarik tuh sama si cewek cabe" kata Robi.
"Entahlah, gue sendiri juga gak tau. Gue penasaran aja sama dia. Masak iya sih dia kerja kayak gitu" kata Riyan.
"Ya mungkin itu memang sudah menjadi pilihannya" ucap Robi.
"Tapi gue bener-bener penasaran sama tuh cewek" kata Riyan.
"Terus lo mau lakuin apa biar rasa penasaran lo itu ilang?" tanya Riyan.
"Gue mau nyelidikin tuh cewek, lo mau kan nemenin gue" kata Riyan.
"Oke, terserah lo aja" ucap Robi.
Rencananya Riyan akan mengikuti Tiwi kemanapun dia pergi. Saat ini Riyan dan Robi mengira bahwa Tiwi bekerja sebagai cabe-cabean(wanita malam).
Rencananya besok pagi-pagi sekali mereka akan menunggu Tiwi di gang dimana setiap harinya Tiwi lewati.
Di rumah Tiwi...
"Gimana bu rasanya, masih ada yang terasa sakit enggak?" tanya Tiwi.
"Udah agak mendingan kok nak. Tidurlah, besok pagi kan kamu jualan, ibu sudah tidak apa-apa" kata bu Nanik.
"Yaudah kalau gitu, nanti kalau ibu butuh apa-apa panggil Tiwi ya bu"kata Tiwi.
" Iya".ucap bu Nanik.
Keesokan harinya, seperti biasa sesudah sholat subuh, Tiwi bersiap pergi ke pasar untuk berjualan cabai. Tiwi membawa sekarung cabai dengan mengayuh sepedanya.
Tanpa Tiwi sadari Riyan dan Robi sudah menunggu di dalam mobil.
Dengan hati-hati mereka mengikuti Tiwi dari belakang. Riyan sedikit bingung, sebab Tiwi di sepedanya membawa sebuah karung.
"Kok dia bawa karung, apaan isinya?" tanya Riyan
"Mana gue tau, gue aja bingung" jawab Robi.
Sesampainya di pasar, Tiwi langsung menggendong karungnya, lalu membawanya ke tempat dimana dia biasa berjualan. Riyan dan Robi pun terkejut dengan apa yang dilihatnya, ternyata Tiwi bekerja sebagai penjual cabai, bukan sebagai wanita cabe-cabean. Prasangka buruk mereka ternyata salah. Riyan memandang Tiwi dari kejauhan, dia merasa kagum terhadap Tiwi. Ingin sekali rasanya Riyan berkenalan dan semakin dekat dengan Tiwi.
"Nah sekarang lo udah tau kan pekerjaan dia yang sebenarnya, sekarang buruan balik yuk, dingin nih" bujuk Robi.
"Sip, thanks dah nemenin gue" ucap Riyan, lalu mereka pun pulang.
Sedangkan Tiwi terlihat sibuk dengan dagangannya. Baru saja buka tapi sudah banyak yang beli. Sehingga Tiwi tidak menyadari sama sekali bahwa dirinya sedari tadi diikuti dan diperhatikan oleh seseorang.
Saat jam masuk kampus tiba, Tiwi segera menutup dagangannya. Dia tidak mau meninggalkan kewajibannya sebagai seorang mahasiswi. Meskipun hanya berjualan cabai, Tiwi masih bisa membiayai kuliah, sekolah adiknya dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Sesampainya di kampus, Tiba-tiba Riyan memanggil dirinya.
"Hey tunggu!" seru Riyan.
"Elo, kenapa?" tanya Tiwi.
"Emmm gue mau kenalan, kita udah beberapa kali ketemu tapi belum sempet kenalan" jawab Riyan.
"Kenalan?, Nanti cewek lo marah lagi, udah yaa gue sibuk" kata Tiwi, lalu pergi meninggalkan Riyan.
Riyan tak patah semangat, dia akan tetap terus berusaha untuk bisa berkenalan dengan Tiwi. Meskipun awalnya ditolak, namun Riyan yakin suatu saat pasti Tiwi akan membuka hati untuknya.
Sementara di tempat lain, Lala dan Dona sedang asyik mengobrol...
"Gue bingung nih, harus dengan cara apa lagi biar gue bisa balikan sama Riyan" kesal Lala.
"Yaelah La, masih aja lo ngarepin cowok yang jelas-jelas udah gak suka sama lo, lupain aja kali, masih banyak cowok yang lebih dari si Riyan" jelas Dona.
"Gak semudah itu. Gimanapun caranya gue harus balikan lagi sama Riyan. Lo punya ide gak, gue udah kehabisan akal nih" kata Lala.
"Coba lo minta tolong aja sama nyokapnya Riyan biar lo bisa balikan lagi sama Riyan, bukannya nyokap lo sama nyokapnya Riyan teman baik" jelas Dona.
Keesokan harinya, Riyan ingin kembali mengikuti Tiwi ke pasar. Pagi-pagi sekali setelah subuh Riyan sudah menunggu Tiwi di depan pasar. Dia bersembunyi agar tidak diketahui oleh Tiwi. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Tiwi datang juga, seperti biasa Tiwi menggendong karung berisi cabai ke tempat jualannya.
Riyan mengikuti Tiwi masuk ke dalam pasar, namun Tiwi menyadari bahwa ada yang mengikutinya. Tiwi berpura-pura tidak tahu, kemudian dia mempercepat langkahnya, lalu bersembunyi.
Riyan terlihat bingung sebab dia kehilangan Tiwi. Matanya mencari ke segala arah namun tak nampak keberadaan Tiwi. Tiba-tiba Tiwi mengagetkan Riyan dari belakang.
"Hey, ngapain lo ngikutin gue terus?" tanya Tiwi.
"Em... sebenernya gue, gue cuma pengen kenal lebih deket sama lo" jawab Riyan agak gugup.
"Kenalan?... sampai lo ngikutin gue ke pasar?" tanya Tiwi tak percaya.
"Iya" jawab Riyan singkat.
"Ngigo ya lo, cuma pengen kenalan sampai-sampai ngikutin gue ke pasar" kata Tiwi.
"Beneran, gue cuma pengen kenalan aja sama lo" kata Riyan.
"Udah ya, mending sekarang lo pulang aja sana, karena gue harus kerja sekarang" kata Tiwi.
Tiba-tiba saja kang Udin datang menghampiri mereka.
"Tiwi, ada apa ini, siapa cowok ini, apa dia mau gangguin kamu?" tanya kang Udin nampak khawatir.
"Gangguin?.. Enggak kok, ini pacar Tiwi kang" jawab Tiwi berbohong.
Riyan dan kang Udin sama-sama dibuat kaget oleh ucapan Tiwi barusan. Riyan bingung kenapa tiba-tiba Tiwi bicara seperti itu.
Tiwi melihat ke arah Riyan seakan memberikan kode untuk mengiyakan ucapannya.
"Hah pacar kamu, bener ini pacar kamu Tiwi?" tanya kang Udin tak percaya.
"Bener kang, ini pacar Tiwi" jawab Tiwi.
"Emang kamu beneran pacarnya Tiwi?" tanya kang Udin kepada Riyan.
"Iya bener, saya pacarnya Tiwi" jawab Riyan.
Tanpa berkata apa-apa lagi dan dengan raut wajah muram, kang Udin pergi meninggalkan mereka.
"Emm maaf ya tadi gue udah ngaku-ngaku buat jadi pacar lo" kata Tiwi menjadi tak enak hati.
"Gak papa kok, tenang aja" ucap Riyan.
Setelah itu Riyan pamit untuk pulang, sebab dirinya tidak mau jika mamanya tau bahwa dirinya tidak ada di rumah.
Kang Udin yang saat itu merasa tidak Terima, kemudian pergi ke rumah Tiwi untuk menemui ibunya.
"Eh nak Udin, tumben masih pagi sudah dateng kesini?" sapa bu Nanik.
"Bu, saya tadi dari pasar ketemu dengan Tiwi, dan ternyata disana dia lagi sama pacarnya, ternyata selama ini Tiwi sudah punya pacar bu"kata Kang Udin dengan suara agak tinggi.
" Pacar?... Setahu ibu, Tiwi belum punya pacar, mungkin hanya temannya saja" kata bu Nanik.
"Teman apanya bu, tadi mereka bilang kalau mereka itu pacaran. Jadi selama ini ibu udah nipu saya, padahal selama ini saya sudah baik sama ibu dan keluarga" kata kang Udin.
"Astaghfirullah nak Udin, menipu bagaimana maksud nak Udin. Saya sendiri benar-benar tidak tahu menahu kalau Tiwi sudah punya pacar" jelas bu Nanik.
"Alah, buktinya saya tadi melihat dengan mata kepala saya sendiri" kata kang Udin.
"Nanti coba saya tanyakan dulu sama Tiwi yang nak" kata bu Nanik.
Lantas setelah berbicara seperti itu kang Udin langsung beranjak pergi.
Sedangkan bu Nanik sendiri merasa sedih, padahal dia berniat ingin menjodohkan Tiwi dengan kang Udin, namun Tiwi malah membuat marah kang Udin.
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Bujanglapuk Lapukk
lnjut thor...kpn up nya lagi nih thor..
2021-07-04
0