Tiwi seorang gadis cantik yang berusia 20 tahun. Dia berkuliah di salah satu universitas di kota J. Tiwi tinggal bersama dengan ibu dan adik laki-laki nya yang berusia 11 tahun. Kehidupan yang sederhana membuat dirinya harus bekerja. Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga dia juga harus membiayai kuliahnya sendiri. Setiap harinya Tiwi berjualan cabai di pasar. Ya... Tiwi bekerja sebagai seorang penjual cabai yang cantik.
"Bu Tiwi berangkat kuliah dulu ya" pamit Tiwi.
"Iya, Hati-hati di jalan" ucap bu Nanik.
Tiwi berjalan menuju arah jalan raya. Seperti biasa dia menunggu angkutan umum dipinggir jalan.
Saat Tiwi sedang menunggu angkutan, terlihat seorang ibu-ibu yang sedang kesusahan mencari taksi. Beberapa kali si ibu-ibu tersebut memanggil beberapa taksi yang lewat namun tidak ada yang berhenti. Orang-orang di sekitarnya pun tidak ada yang mau membantu.
Tanpa berfikir lama Tiwi langsung membantu ibu-ibu tersebut.
"Ibu sedang cari taksi ya?" tanya Tiwi.
"Iya kak, tapi susah sekali mana ibu lagi buru-buru" jawab ibu-ibu tersebut.
"Taksi... Taksi... " Seru Tiwi saat ada taksi yang lewat di depannya. Taksi tersebut pun langsung berhenti.
"Silahkan bu, ini taksinya" kata Tiwi seraya membukakan pintu mobil.
"Terimakasih banyak ya nak, semoga Allah membalas kebaikanmu" ucap ibu-ibu tersebut.
"Sama-sama bu" ucap Tiwi.
Tanpa sadar ada seorang laki-laki yang sedari tadi memperhatikannya. Laki-laki tersebut sejak tadi sudah berada di situ, kebetulan dia sedang menunggu angkutan umum untuk ke kampus. Namanya Riyan.
Riyan merasa salut dengan kebaikan Tiwi yang menolong ibu-ibu tadi. Riyan pun merasa penasaran dengan Tiwi.
Saat Tiwi akan menaiki angkutan umum, Riyan pun juga ikut naik angkutan tersebut.
Mereka duduk berhadap-hadapan. Sesekali Riyan mencuri pandang ke arah Tiwi.
Riyan Terlihat sedang mencari ponsel di dalam tasnya, namun Tiwi mengira bahwa Riyan tidak mempunyai uang untuk membayar ongkos.
Saat sampai di kampus, Tiwi turun terlebih dahulu, lalu membayar ongkos sekalian dengan ongkos si Riyan tadi tanpa sepengetahuan Riyan.
"Ini pak" ucap Riyan seraya menyerahkan uang kepada sopir angkut.
"Sudah dibayarin sama mbak-mbak yang tadi mas"kata si sopir.
Riyan pun langsung mengejar Tiwi. Dia bingung kenapa Tiwi membayar ongkos angkutan nya.
" Hei, tunggu!" seru Riyan.
"Lo ngikutin gue ya" kata Tiwi asal menuduh.
"Siapa juga yang ngikutin lo, gue juga kuliah disini kali" jawab Riyan.
"Terus ngapain lo manggil gue?" tanya Tiwi.
"Lo tadi yang bayarin ongkos gue kan, kenapa lo bayarin?" tanya Riyan.
"Oh, gue tau kok kalau lo gak ada uang kan, makanya gue bayarin" jawab Tiwi.
"Siapa bilang gue gak ada uang, gue ada kok" kata Riyan.
"Riyan, Hai, udah dateng kamu?" seru Lala, yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.
"Loh, ngapain kamu sama cewek cabe, Jangan-jangan kamu selingkuh yaa" tambah Lala.
"Apa lo bilang selingkuh?.. Ingat ya Lala kita itu udah putus, jadi gak usah nuduh-nuduh gue kayak gitu" kata Riyan.
Tiwi yang mendengar perdebatan mereka langsung saja beranjak pergi. Dia tidak mau ikut campur atau masuk ke dalam masalah mereka.
"Tapi Riyan, aku gak mau putus dari kamu. Aku mau kita balikan, mau kan" bujuk Lala.
"Jangan berharap lebih" tegas Riyan, lalu beranjak pergi dari hadapan Lala.
"Riyan, tunggu, aku belum selesai ngomong. Ih nyebelin bangett" gerutu Lala.
Riyan masuk kedalam kampus untuk mengejar Tiwi. Namun dia tidak menemukannya.
"Yan, nyariin siapa lo, kok celingak-celiguk gitu?" tanya Robi teman sekampus Riyan.
"Gue.... " belum selesai Riyan berkata, tiba-tiba matanya menangkap seorang cewek cantik dengan rambut hitam panjang keluar dari kamar mandi.
"heyy... Yan" seru Robi.
Tanpa menghiraukan temannya, Riyan menghampiri Tiwi.
"Lo cewek yang tadi kan?" tanya Riyan.
"Iya, emangnya kenapa" kata Tiwi, lalu beranjak pergi.
"Jadi lo nyari si cewek cabe-cabean itu?" tanya Robi.
"tadi perasaan penampilannya gak kayak gitu?" kata Riyan bingung.
"Ya iyalah beda. Dia itu setiap masuk kuliah pasti penampilannya masih kucel. Terus dia langsung mandi di sini. Makanya jadi beda gitu. Kenapa memangnya, lo naksir sama cewek cabe-cabean itu... udah mending cari yang lain aja" jelas Robi, lalu pergi meninggalkan Riyan yang masih terlihat bingung.
"Cewek cabe-cabean, masak iya dia cewek kayak gitu" lirih Riyan.
Di kantin kampus...
Terlihat Lala dan temannya sedang makan disana.
"Gue bingung, Riyan kayak nya udah bener-bener gak mau sama gue deh" resah Lala.
"Udahlah, cowok lain masih banyak kan, cari aja yang lain" kata Dona.
"Gak semudah itu" ucap Lala.
Saat itu terlihat Tiwi juga sedang berada di kantin tersebut. Lala yang melihat keberadaan Tiwi langsung saja menghampirinya.
"Eh lo cewek cabe!" seru Lala.
"Siapa ya?" tanya Tiwi.
"Lo gak tau siapa gue?" tanya Lala dengan nada marah.
"Kalau gue tau, gak mungkin gue nanyak" jawab Tiwi dengan santai.
"Gue pacarnya Riyan, cowok yang tadi pagi ngobrol sama lo" jelas Lala.
"Oh elo... tapi setahu gue tadi elo bukan pacarnya" kata Tiwi.
"Apa lo bilang... gue minta sama lo, jangan ganggu cowok gue apalagi deket-deket sama dia, ngerti" seru Lala.
"Siapa juga yang deketin cowok lo, kenal aja enggak" kata Tiwi, lalu beranjak pergi.
Seusai kuliah, Tiwi langsung pulang ke rumah. Terlihat disana ada kang Udin, orang yang setiap harinya mengantar cabai. Kang Udin seorang duda yang suka dengan Tiwi. Selain berniat untuk mengantar cabai dia juga ingin mengambil hati ibu dan adiknya agar merestuinya.
"Makasih ya nak Udin, pakai repot-repot segala bawain makanan buat kami" kata bu Nanik.
"Tidak apa-apa bu Nanik, yang penting bu Nanik dan Tio seneng" kata kang Udin.
"Assalamualaikum" ucap Tiwi.
"Waalaikumsalam... "
"Udah pulang kamu Wi?" tanya bu Nanik.
"Udah bu... Kang Udin kok masih disini?" tanya Tiwi dengan ketus.
"Tiwi, kamu tidak boleh ngomong kayak gitu, nak Udin kan anterin Cabai kesini" kata bu Nanik.
"Iya bu, Tiwi ngerti, tapi kenapa kang Udin tiap hari bawain makanan buat Tio buat ibu, maksud kang Udin apa?" tanya Tiwi. Tiwi sadar bahwa Kang Udin ada rasa terhadap dirinya, namun Tiwi tidak pernah menyukai kang Udin. Tiwi hanya menganggap kang Udin sebagai rekan bisnis saja tidak lebih dari itu.
"Niat nak Udin kan baik Tiwi. jaga omongan kamu" kata bu Nanik yang merasa tak enak hati dengan kang Udin.
"Jadi cabai nya berapa semua kang, sekalian sama yang kemarin?" tanya Tiwi.
"Jadi 500ribu Wi" jawab kang Udin.
"Nih, kang Udin boleh pergi sekarang" kata Tiwi.
"Kalau begitu saya pamit dulu bu Nanik" ucap Kang Udin.
"Iya nak Udin, terimakasih ya... " kata bu Nanik...
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA☺🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Bujanglapuk Lapukk
semngat thor
2021-01-13
0
Dinasti22
Selalu like 😘
Semangat, Author 💪🏻
Mampir juga yuk, hari ini aku sudah up new Chapter 😉
2021-01-06
0