part 12

"Ya Allah, lalu bagaimana dok?" tanya bu Ratih lemas. Karena dia tidak bisa mendonorkan darahnya, sebab golongan darahnya dengan anaknya berbeda. Dina mampunyai golongan darah yang sama dengan almarhum ayahnya....

"Dok, ambil saja darah saya kebetulan darah saya sama dengan bu Dina!" kata Mamat yang langsung menawarkan dirinya untuk menjadi pendonor bagi Dina.

"Oke kalau begitu mari ikut saya" kata Dokter. Lalu Mamat mengikuti dokter tersebut dari belakang.

Setelah melakukan pengambilan darah kurang lebih satu jam, akhirnya Dina mendapatkan donor darah untuk menyelamatkan hidupnya. Tapi untuk malam ini Dina belum sadarkan diri, dan belum bisa di besuk oleh siapapun termasuk orang tuanya sendiri. Malam pun semakin larut, Ririn berpamitan untuk pulang terlebih dahulu,sebab ibunya juga belum sembuh betul dari sakitnya. Firman pun berniat untuk mengantarkan Ririn pulang sekalian dia juga akan pulang kerumah untuk memberi tau emaknya Mamat kalau malam ini Mamat tidak bisa pulang ke rumah.

"Mat, makasih ya karena kamu udah mau mendonorkan darah kamu buat Dina" kata bu Ratih yang terlihat duduk berdua didepan ruangan kamar Dina.

"Iya bu sama sama, kita sebagai umat manusia kan harus saling tolong menolong, jadi itu sudah jadi kewajiban saya untuk menolong sesama" ucap Mamat bijak.

"Hati kamu memang baik Mat. Oh ya bukannya kamu OB di kantor anak saya ya?" tanya bu Ratih.

"Iya bu, saya OB" jawab Mamat.

"Kamu pulanglah Mat, saya gak papa nungguin disini sendiri" kata bu Ratih.

"Saya temani ibu disini gak apa apa.. Ibu silahkan tidur saja biar saya yang berjaga disini" kata Mamat.

"Makasih ya Mat, kamu memang benar benar orang yang baik. Dina beruntung punya karyawan sebaik kamu" kata bu Ratih.

"Ibu bisa saja.." kata Mamat tersipu malu.

Keesoka harinya, jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Perawat sudah memperbolehkan bu Ratih dan Mamat untuk masuk ke ruangan Dina dirawat.

Terlihat Dina belum sadar. Bu Ratih mendekati anaknya seraya meneteskan air matanya. Dia tidak tega melihat keadaan anaknya yang terbaring lemas tak berdaya.

Mamat pun melihat keadaan bosnya merasa kasihan dan prihatin. Terlalu banyak masalah dan beban yang datang bertubi tubi. Mulai dari tender yang direbut oleh orang yang dia sukai, lalu ditinggalkan semua karyawannya dan sekarang musibah menghampiri dirinya. Mamat hanya bisa berdoa semoga dengan kejadian ini semua bosnya bisa sadar dan menjadi orang yang lebih baik lagi.

Disaat bu Ratih masih menangis disamping anaknya, tiba tiba Dina sadar dan memanggil mamanya...

"Ma..!" ucap Dina lemah, tapi belum membuka matanya.

"Dina, sayang kamu sudah sadar nak" kata bu Ratih terkejut senang.

"Ma, Dina dimana?" tanya Dina. Kali ini Dina membuka matanya perlahan.

"Kamu di rumah sakit sayang.... Alhamdulillah akhirnya kamu sadar juga" kata bu Ratih.

"Auw.. kepala Dina sakit ma" rintih Dina seraya memegang kelapanya yang diperban.

"Pelan pelan sayang, kamu masih dalam perawatan" kata bu Ratih.

"Ma, apa yang sebenarnya terjadi sama Dina?" tanya Dina.

"Apa kamu lupa Din, semalam kamu kecelakaan, tapi untungnya ada Mamat dan Ririn yang menyelamatkan kamu, dan bawa kamu ke rumah sakit" jelas mamanya.

"Maafin Dina ma, Dina gak hati hati" kata Dina yang sudah ingat dengan kejadian yang menimpa dirinya.

"Iya sayang, dan untungnya ada Mamat yang mau mendonorkan darahnya buat kamu. Kalau tidak ada Mamat, mama gak bisa ngebayangin apa yang bakalan terjadi sama kamu Din" kata bu Ratih.

"Mat, makasih yaa,ka....kamu udah selamatin saya" kata Dina yang mengalihkan pandangannya kepada Mamat.

"Iya bos sama sama!" jawab Mamat.

"Assalamualaikum" sapa Ririn yang tiba tiba masuk ke ruangan Dina bersama dengan Firman.

"Waalaikumsalam" jawab mereka serempak.

"Bos, gimana keadaannya?" tanya Ririn.

"Sudah mendingan kok Rin. Oh ya makasih ya Rin karena kamu udah nolong saya, ternyata kamu masih peduli dengan saya" kata Dina terharu.

"Iyaa bos sama sama, bagaimanapun juga bos itu masih atasan saya meskipun saya udah bos pecat!" kata Ririn.

"Pecat? kenapa bisa Din?" tanya bu Ratih terkejut, karena memang bu Ratih belum mengetahui tentang masalah Dina.

"Rin, saya minta maaf yaa sama kamu, karena saya kemarin udah sempet marah marah sama kamu dan pecat kamu" kata Dina menyesal.

"Iya bos, gak apa apa kok, saya ngerti" kata Ririn.

"Lalu gimana dengan ibu kamu Rin?" tanya Dina kembali.

"Alhamdulillah bos, ibu saya sudah agak mendingan, karena kemarin untungnya ada Mamat yang pinjemin saya uang" jawab Ririn seraya menunjuk Mamat.

"Mat, maafin saya juga yaa. Saya juga udah terlalu banyak salah sama kamu selama ini. Sekali lagi maafin saya" kata Dina yang merasa benar benar menyesal atas semua perbuatannya selama ini.

"Iyaa bos, saya sudah lupain semuanya kok" kata Mamat.

"Tunggu tunggu, mama masih bingung, kenapa Ririn kamu pecat Din?" tanya bu Ratih bingung.

"Ceritanya panjang ma, nanti Dina ceritain ya" kata Dina.

"Mat, kamu mau kan bimbing saya untuk berubah jadi lebih baik?" tanya Dina.

"Insyaallah bos, asalkan bos niat dari dalam hati tanpa saya bimbingpun bos pasti bisa berubah jadi lebih baik dengan sendirinya" jawab Mamat.

"Iya Mat, saya niat kok. Rin, saya minta tolong sama kamu... tolong sampaikan permintaan maaf saya kepada semua karyawan semua. Dan apa bila mereka ingin kembali bekerja di perusahaan saya, maka saya akan senang sekali... dan termasuk kamu, saya ingi kamu kembali bekerja di kantor saya!" jelas Dina.

"Iyaa bos, akan saya sampaikan" kata Ririn.

"Ma...maaf nih bu Dina, kalau boleh saya mau melamar juga di perusahaan bu Dina,hehe" kata Firman cengar cengir.

"Lho bukanya lo udah kaya Fir, dan bisa juga kam lo kerja diperusahaan orang tua lo sendiri?" tanya Mamat bingung.

"Alah, diem aja yaa Mat, gue mau lebih deket sama pacar gue" kata Firman seraya melirik Ririn yang berdiri disampingnya.

"Kalian pacaran?" tanya Mamat tak percaya.

"Yaa begitulah... gimana bu Dina, saya bolehkan bekerja di kantor ibu?" tanya Firman kembali.

"Boleh kok, silahkan saja" jawab Dina seraya tersenyum.

Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Dina sudah pulih dan mulai bekerja seperti biasanya. Saat pertama kali memasukki kantornya kembali, terlihat semua karyawan menyambut kedatangannya dengan penuh senyuman. Dina merasa terharu atas penyambutan tersebut.

"Terimakasih semuanya, karena kalian masih berkenan untuk bekerja kembali di perusahaan ini. Semoga kedepannya kita semua bisa lebih memajukan perusahaan ini. Dan saya juga akan menyampaikan sesuatu hal penting untuk kalian semua. Hari ini saya akan memperkenalkan CEO baru di perusahaan ini, kita sambut Mamat" jelas bu Dina.

Saat nama Mamat disebut, terlihat semua karyawan terkejut dan tidak menyangka kalau yang menjadi CEO adalah OB yang bekerja di perusahaan tersebut. Tanpa mereka ketahui ternyata Mamat adalah lulusan Sarjana manajemen Bisnis. Dina mengetahuinya dari Firman, sehingga Dina mengangkat Mamat menjadi CEO di perusahaannya....

thanks all😊

Terpopuler

Comments

Dinasti22

Dinasti22

Selalu like 😉
Semangat, Author 💪🏻

2020-12-25

2

R Ni

R Ni

Lanjutkan

2020-12-25

1

Bujanglapuk Lapukk

Bujanglapuk Lapukk

waw lnjut thor...semngat.

2020-12-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!