part 11

Para karyawan berbondong bondong menuju ke karyawan Dina dengan raut wajah kesal dan marah. Mereka langsung mendobrak pintu ruangan Dina, dan membuat Dina terkejut.

"Ngapain kalian semua kesini?" tanya Dina seraya mundur dari berdirinya.

"Kami semua mau resain dari perusahaan ini, kami semua sudah tidak mau lagi bekerja disini!" seru salah satu karyawan.

"Yaudah kalau kalian mau resain,silahkan, saya juga gak butuh karyawan kayak kalian semua!" kata Dina yang tak mau kalah.

"Dasar jadi bos seenaknya sendiri. Sekarang rasain gimana nanti kalau udah tidak punya karyawan lagi!" lanjut karyawan yang lain.

"Pergi kalian, keluar dari ruangan saya!" Seru Dina.

Mereka semua pun pergi dengan masih mengolok olok Dina. Dina pun terlihat shok dan bingung. Dia menangis sejadi jadinya di ruangannya. Dia tidak menyangka kalau akhirnya akan menjadi berantakan seperti ini. Tender yang hilang, ditambah lagi sekarang semua karyawannya meninggalkannya sendiri disaat keadaannya sedang down.

"Bos, saya tau bos lagi ada masalah, bos yang sabar!" kata Mamat yang tiba tiba datang ke ruangan Dina.

"Kamu.... ngapain kamu kesini, sekarang kamu keluar dari ruangan saya, kamu saya pecat!" kata Dina lirih.

Mamat tidak berkata apa apa lagi, dia pun langsung berjalan keluar dari ruangan Dina. Saat ini Dina tidak tau harus berbuat apa, dia masih terlihat sedih dan bingung. Akhirnya Dina pun tertidur di sofa.

Setelah cukup lama tidur, Dina pun terbangun karena suara handphone nya. Saat itu juga Mamat memasuki ruangan Dina dengan membawakan secangkir teh untuknya.

"Mamat... kok kamu masih ada disini?" tanya Dina.

"Iya bos, saya tau kalau saya sudah dipecat, tapi gak ada salahnya kan kalau saya buatin teh dan nemenin bos disini!" jawab Mamat seraya meletakkan secangkir teh diatas meja.

"Bos sebaiknya jangan terlalu mementingkan urusan duniawi, sehingga bos lupa akan kewajibannya. Mungkin bos harus merubah sikap bos menjadi lebih baik!" tambah Mamat mencoba memberi nasehat.

"Berani beraninya kamu ceramahi saya. Inget ya kamu itu cuma OB disini jangan sok buat nyeramahi saya. Mending sekarang kamu pergi dari sini, kamu saya pecat. Keluar sekarang!" seru Dina marah.

Mamat pun langsung beranjak dan segera keluar dari ruangan Dina tanpa berkata apa apa lagi.

Bu Ratih sedang gelisah menunggu Dina pulang, dia sudah mencoba menelevon anaknya beberapa kali tapi tidak diangkat, dan sekarang malah handphone sudah tidak aktif. Bu Ratih sangat khawatir dengan keadaan Dina karena sudah larut malam Dina tak kunjung pulang.

"Ya Allah Dina sebenarnya kamu kemana, kenapa kamu belum juga pulang, dan kenpa handphone kamu gak aktif!" resah bu Ratih, yang terlihat mondar mandir diruang tamu.

Malam itu hujan turun dengan sangat lebat, Dina pun berniat untuk pulang dengan keadaannya yang masih terlihat tidak stabil. Dina pun menerobos hujan dengan mengendarai mobilnya. Dalam perjalanan pulang Dina masih saja terus menangis memikirkan nasibnya sekarang, sehingga dia tidak terlalu fokus menyetir.

Saat itu Mamat juga pulang dengan berjalan kaki, dia sengaja tidak membawa motor karena rencananya dia pulang dijemput oleh sahabatnga, Firman. Tapi Firman tak kunjung datang, sehingga dengan terpaksa Mamat pulang dengan jalan kaki dalam keadaan hujan lebat.

Tanpa Dina sadari dari kejauhan dia tidak melihat seseorang yang sedang berjalan didepannya, pada saat mobilnya akan menabrak seseorang tersebut, Dina langsung membanting stirnya sehingga menabrak pohon, dan kecelakaanpun tidak dapat dihindari. Mobil yang dikendarai Dina menabrak sebuah pohon besar sehingga membuat Dina langsung tidak sadarkan diri. Dan seseorang yang akan ditabrak oleh Dina adalah Mamat. Mamat sendiri pun sangat kaget saat ada mobil yang melaju ke arahnya, tapi Mamat beruntung karena mobil itu tidak sampai menabraknya.

"Lho itu bukannya mobil si bos!" ucap Mamat yang melihat mobil yang akan menabraknya, malah menabrak pohon.

Mamat pun segera mendekati mobil tersebut, setelah dilihat dan diamati, ternyata benar mobil tersebut adalah mobil bosnya.

"Bos, bos... buka pintunya.. bos!" seru Mamat, seraya menggedor gedor cendela mobil Dina. Mamat beralih ke pintu ke sebelah, dan untuknya pintunya bisa dibuka. Pada saat itu, Ririn yang sedang melewati jalan tersebut dengan menaiki taksi, melihat Mamat dan mobil bosnya. Ririn pun segera turun dari taksi tersebut dan berlari ke arah Mamat.

"Masyaallah, bos... Mamat bos kenapa?" seru Ririn panik.

"Nanti aja aku ceritain, sekarang kita bawa bos dulu ke rumah sakit!" jawab Mamat.

Mamat pun membopong Dina memasuki taksi yang dinaiki Ririn tadi. Mereka pun langsung menuju ke rumah sakit terdekat.

"Mbak Ririn, kamu punya nomer handphone nya orang tua bos kan?" tanya Mamat.

"Punya Mat!" jawab Ririn.

"Sekarang mbak Ririn kasih kabar ke orang tuanya bos sekarang ya!" kata Mamat.

Ririn hanya menganggukkan kepalanya saja, dia pun segera menelevon bu Ratih.

Sedangkan Mamat menelevon Firman, dia meminta tolong untuk mengabari emaknya bahwa dia berada di rumah sakit untuk mengantarkan bos nya.

Sesampainya di rumah sakit, Dina langsung ditangani oleh dokter. Saat ini keadaan Dina cukup parah karena kehilangan banyak darah.

Mamat dan Ririn menunggu Dina di ruang tunggu yang masih ditangani oleh dokter.

Tiba tiba datang Firman menyusul Mamat ke rumah sakit.

"Mat, lo gak papa kan?" tanya Firman yang tampak khawatir dengan keadaan Mamat.

"Gue gak apa apa Man!" jawab Mamat.

Ririn yang mengetahui kedatangan Firman langsung mendekati mereka. Karena Ririn merasa kalau dia mengenali Firman.

"Lho Firman kan?" tanya Ririn dengan menatap wajah Firman.

"Ririn?" jawab Firman kaget setelah melihat Ririn.

"Lho kalian udah saling kenal ternyata!" kata Mamat.

"Iya Mat, jadi Ririn ini temen SMK gue.. kita pernah deket dulu!" jawab Firman yang nampak senang bertemu kembali dengan Ririn.

"Gimana kabar kamu Firman, gak nyangka banget kita bisa ketemu disini!" Kata Ririn senang.

"Aku baik, memang jodoh gak akan kemana yaa!" kata Firman terkekeh.

Tiba tiba bu Ratih datang dengan wajah panik dan sangat khawatir.

"Gimana keadaan Dina, anak saya. Sekarang dia dimana saya pengen ketemu!" kata Bu Ratih dengan terisak.

"Sabar bu, bos Dina sekarang lagi ditangani oleh dokter!" jawab Mamat.

Tak lama kemudian dokter yang menangani Dina keluar dari ruang pemeriksaan.

"Keluarga dari bu Dina?" tanya dokter

"Saya dok, saya mama nya... gimana dengan keadaan anak saya?" tanya bu Ratih seraya menghampiri dokter tersebut.

"Maaf kondisi bu Dina saat ini masih kritis, karena bu Dina kehabisan banyak darah, dan kebutulan golongan darah bu Dina saat ini kosong di rumah sakit ini!" jelas Dokter tersebut.

"Ya Allah, lalu bagaimana dok?" tanya bu Ratih lemas. Karena dia tidak bisa mendonorkan darahnya, sebab golongan darahnya dengan anaknya berbeda. Dina mampunyai golongan darah yang sama dengan almarhum ayahnya....

thanks😊

Terpopuler

Comments

R Ni

R Ni

Semangat nulis📝📝📝

hari ini sedikit mendung jangan lupa bahagia😎😎😎😂

2020-12-21

1

Bujanglapuk Lapukk

Bujanglapuk Lapukk

lAnjut thor..semngat

2020-12-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!