part 10

"Lo bener bener tega!" kata Dina menujuk Farhan. Lalu lekas pergi dari tempat tersebut setelah mengambil tas dan laptopnya.....

Mamat langsung mengejar Dina dari belakang.

"Bos...bos, tunggu!" teriak Mamat mengejar bosnya.

Dina pun menghentikan langkahnya, perasaannya begitu marah dan jengkel. Karena jelas jelas Farhan telah membohonginya. Dina sangat yakin bahwa file yang dipersentasikan tadi adalah file nya. Tapi Dina bingung kenapa bisa Farhan bisa mendapatkan file tersebut.

"Bos, sabar bos, jangan marah marah" kata Mamat.

"Sabar kamu bilang, jelas jelas dia udah nyuri file saya Mat, dan dengan sengaja dia udah ngrebut tender saya.. saya gak trima!" seru Dina dengan emosi.

"Ikhlasin saja bos, mungkin tender kali ini belum rejekinya bos, siapa tau nanti akan banyak tender yang bisa bos dapatkan!" kata Mamat mencoba menenangkan bosnya.

"Gak bisa Mat, saya udah bekerja keras buat dapetin tender itu. Dan disaat saya udah membuka hati saya buat orang lain, malah saya selalu ketipu dengan bujuk rayunya!" kata Dina.

"Sabar bos, pasti semua akan akan hikmahnya" ucap Mamat.

"Udahlah Mat, kamu gak bakalan ngerti perasaan saya!" kata Dina. Lalu dia beranjak menuju mobilnya.

"Tunggu bos, bos gak bisa nyetir mobil sendiri dengan keadaan bos yang masih terbawa emosi!" seru Mamat, mencoba mengejar bosnya, tapi Dina tidak menggubrisnya, dia tetap menjalankan mobilnya dan meninggalkan Mamat yang masih menatap kepergiannya.

Disaat Dina sampai di kantornya, dia melihat beberapa karyawannya sedang asik mengobrol, dan hal itu membuat Dina marah.

"Oh udah gak pengen kerja semuanya.. ngapain pada ngumpul disitu, ini itu kantor bukan tempat untuk bergosip. Pada kerja semuanya!" seru Dina. Lalu berjalan menuju ruangannya.

Semua karyawan terlihat bingung dengan sikap bosnya, karena Dina hari ini terlihat sangat marah. Ririn yang juga merasa bingung dan penasaran lalu menghampiri Mamat.

"Mamat, kamu pasti tau kan itu si bos kenapa?" tanya Ririn.

"Oh, itu ternyata Farhan temennya si bos yang kemarin kesini udah ngambil tendernya bos"jelas Mamat.

"Jadi Farhan udah manfaatin bos gitu!" ucap Ririn.

"Iyaa seperti itu mungkin, dan bukan itu aja, ternyata Farhan itu juga udah nyuri semua file nya si bos" kata Mamat.

"Oh jadi gitu, aduh gimana yaa, bos lagi ngamuk ngamuk kayak gitu lagi, padahal aku mau minta ijin!" kata Ririn bingung.

"Minta ijin apa?" tanya Mamat penasaran.

"Minta ijin pulang, soalnya ibu aku lagi sakit!" jawab Ririn.

"Yaudah mbak minta ijin sana, apa lagi tentang orang tua pasti diijinin sama bos!" kata Mamat.

"Oke deh, aku coba ijin kalau gitu. Dah Mat" kata Ririn seraya mencolek dagu Mamat dengan genit.

Ririn melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Dina. Ririn tampak ragu dan takut, tapi demi ibunya yang sedang sakit dia harus memberanikan dirinya menemui bosnya. Ririn mulai mengetuk pintu dan masuk ke ruangan Dina. Terlihat ruangan Dina begitu berantakan, barang barang berserakan dimana mana. Dina meluapkan emosinya didalam ruangannya dengan melempar dan membanting semua barang barang yang ada diruangannya.

"Ngapain kamu ke sini?" ucap Dina dengan nada marah.

"Ma....maaf bos, saya mau minta ijin!" jawab Ririn gugup.

"Ijin apa?" tanya Dina.

"Sa...saya mau ijin untuk pulang cepet bos, karena ibu saya sedang sakit!" jawab Ririn.

"Terus kalau ibu kamu sakit, apa urusannya dengan saya!" seru Dina.

"Tapi bos, ibu saya membutuhkan saya... dan saya juga mau pinjam uang ke bos untuk biaya pengobatan ibu saya!" jelas Ririn kembali.

"Apa kamu bilang, mau pinjem uang, emangnya kamu pikir ini kantor tempat peminjaman uang. Sekarang kamu mending keluar dari kantor saya!" seru Dina dengan amarah yang menggebu gebu.

"Ke...keluar bos!" ucap Ririn.

"Iya keluar dan gak usah balik ke kantor ini lagi!" kata Dina.

"Tap..tapi bos" kata Ririn yang sudah mulai terisak.

"Gak ada tapi tapian, cepetan kamu keluar dari kantor saya!" seru Dina.

Ririnpun langsung keluar dari ruangan Dina dengan menangis. Dia tidak menyangka bahwa dirinya akan dipecat dengan cara seperti itu. Padahal Ririn adalah karyawan teladan dengan loyalitas tinggi. Ririn merasa sangat sakit hati dengan perkataan bosnya. Dia pun menuju ruangannya untuk mengambil barang barangnya. Pada saat dia akan memasuki ruangan, Mamat melihat Ririn yang sedang menangis.

"Mbak Ririn kenapa nangis?" tanya Mamat penasaran.

"Aku tadi udah coba buat ijin ke bos, tapi bos malah marahin aku, dan aku juga coba untuk pinjem uang buat pengobatan ibu aku, tapi malah yang aku aku di pecat dari kantor ini Mat!" jelas Ririn terisak.

"Jadi bos mecat mbak Ririn?" tanya Mamat tap percaya.

Ririn hanya menganggukkan kepalanya dengan masih terus menangis. Mamat yang melihat kesedihan Ririnpun merasa tidak tega.

"Mbak Ririn yang sabar yaa, mungkin bos lagi ada banyak masalah. Dan ini, aku ada sedikit uang, siapa tau cukup buat pengobatan ibunya mbak, ini uang sebenarnya mau saya belikan laptop, tapi mungkin mbak Ririn lebih membutuhkan, jadi mbak pakai aja dulu!" jelas Mamat, seraya menyerahkan bebera uang seratus ribuan kepada Ririn.

"Tapi ini gak papa Mat, aku pakai dulu?" tanya Ririn seraya menerima uang dari tangan Mamat.

"Gak papa mbak, pakai aja dulu, semoga ibu mbak cepat sembuh ya!" kata Mamat.

"Makasih banget yaa Mat" ucap Ririn. Lalu masuk ke ruangan untuk mengambil tasnya. Kemudian pergi keluar kantor. Semua karyawan yang melihat Ririn keluar dari kantor dengan menangis merasa penasaran.

"Mat, itu Ririn kenapa kok nangis gitu?" tanya salah satu karyawan.

"Itu mbak Ririn abis dipecat si bos!" jawab Mamat.

"Haaa di pecat, kok bisa Mat, emangnya dia punya salah apa?"tanya karyawan yang lainnya.

"Tadi mbak Ririn minta ijin buat pulang cepet" jawab Mamat.

"Cuma minta ijin pulang cepet, masak sampai dipecat kayak gitu. Keterlaluan banget tuh si bos. Mending gue resain dari kantor ini, dari pada gue di pecat kaya Ririn!" kata karyawan perempuan.

"Iya, gue juga mau resain aja, biar si bos tau rasa gimana kalau gak ada yang mau bekerja sama dia lagi, emangnya dia bisa ngerjain semuanya sendiri. Mentang mentang jadi bos terus bisa seenaknya sama orang rendah seperti kita!" kata salah satu karyawan yang mencoba memprovokasi karyawan lainnya.

Kemudian mereka semua berbondong bondong menuju ke ruangan Dina.

"Kalian semua mau kemana, jangan terbawa emosi!" seru Mamat, yang mencoba menghalangi mereka tapi tak ada yang mau mendengarkan perkataan Mamat.

Mamat pun bingung harus berbuat apa, sedangkan dirinya hanyalah seorang OB,maka tak akan ada yang mau mendengarkannya...

thanks😊

Terpopuler

Comments

Cenggun

Cenggun

resign tor bukan resain

2021-03-10

0

silviaanugrah

silviaanugrah

Hai thor, 10 like mendarat di ceritamu. 😍
Semangat yaaa. Feedback ke cerita aku yaa, kita saling support 😍

2020-12-24

1

Dinasti22

Dinasti22

Selalu like 😉
2 like sudah mendarat.

Salam hangat dari "My Beloved Spoiled Woman".
Jangan lupa mampir dan feedback di karyaku.

Terima kasih 🙏🏻

2020-12-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!