Dia membawa serta rasa cintanya...

Alvian disambut dengan senyuman indah sang sekretaris nya.

Seperti biasa Alvian tetap berusaha menahan rasa itu, walaupun kekagumannya pada Heidy tak terkalahkan.

"Pak... ini ada surat dari Kak Aisyah"

Alvian menghentikan langkahnya, dia menghampiri Heidy.

Sepucuk surat di dalam amplop itu diterimanya dengan rasa penasaran yang memenuhi isi kepalanya.

"Oh iya, makasih yah"

Alvian kembali melanjutkan langkahnya memasuki ruangan tempatnya bekerja.

Setelah berada didalam ruangannya Alvian membuka jas dan menggantungkannya di tempat biasa.

Alvian menduduki kursi jabatannya

tangannya mulai membuka amplop itu dengan hati-hati.

Teruntuk Pak Alvian...

Assalamu'alaikum...

Sebelumnya saya mau berterimakasih sama Bapa, karena Bapa sudah memilih saya menjadi Sekretaris Bapa ketika saya dan para pelamar kerja yang lain yang bersama-sama dengan saya melamar posisi yang hampir 5 tahun lamanya saya duduki

diantara semuanya.

Terimakasih Bapa sudah memilih saya.

Dengan pekerjaan ini saya bisa membantu ekonomi keluarga saya saat itu sampai sekarang...

Saya juga memohon maaf jika selama saya bekerja bersama Bapa, ada kelakuan dan perkataan saya yang tidak Bapa sukai.

Saya mohon Bapa memaafkan kesalahan dan kekurangan saya...

Dan satu lagi...

Ini mungkin akan sedikit mengagetkan Bapa

selama saya bekerja dengan Bapa, saya menyimpan rasa kagum pada Bapa, bahkan mungkin saya sudah jatuh cinta sama Bapa, tapi saya sadar bahwa perasaan yang saya miliki ini adalah sebuah kemustahilan.

Maka dari itu saya pendam dalam-dalam rasa ini dan dengan segala upaya saya berusaha menghapusnya, namun rasa ini tetap tumbuh didalam hati saya

maafkan saya Pak... Kenyataan ini harus saya ungkapkan agar hati saya tak lagi memendamnya, mudah-mudahan dengan cara ini saya bisa melepaskan segala rasa yang sebenarnya menyiksa saya selama ini...

Saya juga sudah membuat surat pengunduran diri saya,

Bukan karena semua hal yang telah saya bahas sebelumnya, alasan saya semata-mata bahwa saya ingin berkonsentrasi pada kesehatan saya.

Agar saya bisa kembali normal dan beraktivitas seperti biasa

semoga Bapa memaklumi keputusan yang saya buat ini...

Wassalam

Aisyah

Alvian tertegun setelah membaca surat dari Aisyah.

Lama dia menggenggam surat itu

ada rasa menyesal karena mungkin perlakuannya pada Aisyah selama ini yang membuat Aisyah memiliki rasa itu.

Ada rasa bersalah karena dia baru mengetahuinya saat Aisyah sudah memutuskan untuk hengkang dari Hotelnya.

Semua rasa itu berkecamuk didalam dada Alvian saat itu.

Kemudian dia beranjak keluar

surat itu masih dipegangnya

dia membuka pintu dengan maksud menemui Aisyah.

Namun didepannya sudah berdiri sosok yang sudah sangat dikenalnya.

"Alya"... Alvian menyebut nama wanita yang sekarang berada tepat didepannya.

"Kenapa kaget ?"

tanya Alya.

"Ah.. mmhh.. ngga ko, aku kaget karena kamu ngga ngasih tau dulu kalo mau kesini, tau tau udah ada didepan aku"

sambil menarik lembut tangan Alya, Alvian mengajak istrinya itu masuk kedalam ruangnnya.

Heidy yang tadi sudah menyambut Alya lebih dulu hanya dapat melihat sepasang suami istri itu dengan tatapan sendunya.

Ada rasa yang bergemuruh didalam dadanya.

Entah kenapa... Yang jelas dia cemburu...

Namun Heidy selalu berhasil menguasai hatinya.

Hingga semua rasa itu tak terlihat dari wajah cantiknya.

(Sebelumnya...) Alya datang disambut dengan sapaan hangat dan senyuman menawan dari Heidy.

'Ramah' fikir Alya saat pertama dia melihat Heidy.

Alya terus menatap Heidy dengan tatapan tajam, seakan dia ingin melihat lebih dalam lagi, diri pribadi lawan bicaranya.

Heidy yang memang good looking tak menghiraukan hal itu, dia tetap bersikap ramah dan tenang.

'Wajahnya cantik, matanya indah menyejukkan, pantesan Alvian suka sama dia, dia lembut'

fikir Alya dalam hatinya

"Bapa ada didalam ruangannya Bu, silahkan"

Heidy memberikan pelayanan untuk istri atasannya.

Heidy mengetahui siapa Alya itu dari resepsionis yang menelponnya terlebih dahulu sebelum Alya memasuki kantor suaminya itu.

Didepan pintu Alya berdiri didampingi Heidy yang berada tepat dibelakangnya.

Sebelum Alya masuk,

Alvian membuka pintu lebih dulu

Degggggg...

Tangan Alvian memegang surat dari Aisyah.

Didepannya Alya dan Heidy berada dibelakang Alya.

Setelah Alya dan Alvian masuk

Heidy kembali duduk di kursi meja kerjanya.

"Tumben kesini Al, ada apa ?"

tanya Alvian setelah mempersilahkan istrinya duduk disofa yang tersedia didalam ruangannya, khusus untuk tamunya.

"Kamu ngga bilang punya sekretaris baru"

Alya berbicara ketus.

Alvian hanya tersenyum mendengarnya,

"Tumben kamu perduli masalah kerjaanku"

Alvian malah terus menggambarkan keheranannya, tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Alya

Alya yang sudah tak sabar ingin tau perihal adanya wanita cantik bermata indah itu dikantor Suaminya, kembali bertanya dengan nada sedikit meninggi

"Ngga usah basa basi, dia itu siapa ?" tanya Alya lagi.

"Gini Al... sekretaris aku yang lama, Aisyah, dia sakit, bahkan sekarang itu dia udah ngundurin diri"

jelas Alvian pada Alya.

"Makanya aku ngambil dia buat gantiin Aisyah"

lanjut Alvian lagi.

Alya mendengarkan Alvian

"Kenapa Al...? "

tanya Alvian lagi,

Alya tetap berusaha menutupi keinginan dia yang sebenarnya.

"Ngga apa-apa, wajar kan kalo aku pengen tau"

Alya beralibi dengan jawabannya.

Keangkuhan dan ego masih menguasainya.

"Aku mau kerumah Aisyah, mau ikut ?"

tanya Alvian.

Tanpa menjawabnya Alya berdiri dan berjalan lebih dulu keluar ruangan itu.

Alvian sudah mengerti bahasa tubuh istrinya itu.

Dia mengikuti langkah Alya dari belakang.

Heidy kembali melihat sepasang suami-istri itu, dia menatap mereka sampai menghilang dibalik pintu kantor.

Alvian masuk kedalam mobil setelah membukakan pintu untuk Alya.

Nereka pun pergi bersama menuju rumah Aisyah.

...

Setelah mengantarkan surat Rania kembali pulang kerumah

dilihatnya Aisyah sang Kaka kembali terbaring diatas ranjangnya.

'Kaka tidur lagi, apa dia udah sholat dzuhur yah'

Rania mendekati Aisyah yang terlihat menutup matanya.

"Kaaa... kaka... "

Rania menggoyangkan dengan lembut tubuh Kakanya itu.

Namun Aisyah tak bergeming,

Rania mulai panik

dirabanya pergelangan tangan Aisyah, tak teraba denyut nadinya sama sekali.

Rania makin panik, jantungnya terasa bergelantungan,

kembali dia meraba leher Aisyah

sama sekali tak ada getaran nadi

terasa oleh tangannya.

Rania menghubungi dokter yang biasa memeriksa Aisyah.

Kebetulan dokter itu sedang berada dijalan menuju Rumah Sakit

"Alhamdulillah, mohon segera ya Dok, saya cemas dengan keadaan Kaka saya"

"Iya saya sudah dekat ke rumah kamu ko, sebentar yah"

kembali Rania berusaha membangunkan Aisyah namun sama sekali tak ada reaksi dari kakanya.

Dia juga mengirimkan chat lewat Whatsapp yang dikirimkannya kepada Firman dan Agustian.

Tak lama dokter langganan Aisyah datang.

Dengan cepat dokter itu memeriksa keadaan Aisyah

terlihat dia melakukan Resusitasi pada jantung Aisyah.

Dokter itu pun menyuntikkan cairan adrenaline pada lengan Aisyah.

Setelah berjibaku sampai keluar peluh.

Dokter itu pun menghentikan tindakannya dan berkata,

"Kakak mu sudah pulang... dia sudah sembuh sekarang, ikhlaskan dia"

Rania menjerit memanggil Kakanya

dia memeluk tubuh Aisyah, menggoyang-goyangkannya.

Dokter itu hanya dapat menepuk-nepuk punggung Rania

merasakan kesedihan yang kini menimpa Rania.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un"

Firman dan Agustian mengucapkan lafadz itu bersamaan, ketika sampai didepan pintu kamar kaka sulungnya.

Mereka bertiga memeluk tubuh kaku Aisyah yang telah berpulang ke sisi-Nya dengan senyum yang terukir dibibir gadis cantik yang smart dan selalu ceria itu...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!