Keputusan Aisyah...

Azan subuh berkumandang, sahutan kokok ayam menghiasi suasana saat itu.

Aisyah segera membuka matanya dengan perlahan dia melangkah ke kamar mandi, niatnya mengambil air wudhu, Aisyah hendak melaksanakan ibadah dua rakaatnya.

Setelah selesai shalat Aisyah mengangkat tangannya berdo'a memohon pada Tuhan nya tanpa suara...

'Yaa Robb... Engkau Yang Maha Pengampun, aku mohon ampunilah segala kesalahan dan kekhilafan ku...

Aku hanyalah wanita yang penuh dengan dosa-dosa...

Aku mohon kepada-Mu

angkatlah penyakitku Ya Robb agar aku dapat kembali beribadah dan memiliki kekuatan kembali untuk bekerja mencari nafkah hidupku sendiri'

'Yaa Robb... aku yakin Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, semua takdirku sudah Engkau tentukan, aku hanya memohon kepada-Mu selalu bimbing hati dan langkahku agar aku tak salah dalam melangkah dan mengambil keputusan'

Tak terasa air matanya mengalir deras membasahi pipinya.

Aisyah menangis tersedu-sedu diatas sajadahnya.

Dalam hati nya dia memohon kekuatan agar bisa menjalani semua takdir yang telah ditentukan tanpa rasa keluh dan kesah dihatinya.

Rania melihat kakaknya dibalik pintu kamar yang terbuka sedikit,

hatinya ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Kakaknya.

Rania tak kuasa melihat kesedihan Kakaknya.

Dia menghampiri kakaknya dan memeluk erat Kakaknya.

Aisyah kaget...

"Kamu kenapa ?"

tanya Aisyah pada Rania

"Kaka berenti kerja aja, biar Kak Firman dan Kak Agustian saja yang membiayai kuliahku, aku juga bisa kerja paruh waktu, ketika jam kuliahku longgar"

Rania memohon pada kakanya

dia tak kuasa melihat penderitaan kakanya.

Apakah harus dia jujur tentang penyakit yang diderita kakanya itu, hampir saja Rania membocorkan rahasianya, tapi kemudian dia mengurungkan niatnya.

'Ini benar-benar dilema, kalo aku ceritain takutnya Kak Aisyah malah jadi mikirin penyakitnya, tapi kalo ngga diceritain, Kak Aisyah ngga bakalan mau berenti kerja'

Rania terus berbicara dalam batinnya.

Aisyah tersenyum dengan permohonan Rania.

"Kaka udah tau semuanya Ran... Kaka ngidap Kanker Otak stadium awal kan ?"

Degggggg..... Rania seperti disambar petir mendengar kalimat yang diucapkan Aisyah.

Darimana Aisyah tau ???

Aisyah curiga pada ketiga adiknya yang terus menerus memohon agar dirinya berhenti bekerja.

Aisyah juga curiga karena dokter memberikan aturan tentang makanan dan minumannya

padahal diagnosa yang dia tau hanyalah typus, yang notabene hanya perlu makanan yang lembut dan istirahat yang cukup.

Lalu Aisyah menanyakan perihal obat yang dikonsumsi nya setiap hari dan aturan makanan minuman dari dokter itu kepada temannya yang bekerja di Apotik.

Dari situlah Aisyah tau bahwa dia mengidap kanker otak

"Coba Kaka pengen ngobrol dong sama kalian bertiga"

pinta Aisyah pada Rania,

"Baik kak, aku panggilkan mereka"

Rania bergegas menemui kedua kaka laki-lakinya itu,

dan tak lama mereka pun berkumpul didalam kamar Aisyah,

"Kaka udah fikirkan semuanya, Kaka mau berhenti kerja"

kata Aisyah, suaranya bergetar menahan kesedihan.

"Kaka juga udah tau semua, jadi kalian ngga usah nyembunyiin apapun lagi dari Kaka"

lanjutnya lagi.

"Kaka mau fokus pada kesehatan Kaka dan Kaka mau dirumah aja selama kaka memulihkan kesehatan Kaka",

Aisyah menutup pembicaraannya.

Air matanya tumpah.

Ketiga adiknya pun tak kuasa menahan kesedihan yang dirasakan oleh Kaka sulungnya.

"Iya Kak,... Kaka harus sehat, Kaka harus sembuh, kami yakin Kaka wanita hebat yang kuat, Kaka ngga pernah ngeluh, walaupun Kaka harus menanggung beban hidup keluarga"

kata Firman.

"Kami janji kami yang akan bekerja keras untuk masa depan keluarga kita"

kata Agustian,

"Aku mau nemenin Kaka"

kata Rania sambil memeluk kembali kaka sulungnya itu.

Aisyah tersenyum lemah, dia bangga pada ketiga Adik-adiknya.

"Terimakasih, kalian memang adik-adik Kaka yang sholeh dan sholeha"

"Kaka minta tolong, terserah kalian siapa aja yang mau, tolong anterin surat pengunduran diri Kaka ke Hotel tempat Kaka kerja"

lanjut Aisyah.

"Aku aja Ka, hari ini aku Kuliah sore, jadi aku bisa anterin sekarang"

kembali senyuman Aisyah terukir dibibirnya.

"Iya, nanti Kaka bikin dulu suratnya"

Aisyah kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Dia menghampiri meja riasnya, dia menulis pengunduran diri dengan tulisan tangannya sendiri.

...

Seperti biasa Alya masih terlelap dalam mimpinya.

Alvian mengecup kening istrinya

sambil berbisik.

"Aku berangkat kerja"

Alya cuma menggeliatkan tubuhnya.

Lalu Alua memunggungi Alvian

'Sudah biasa'

Fikir Alvian sambil tersenyum

kemudian dia keluar kamar dan menuju ruang makan.

"Paapaahh"

anak-anak menyambutnya dengan ceria, Alvian membalas sambutan dengan kecupan dikepala anak-anaknya itu.

"Ayo cepetan sarapannya, kita berangkat"

kata Alvian sambil menyambar sepasang roti sandwich dari piringnya.

Dengan lahap dia memakannya, selesai roti, Alvian menyeruput kopi hitam yang menjadi favorit nya.

"Okeyy... ayo Pah"

Rafa selesai sarapan, Riza masih mengunyah, mulutnya masih dipenuhi rotinya.

Alvian tersenyum...

"Bentar tunggu dulu, nanti ada yang marah"

jawab Alvian pada anak sulungnya.

Hahahahahaha.... Rafa mengerti maksud Papahnya, dia tertawa.

Selesai semuanya, merekapun bergegas berangkat dengan menaiki pazero Alvian.

...

Heidy sudah berada di meja sekretaris pagi itu.

"Mbak Heidy ?"

tanya seorang gadis berjilbab biru yang datang menghampiri Heidy.

"Betul, kamu Rania yah, adiknya Ka Aisyah"

jawab Heidy sambil menyambut Rania dengan senyum indahnya

'Wajahnya good looking banget'

prolog Rania dalam batinnya.

"Kamu ada perlu sama siapa ? atau ada sesuatu yang menyangkut Kaka mu ?"

"Ka Aisyah baik-baik aja kan ? Gimana keadaannya sekarang ?"

"Uppss... maaf aku kaya wartawan yah"

kembali senyum Heidy menawan hati Rania yang masih terdiam belum menjawab brondongan pertanyaan Heidy tadi.

"Oh... Eh... Ini Ka Aisyah Alhamdulillah udah mendingan Mbak, tinggal masa pemulihan aja"

"Anuuu aku kesini cuma disuruh ngasihin ini aja buat Pak Alvian, dari Kaka"

kata Rania sambil menyodorkan sepucuk surat beramplop putih pada Heidy.

Kening Heidy mengerut, dia heran kenapa Aisyah mengirimkan surat

dan apa isi surat itu.

Pertanyaan dan rasa penasaran itu memenuhi fikiran Heidy.

Tak lama setelah memberikan surat itu Rania pamit, dengan alasan dia khawatir karena meninggalkan Aisyah sendirian dirumah.

Heidy pun mengantarkan Rania kedepan pintu kantor.

"Jangan lupa hubungi kami kalo ada apa-apa yah, jangan sungkan"

kata Heidy pada Rania.

"Iya Mbak"

jawab Rania, setelah menjabat tangan Heidy, dia pun keluar dari Hotel dan bergegas menuju ke parkiran motor.

Ketika hendak melajukan motornya

terlihat Pajero Alvian datang dari arah yang berlawanan.

'Dia baru datang'

gumam Rania, 'Pria itu memang tampan, berwibawa dan ramah'

'Wajar kalo kaka menyukainya'

Rania terus memperhatikan Alvian yang masuk kedalam Hotel, pria itu disambut oleh resepsionis dan satpam.

Setelah sosok Alvian tak terjangkau penglihatannya lagi

Rania melajukan motornya kembali pulang kerumahnya.

...

'Aku harus tau, siapa wanita itu dan apa hubungan mereka'

Alya bertekad pergi ke Hotel hari ini

dia hendak menemui suaminya,

setelah selesai sarapan dia pun bersiap-siap untuk berangkat ke Hotelnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!