Alvian dan Heidy melanjutkan perjalanan pulang mereka
didalam mobil, mereka tak henti-hentinya berbincang.
Seakan tak pernah kehabisan tema
sesekali Alvian memandangi wajah cantik bermata indah itu.
Pemandangan yang teduh dirasakan Alvian ketika memandang wajah Heidy.
Kedewasaan dan kelembutan sifatnya yang menawan hati Alvian
namun Alvian masih sadar posisinya saat itu.
Dia memiliki istri walaupun tidak menutup kemungkinan dia bisa berpoligami, secara Heidy adalah seorang single parent beranak satu.
Namun Alvian masih ingin merubah sifat Alya sesuai dengan janjinya pada mendiang Ayah Alya.
Tekad itu masih ada dalam hati Alvian.
Sesaat hening, suasana dalam mobil itu.
"Kamu suka lagu apa ?"
tanya Alvian.
"Apa aja, asal jangan yang rame-rame dan aneh-aneh musiknya"
jawab Heidy.
Alvian tersenyum dia memutar sebuah lagu dari band Ungu.
"Biar romantis"
katanya.
Heidy hanya memalingkan wajahnya yang memerah, entah kenapa dia menjadi tersipu malu saat itu.
Lagu yang romantis
menggambarkan betapa bergejolaknya sebuah rasa, namun tak dapat menyatukan segalanya.
Merekapun menikmatinya berdua...
Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa di cintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
Dalam hidupmu, dalam hidupmu
Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja
....
Alya sampai dirumah, dia masih belum bisa melupakan pemandangan yang dilihatnya tadi
dalam benaknya ko bisa Alvian semanis itu sama cewe lain.
'Apaan sih, ngapain juga aku harus mikirin dia'
gerutunya sambil menaruh handphone dan tasnya diatas meja, Alya duduk di kursi ruang keluarga.
"Mba... Mba... aku minta es teh manis dong"
Alya berteriak pada Asistennya.
Secepat kilat Asisten Rumah Tangga nya menyediakan apa yang Alya pesan,
mereka tau kalo telat, wajah garang Alya yang akan mereka lihat selain omelan-omelannya.
Glek... Glek... Glek...
Alya menghabiskan es teh nya dalam waktu singkat.
Selepas itu dia masuk kamarnya dan memasuki kamar mandi.
Dia berlama-lama dikamar mandi membersihkan tubuh dan rambutnya.
Hingga suara handphone nya yang berbunyi pun tak terdengar olehnya.
Setelah merasa puas berendam air hangat dan sabun didalam bathtub nya dia membilas tubuh semapainya yang berkulit putih mulus itu.
Rambut basahnya yang ikal, hitam dan panjang dibiarkannya terurai setelah dikeringkannya terlebih dahulu dengan handuk yang sudah tersedia dikamar mandinya.
Rumah mereka termasuk kedalam jajaran perumahan elite.
Didalam rumah itu terdapat 5 orang Asisten Rumah Tangga.
2 orang bertugas untuk memasak di dapur.
2 orang bertugas untuk membersihkan semua ruangan didalam rumah itu.
1 orang bertugas untuk mencuci piring dan baju.
Untuk urusan luar rumah juga ada Asisten, ada yang bertugas untuk membersihkan halaman dan satu orang satpam disana.
...
Alvian sampai kerumah setelah mengantarkan Heidy ke rumahnya. Dia memasukkan mobilnya kedalam garasi.
Dilihatnya mobil Alya masih terparkir disana.
Dia menyangka Alya berada dirumah seharian itu.
Alvian tersenyum-senyum sendiri
dia mengingat wanita yang menemaninya seharian itu,
tingkah lucunya yang menggemaskan dan kedewasaannya yang mengagumkan.
Menambah nilai lebih dari wajah cantik dan mata yang indah yang dimiliki Heidy.
Alvian masuk ke dalam rumah.
Sepi... Dia menuju kamar anak-anak, ternyata mereka masih belum bangun dari jam tidur siang mereka.
Alvian kemudian kembali dan menuju kamarnya.
Ketika itu Alya baru keluar dari kamar mandi dia duduk didepan meja riasnya.
Alya hanya mengenakan handuk yang dilingkarkannya untuk menutupi tubuhnya,
rambutnya terurai, belum kering.
Sejenak Alvian menikmati pemandangan indah itu.
"Al... Ngga kemana-mana ?"
tanya Alvian.
"Baru pulang"
jawab Alya sambil mengoleskan krim pelembab ke seluruh tubuhnya.
"Oh... Acara kemana tadi"
Alvian bertanya lagi.
"Nonton film terbaru"
jawab Alya ketus, sambil beranjak dari kursi riasnya, dia pun melenggang menuju ruang ganti pakaian mereka.
Alvian mengernyitkan keningnya
dia tak habis fikir dengan ucapan Alya tadi.
Kenapa jawabnya ketus sekali,
emang ngga boleh nanya,
kata Alvian dalam fikirannya.
Kemudian dia pun memasuki kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
...
Sepeninggal Alvian dan Heidy.
Aisyah kembali ke kamarnya didampingi Rania.
Dia kembali merebahkan badannya diatas kasur.
Wajahnya sendu, menatap layu ke arah langit-langit kamarnya.
Rania melihat raut wajah sang Kaka yang tak bersemangat.
"Kaka... menyukai Pa Alvian ?"
Rania memulai percakapan.
Aisyah menolehkan wajahnya memandang Rania, terlihat air mukanya yang menyimpan rasa kecewa.
"Ngga, Kaka hanya sedikit kecewa karena Pak Alvian ngga ngasih kabar kalo posisi Kaka digantikan Heidy"
kata Aisyah berusaha menutupi semua perasaan yang sebenarnya,
"Tapi ngga apa-apa juga sih, emang Kaka sekarang udah ngga berguna"
lanjutnya lagi.
Terlihat ada genangan dimata Aisyah,
"Kaka jangan bohong, Rania tau Kaka suka sama Pak Alvian, tapi Kaka harus ingat, Pak Alvian itu sudah punya keluarga"
Rania berbicara dengan nada yang lemah.
Dia tau betul seperti apa sifat Kaka sulungnya.
"Kaka mau istirahat dulu ya, biarkan kaka sendirian"
kata Aisyah meminta Rania meninggalkannya sendiri, Aisyah memejamkan matanya, berusaha melupakan pemandangan yang baru saja dilihatnya didepan kedua matanya sendiri.
"Baiklah"
jawab Rania, sambil beranjak dari tempat duduknya disisi Aisyah.
Rania keluar dari kamar Kaka sulungnya itu.
Dia sangat merasakan betapa luluh lantahnya hati Aisyah saat itu.
Posisinya digantikan dan orang yang disukainya dekat dengan wanita yang mengambil alih jabatannya.
...
Heidy sudah berada di rumahnya, dia merasakan senang yang luar biasa hari itu.
Namun dibalik kesenangannya dia tetap berfikir normal, bahwa rasa sukanya itu harus tetap tersimpan dalam-dalam bahkan jauh lebih dalam kalo bisa, karena dia sadar posisinya sebagai bawahan.
Dia juga sadar bahwa dirinya adalah seorang janda beranak satu, diliriknya foto mendiang suaminya yang masih dia simpan untuk diperlihatkan pada gadis kecilnya.
Heidy ditinggalkan suaminya ketika dia melahirkan anak perempuannya itu.
Suaminya bermaksud mendampinginya ketika melahirkan.
Namun takdir berkata lain
suaminya meninggal dalam sebuah kecelakaan yang menimpanya saat diperjalanan menuju rumah bersalin tempat Heidy melahirkan.
Sampai saat itu, Heidy harus menanggung semua beban hidupnya sendiri.
Dia membiayai anak semata wayangnya
dan Heidy pun mengurus Ibu mertuanya yang juga sudah menjanda.
Mereka bertiga hidup dalam satu rumah yang sederhana.
Sama seperti rumah Aisyah yang tadi dikunjunginya,
"Momy udah pulang"
gadis kecil itu membuyarkan lamunan Heidy.
Segera Heidy menghampiri anaknya yang sepertinya baru bangun tidur siang.
"Sini sayang, peluk Momy"
kata Heidy.
Tangan-tangan kecil itu pun melingkar dileher Heidy.
"Momy inget Papi lagi yah..."
kata gadis kecil itu, seakan sudah bisa menerawang isi hati dan fikiran Heidy saat itu.
"Maharani akan selalu jadi anak yang baik buat Momy dan Almarhum Papi"
Bisik gadis kecil itu ditelinga Heidy...
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments