Alya sampai dirumah, dia memarkirkan mobilnya di garasi.
Anak-anak menyambutnya pulang, mereka berlarian dari dalam menuju kedepan pintu.
"Mamah.... "
Rafa dan Riza menyambut kedatangan Mamah nya.
Alya memeluk mereka seperti biasa.
"Ini hadiah buat Rafa"
kata Alya.
"Asyiiiiiiikkk"
Rafa menerima bingkisan yang dibawa Alya dengan gembira.
"Buat Iza mana ?"
kata Riza sambil memasang wajah melas.
"Itu kan bisa dimaenin berdua"
jawab Alya datar.
Sadar dengan keadaan hati adiknya, Rafa menarik tangan Riza seraya berkata.
"Ayo De kita maen barengan dihalaman"
Riza kembali tersenyum dan mengikuti langkah Kakak nya menuju ke halaman depan rumah.
Alya membawa kopernya kedalam kamar dan membongkar isi kopernya.
Dia mengeluarkan baju kotornya dan membereskan kembali peralatan make up nya diatas meja riasnya, setelah selesai Alya berteriak memanggil Asisten nya.
"Mba... Mba... ini tolong bawain baju kotor saya"
seorang Asisten Rumah Tangga nya bergegas datang ke kamar Alya.
"Iya Nyonya"
katanya.
"Tuh bawain kebelakang"
kata Alya sambil menunjuk ke arah tumpukan pakaian kotornya.
Lalu dengan sigap Asisten nya mengambil semua pakaian kotornya ke ruang cuci pakaian.
Setelah Asisten nya pergi Alya masuk ke kamar mandi membersihkan badannya.
...
Alvian membereskan meja kerja nya dan mengenakan jas nya kembali.
'Anak-anak dijemput Pak Min, kayanya Alya juga udah dirumah'
prolog dalam hati Alvian.
Dilihatnya Aisyah yang masih menginput data kepegawaian, menyangkut Heidy yang besok akan mulai bekerja di Hotel, sebagai Resepsionis baru.
Alvian keluar dari ruangannya.
"Syah... belum selesai ?"
tanya Alvian,
"Belum Pa"
jawab Aisyah,
"Bapa duluan aja ngga apa-apa"
tambahnya lagi,
"Oh iyah, saya duluan yah" kata Alvian.
Setelah melangkah beberapa, dia kembali menengok sekretaris nya seraya berkata,
"Bentar lagi ujan, kamu kan naik motor, hati-hati dijalan, besok aja diterusin lagi kalo ngga bisa selesai hari ini"
Jlebbbb.... Dddrrrrrr.... Tiba-tiba jantung Aisyah berdesir dan berdegup kencang mendengar perhatian yang terucap dari mulut atasannya itu.
"I.. Iya Pak, makasih, Bapa juga hati-hati dijalan"
jawab Aisyah dengan nada malu-malu.
Alvian hanya tersenyum mendengarnya.
Diapun kembali melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar Hotel dan bergegas memasuki area parkiran mobilnya.
Pajero nya kembali meluncur menuju rumahnya.
Diperjalanan Alvian masih mengingat obrolannya bersama Heidy.
Kesan pertama yang difikirkan Alvian adalah Heidy seorang Ibu yang tangguh,
sendiri membesarkan dan membiayai anak semata wayangnya.
Sekelebat wajah Aisyah pun tersirat di dalam fikiran Alvian.
Aisyah dimata Alvian adalah sosok gadis yang mandiri dan kuat,
dia menjadi tulang punggung keluarga setelah membiayai sekolahnya sendiri.
Ketika anteng dengan lamunannya tiba-tiba suara klakson dibelakang mengagetkannya, ternyata lampu sudah berubah hijau dan mobil Alvian masih berdiam,
segera Alvian menancap gas mobilnya dan meluncur melanjutkan perjalanannya kembali.
...
Terlihat Aisyah masih bergelut dengan kertas dan laptopnya.
'Ah.. akhirnya selesai juga'
Aisyah berkata sendiri.
Ting.. Ting... Suara notif whatsapp berbunyi di handphone nya.
'Ka Aisyah.. Ibu sakit, sekarang ada di UGD Rumah Sakit'
chat itu datang dari adik bungsu Aisyah.
Seketika wajah Aisyah berubah
yang tadinya ceria berseri menjadi pucat pasi dan panik ngga karuan.
Aisyah segera membereskan meja kerjanya.
Setelah semuanya beres dan rapih,
Aisyah bergegas keluar dari ruang kerjanya menuju pintu keluar,
Dia berlari-lari menuju sepeda motornya yang terparkir di samping Hotel.
Sepeda motornya tak bisa distater.
Aisyah semakin panik.
Lama Aisyah mencoba mengotak atik motornya sendiri.
Dia celingukan nengok kanan kirinya dengan maksud mencari bantuan.
Dia berjalan menuju pos satpam dipinggir gerbang Hotel.
Ada seorang satpam disana,
saat itu adalah pergantian shif jadi belum lengkap semua personil datang.
"Pa bisa bantuin saya sebentar"
Aisyah meminta pertolongan padanya.
"Oh.. kenapa Mba"
tanya Satpam itu,
"Motor saya mogok Pa, ngga bisa distater, barangkali Bapa bisa cek'in motor saya"
Satpam itu tidak menjawab, dia keluar dari pos nya, lalu berjalan, tanpa menanyakan pada Aisyah dimana motornya berada.
Dia kan satpam jadi sudah hafal semua lokasi Hotel.
Satpam itu berjalan menuju parkiran motor karyawan.
Aisyah mengikutinya dari belakang.
Sesampainya dilokasi, satpam itu mencoba mengotak atik motor Aisyah.
Setelah beberapa lama, akhirnya motor Aisyah dapat distater kembali.
Satpam itu mengusap keringat didahinya sambil berkata,
"Udah bisa nih Mba"
katanya.
"Alhamdulillah, bapa makasih banyak yah"
kata Aisyah sambil mencoba memberikan uang tip pada satpam itu, tapi satpam itu menolaknya.
"Ngga usah Mbak, jangan, saya ikhlas bantu Mba"
sambil mengepalkan tangannya, satpam itu bersikeras menolak pemberian Aisyah.
Berkali-kali Aisyah berterima kasih pada Satpam itu.
Kemudian Aisyah bergegas meninggalkan Satpam itu menuju Rumah Sakit tempat Ibu nya dirawat.
Aisyah menggas motornya semaksimal yang dia bisa, dengan maksud agar dapat segera sampai di UGD Rumah Sakit yang di Whatsapp in adik bungsunya.
Sekitar satu jam perjalanan Aisyah.
Sesampainya di UGD terlihat olehnya 3 adiknya sudah berkumpul disana.
Mereka semua menangis apalagi adik perempuannya yang bungsu, menangis histeris, menggoyang-goyangkan tubuh perempuan paruh baya yang terbaring kaku diatas ranjang UGD Rumah sakit itu.
Aisyah mendekati mereka,
Ibunya sudah ditutupi kain diatas ranjang itu.
Seketika kaki Aisyah menjadi tanpa daya.
Tak ada tenaga menopang tubuhnya.
Brukkkkk... Aisyah bersimpuh di lantai pinggir ranjang,
tangisnya pecah seketika.
Perasaan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Dia menyalahkan diri sendiri karena motornya mendadak mogok.
Hingga dia terlambat menemui Ibunya yang tengah meregang nyawa di UGD.
Dia terus menangis sejadi-jadinya,
adik-adik laki-laki nya mencoba menenangkan Aisyah.
"Ka... Udah ka... Ikhlaskan Ibu"
kata Firman adik kedua Aisyah,
"Iya ka, kasian Ibu, biar beliau tenang pulangnya"
tambah Agustian adik pertamanya
Rania menyadari kaka sulungnya sudah datang.
Dia merangkul Aisyah yang masih bersimpuh dilantai sambil menangis.
"Kakak.... Maafin Rania,... Rania terlambat bawa Ibu kesini"
kata Rania sambil terisak isak,
"Kenapa bisa sampai seperti ini ?"
tanya Aisyah setelah keadaan hati dan fikirannya mulai bisa dia kendalikan.
"Kita tadi masih ada ditempat kerja Ka, yang jagain Ibu Rania sendiri"
Firman menjelaskan keberadaan dia dan adik laki-laki nya itu.
"Ibu tadi mau ke kamar mandi kayanya, terus ngga tau Ibu nginjek apa, dia jatuh didepan pintu kamar mandi"
Rania mencoba memulai keterangannya.
"Aku tadi lagi sholat ashar dikamarku, jadi aku ngga tau kalo Ibu jatuh dipintu kamar mandi"
tambah Rania lagi, tangisan nya kembali pecah...
Dia merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Ibu nya dengan baik..
"Sudahlah, semua kehendak Allah, ayo kita urus Ibu dengan baik"
kata Aisyah sambil berdiri, dia membuka kain penutup jasad Ibu nya, diciumnya kening wanita paruh baya itu sambil berkata.
"Maafkan Aisyah ya Bu, Aisyah terlambat datang kesini"
setelah semuanya selesai ke Empat adik kaka itu membawa jasad Ibunya ke rumah mereka.
Rania dan Firman berada di Ambulans beserta jasad Ibu nya yang sudah terbungkus kain kafan dan selesai dimandikan oleh pihak rumah sakit.
Sementara Agustian membonceng Aisyah, memakai motor Aisyah
mengikuti Ambulans itu dari belakang...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments