Matahari menyambut pagi menandakan pergantian hari.
Alya sudah bersiap mengepak kembali semua barang-barangnya
pagi itu dia pulang.
Acara reuni yang seru menurutnya itu sudah selesai.
"Al.. udah beres ?"
tanya Sinta yang juga sudah bersiap dengan koper dan tas nya.
"Udah, tinggal pulang"
jawab Alya.
Tok.. tok...
Suara pintu kamar diketuk
"Boleh aku masuk ?"
tanya Prasetya yang berada dibalik pintu melongokan kepalanya kedalam kamar.
"Boleh"
Alya dan Sinta menjawab bebarengan.
Prasetya masuk kedalam.
"Al.. kamu pulang sekarang ?"
tanya Prasetya.
"Iya Mas"
jawab Alya singkat.
"Mau bareng ?"
tanya Prasetya lagi.
"Aku bawa mobil sendiri Mas, makasih"
Alya menolak dengan menyesal.
'Coba aku kesini bareng Sinta, kan aku bisa pulang bareng Mas Pras'
gerutu Alya dalam hatinya.
Prasetya tersenyum dia seperti sudah mengetahui apa yang ada didalam otak Alya saat itu.
"Alya difasilitasi sama suaminya Mas"
Sinta ikutan nimbrung obrolan mereka berdua.
"Syukurlah"
Prasetya kembali tersenyum.
"Alya kan masih sama seperti Alya yang dulu"
tambahnya lagi, sambil melihat wajah Alya yang mulai memerah terlihat menunduk malu.
Semua teman-temannya tau bahwa Alya tidak akan pernah bisa hidup tanpa fasilitas dari orang tuanya, yang kini dikelola oleh Alvian suaminya, karena Ayah Alya berjanji mewariskan semua kekayaannya pada Alya asalkan Alya mau bersuami Alvian.
Kedua orang tua Alya sudah meninggal dunia, setelah Alya melahirkan anak bungsunya Riza Dwi Alvianto.
"Okey kalo gitu aku jalan duluan yah, rumah ku paling jauh diantara kalian soalnya"
kata Prasetya, sambil berpamitan menyodorkan tangannya pada Alya dan Sinta.
"Oh iya Mas silahkan"
jawab Alya sambil menyambut jabatan tangan Prasetya.
Prasetya meninggalkan Alya dan Sinta yang masih bersiap-siap.
...
Dikantor Alvian sudah datang lebih awal dari biasanya, walaupun begitu dia tetap melakukan tugasnya seperti biasa,
mengantarkan anak-anak ke sekolah.
Tok... tok...
pintu ruangan Alvian diketuk
"Masuk"
seru Alvian sambil menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan pada calon pegawai barunya.
Aisyah masuk diikuti oleh seorang wanita yang berjalan dibelakangnya.
Wanita itu terlihat anggun dengan balutan busana muslimahnya.
Matanya yang teduh dan indah memandang Alvian yang masih sibuk dengan laptopnya.
"Pak ini Heidy Prisilia, calon Resepsionis baru kita"
Alvian mendongakkan wajahnya melihat Aisyah dan Heidy yang sudah berada tepat didepannya
sejenak pandangan mereka bertemu.
Alvian kaget bercampur dengan rasa senang karena dia bisa kembali bertemu dengan wajah bermata indah itu.
'Harusnya dia yang nervous, kenapa jadi aku yang ngerasain nervous begini'
Alvian bergumam dalam hatinya.
Dia berusaha untuk menutupi perasaan gugup yang dirasakannya.
Wajah Heidy membuat hatinya mendadak tak karuan.
"Silahkan duduk"
kata Alvian.
Dia sekuat tenaga menutupi kegugupannya.
"Kalo begitu saya kembali ketempat saya Pa"
kata Aisyah sambil membalikan badannya dan berjalan keluar menuju meja kerjanya.
"Heidy Prisilia"
Alvian memulai percakapan dengan menyebutkan nama calon pegawai barunya.
Heidy hanya menjawab dengan senyum dan menganggukan kepalanya.
"Lulusan S1 jurusan Akuntansi"
jata Alvian lagi,
"Betul Pak"
jawab Heidy
"Kenapa ko melamar jadi resepsionis ?"
lanjut Alvian.
Heidy kembali tersenyum
"Saya baru saja habis kontrak disuatu perusahaan Pa, jadi saya nyoba ngelamar kesini"
jawab Heidy.
"Kemaren kerja di posisi apa ?"
Alvian melanjutkan pertanyaannya.
"Staf keuangan Pa"
Heidy menjawab kembali,
sejenak Alvian terdiam.
"Tidak ada perpanjangan kontrak kembali ?"
Heidy menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
"Katanya bagian saya akan diisi oleh orang baru, kalo saya ngga salah, bawaannya manager keuangan di Perusahaan"
Heidy menjelaskan.
"Owh begitu"
Alvian tersenyum mendengarnya
'Mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi'
gumamnya dalam hati.
"Kamu punya skill di keuangan, kenapa minat di resepsionis ?"
tanya Alvian
"Saya butuh pekerjaan agar dapat penghasilan, jadi posisi apapun itu saya coba saja dulu"
Heidy menjawab.
"Jadi kamu ngelamar kesini Coba-coba ?"
Alvian mengernyitkan keningnya sedikit kurang puas dengan pernyataan Heidy.
"Bukan... maksud saya, akan saya coba lamar kerjaan diposisi apapun, tapi saya akan serius menjalankan pekerjaan yang saya dapat, karena saya butuh uang untuk biaya kehidupan saya dan anak saya"
Akhirnya Heidy sedikit curhat..
Alvian tersenyum, akhirnya pertanyaannya membuat Heidy menjawab jujur.
Dia senang dengan orang yang berani mencoba zona baru dan serius mengerjakan pekerjaannya.
Alvian yakin Heidy orang yang bisa diandalkan.
"Okey... Kamu saya Terima kerja disini, tapi ingat satu hal, jangan sampai ada absen kosong selama 3 bulan ini, karena kamu harus jalani training dulu, siap!?"
tanya Alvian dengan sedikit menegaskan nada bicaranya.
"Siap... "
jawab Heidy.
Alvian tersenyum...
"Kamu yang kemarin ada di acara lomba anak saya kan ?"
Alvian bertanya kembali.
Heidy tersenyum.
"Iya Pak, anak saya juga ikut lomba itu"
jawab Heidy.
"Oh... begitu, dapet juara ?"
tanya Alvian lagi.
"Anak saya kalah sama anak Bapa, dia dapet juara kedua"
kata Heidy sambil kembali tersenyum.
"Oh begitu yah... "
Alvian mencoba mengingat wajah anak perempuan yang berdiri disamping Rafa waktu itu, tapi dia gagal mengingatnya.
Setelah lama berbincang
Alvian mengakhiri wawancaranya itu.
Heidy berpamitan dan meninggalkan ruangan Alvian.
Sepeninggal Heidy, Alvian masih duduk ditempatnya.
Dia tersenyum senyum sendiri
wajah Heidy yang sedang tersenyum menjadi bayangan yang tak bisa dia hilangkan.
...
Alya menancapkan gasnya menuju sebuah toko oleh-oleh, dia ingat sudah berjanji pada Rafa mau ngasih hadiah kejuaraannya.
Sampai diparkiran toko, dia memasuki toko itu.
Dia asyik berkeliling toko, melihat-lihat barang untuk dikasihin ke anak sulungnya.
Ting... ting...
Suara notifikasi whatsapp terdengar.
'Al... Kamu udah sampe mana ? Jadi pulang sekarang kan ?'
whatsapp dari Alvian datang,
'Iyah, ini lagi beli dulu hadiah buat Rafa'
'Dua jam lagi aku sampe rumah'
balas Alya.
'Oh... Okey... Hati-hati ya dijalan nya'
balas Alvian lagi.
'Iyah'
jawab Alya singkat.
Lalu dia memasukan kembali handphone nya kedalam saku celana jeans yang dikenakannya,
dia berhenti didepan sebuah mobil remot control yang berukuran besar.
"Saya ambil ini"
kata Alya setelah sampai didepan meja kasir.
"Oh baik Bu, ini jadi 1,5 juta"
kata kasir itu setelah menyorotkan infra merah pendeteksi barcode barang.
Setelah membayarnya Alya keluar dari toko itu sambil menjinjing kresek yang berisi mobilan untuk Rafa.
Alya memasukannya ke jok belakang dan kembali menyetir mobil menuju rumahnya.
Ada getar didalam saku celananya handphonenya kembali berbunyi.
Alya penasaran, dia meminggirkan dulu mobilnya, dilihatnya notifikasi whatsapp itu.
Nomer baru.
'Kamu udah sampe Alya ? Ini nomer aku, siapa tau kamu ada kangen sama aku, kamu bisa hubungi aku hehe'
tulisan itu, Alya mengernyitkan kening bertanya-tanya siapa yang mengirimkan whatsapp itu.
Ting.. Ting... Kembali ada notif
'Aku Prasetya'
Jleebbbbbb... Ada yang nonjok dada Alya.
Perasaannya ngga karuan
'Bales... Ngga... Bales... Ngga... '
Alya ngomong sendiri sambil senyum-senyum.
Akhirnya Alya memutuskan untuk ngesave dulu kontaknya aja
dia tak membalas whatsapp dari mantannya itu.
Dia kembali meneruskan perjalanan pulangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments