Alya kembali menemui teman-teman nya, dia terlihat asyik bersendau gurau, sesekali mereka tertawa, Alya menjadi wanita yang asyik dan hangat ketika dia bersama teman-temannya...
"Alya, gimana anaknya ?"
tanya Sinta, dia inget tadi Alya nerima telepon dan bilang anaknya kecelakaan di Sekolah.
"Udah aku jemput dan anterin ke rumah, aman kalo udah dirumah, kan banyak asisten"
jawab Alya sambil mengambil makanan ringan yang tersedia diatas meja.
"Owh gitu, iya deh percaya, kamu kan punya suami siaga"
kata Sinta lagi sambil melirik pada temen-temennya yang lain.
Didalam kelompok rumpi itu Alya adalah wanita yang bernasib lebih beruntung dibandingkan dengan teman-temannya yang lain, Alya anak dari pengusaha ternama, Suprapto Handoyo pemilik Hotel Kencana Jaya yang memiliki banyak cabang dikota-kota besar, dengan berpusat pada Hotel yang dipimpin oleh Alvian.
Alya satu-satunya perempuan dalam perkumpulan itu yang memiliki suami yang lainnya semua single parent namun mereka masuk kedalam golongan sosialita kelas atas karena hampir semua mantan suami dari mereka itu adalah pengusaha dan konglomerat kelas berat.
Mereka lebih memilih hidup sebagai single parent karena kompensasi dari suami mereka akan hilang jika mereka menikah lagi.
Lebih tepatnya mereka adalah jajaran mantan istri simpanan para jutawan, sesekali mereka juga berkencan dengan mantan suami mereka.
...
Alvian selesai mandi, dia keluar kamar dengan mengenakan kaos putih street polos tanpa kerah, yang mencetak tubuh kekarnya, dipadukan dengan celana training panjang yang membuatnya terkesan lebih tinggi, padahal memang dia bertubuh tinggi.
Alvian berjalan menuju ke kamar anak-anaknya,
"Riza sudah makan Nak ?"
Riza menjawab dengan anggukan kepalanya, dia berada disofa, memandangi pemandangan diluar yang sedang turun hujan.
"Kakak sudah pulang dari les nya ?"
tanya Alvian lagi pada anak bungsu nya.
Lagi-lagi Riza mengangguk.
"Anak Papa kenapa, ko ngga mau bicara sama Papa ?"
Alvian mendekati Riza dan duduk disampingnya.
Riza menggeleng.
"Aku ngga apa-apa Pah, lagi males ngomong aja"
jawab Riza.
Rafa datang, menggabungkan diri, dia duduk diatas kasur diranjang tempat tidur Riza,
"Pah... gimana, Papah bisa hadir di acara aku minggu depan kan ?"
Rafa terpilih jadi perwakilan sekolahnya untuk ikut lomba piano.
"Iya sayang nanti Papah datang, tenang aja"
sambil tersenyum Alvian menyanggupi permintaan Rafa.
"Asyiiiiik... "
Rafa teriak kegirangan dan menghampiri Papahnya.
"Aku boleh ikut kan Pah ?"
kata Riza sambil memandang kearah Papahnya.
"Iyah boleh, nanti kita pergi sama-sama yah"
jawab Alvian sambil memeluk anak-anaknya
'Andai saja kamu tau betapa aku mencintaimu karena mereka Al'
gumam Alvian dalam hatinya.
"Eh tadi Rafa dijemput sama Pak Min, maaf yah Papah ngga bisa jemput Rafa, soalnya kasian Riza tadi ngga ada temennya"
kata Alvian sambil membelai kepala anak sulungnya.
"Iya Pah, ngga apa-apa, kan Rafa udah gede, pulang sendiri juga bisa"
jawab Rafa dengan wajah polosnya.
Alvian kembali memeluk anak-anaknya dengan kasih sayang dan kelembutannya.
"Kira-kira Mamah bisa dateng ngga Pah ?"
Rafa menanyakan perihal Mamahnya.
"Nanti Papah tanya Mamah yah"
Rafa mengangguk.
Hampir disetiap perayaan sekolah atau lomba-lomba lainnya Alya tak pernah menyempatkan dirinya untuk menghadiri sekedar melihat betapa berpotensi nya anak sulungnya itu.
Saat mereka bercengkrama didalam kamar, Alya datang, dia masuk kedalam rumahnya setelah memarkirkan mobilnya digarasi, terlihat mobil Alvian pun sudah ada disana.
Alya masuk kedalam kamar, membuka semua aksesoris ditubuhnya dan memasuki kamar mandi.
Dia melepaskan pakaiannya
kulitnya yang putih terlihat halus mulus terawat dengan baik
rambut panjang nya mulai basah disirami air yang mengucur dari shower.
Alya yang berperawakan tinggi semampai dengan rambut terurai basah tengah asyik membersihkan seluruh tubuhnya.
Harum semerbak wangi sabun yang dipakainya saat itu.
"Al... Alya..."
Alvian memasuki kamar dan memanggil-manggil nama istrinya.
Alya tak mendengar suara suaminya ia tengah asyik membilas tubuhnya yang dipenuhi busah.
Alvian memasuki kamar mandi, terlihat bayangan istrinya dari balik kaca.
'Owh lagi mandi'
gumam Alvian dalam hatinya
dia kembali keluar dari kamarnya dan duduk disofa ruang keluarga tempat dia bermain bersama anak-anaknya, tak lama dia duduk kemudian dia beranjak ke pintu dapur.
"Mbak... Mbak... tolong buatkan saya kopi hitam"
kata Alvian pada Art nya yang sedang bekerja didapur.
"Baik Tuan" kata Mbak Nur
Alvian kembali menuju sofa, duduk sambil membaca koran, menunggu pesanan kopinya datang.
Tak lama kemudian kopi pesanan Alvian datang.
"Tuan ini kopinya"
Alvian mengangukan kepalanya
"Makasih"
jawabnya singkat.
Mbak Nur kembali ke dapur.
Alya keluar dari kamarnya dia sudah memakai stelan tidurnya.
"Vian... aku minggu depan ada acara di Bogor sama temen-temen aku"
Alvian menengok ke arah suara yang datang.
"Bogor,.. acara apa ?"
tanya Alvian.
"Reunian sama temen-temen SMA aku dulu"
jawab Alya sambil terus merapihkan rambutnya yang dibiarkan terurai panjang.
Sejenak Alvian terdiam.
"Nginep ?"
tanyanya lagi pada istrinya.
"Ya iyalah, bolak balik kan jauh"
jawab Alya.
"Nginep dimana ?"
Alvian bertanya lagi.
"Villa punya Sinta"
jawab Alya.
"Kamu bisa batalin sekali ini aja acara kamu ?"
kata Alvian dengan nada memohon.
"Kenapa ?"
tanya Alya dengan nada kurang setuju.
"Minggu depan itu acara Rafa lomba piano, masa dari sekian banyak lomba sekian banyak acara anak-anak dari sekolah, kamu ngga pernah datang Al"
Alvian mencoba membujuk Alya.
"Aku udah ada janji, bukan ngga mau datang"
Alya ngeles.
"Iya... makanya aku mohon sekali ini aja kamu ngga ikutan, bisa kan ?"
tanya Alvian lagi sambil mencoba terus membujuk istrinya.
"Ngga ah, aku udah janji sama mereka kalo aku mau dateng"
Alya tetap bersikukuh.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata kecil yang melihat dan mendengar perbincangan mereka.
Rafa yang dari tadi berdiri dibelakang mereka, memandang Mamah nya dengan tatapan sendu dan kecewa.
"Ngga apa-apa Pah kalo emang Mamah udah ada acara"
Rafa menyela obrolan orang tuanya.
Sontak Alvian dan Alya menengok ke arah suara mungil yang mereka dengar.
"Tuh kan Rafa nya aja ngga kenapa-kenapa aku ngga dateng, kamu repot sendiri"
Alya merasa mendapatkan pembelaan dan kemenangan dari obrolannya, lalu beranjak pergi masuk ke kamarnya lagi.
Alvian hanya bisa menghela nafas dalam, dia kembali memandang anak sulungnya.
Terlihat Rafa mengusap air matanya dan membalikkan badan berlari kembali ke kamarnya.
Alvian mengejarnya, dia tau betul kalo Rafa pasti kecewa berat dengan kelakuan Mamah nya,
tapi Rafa bukan tipikal anak pembangkang dan egois, Rafa selalu mengalah dan mencoba mengerti segala sesuatu yang terjadi.
Namun jiwanya masih anak-anak
dia tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya itu dari Papah nya.
Sampai dikamarnya Rafa menelungkupkan badannya diatas kasur, dia menangis tanpa bersuara, hanya lelehan air mata yang menggambarkan rasa kecewanya...
Alvian datang, memeluk anak sulungnya itu sambil berbisik.
"Papah selalu ada disamping kalian"
seperti sebuah kata-kata ajaib
Rafa kembali tersenyum pada Papahnya, wajahnya yang tadi kecewa berangsur-angsur membaik.
Riza melihat, dia pun mendekati Papah dan Kakanya,
"Kaka Rafa kenapa menangis ?"
katanya sambil menahan tangisannya juga, dasar anak-anak selalu terbawa suasana.
"Kaka ngga apa-apa Dek"
kata Rafa sambil mengusap air matanya dan berusaha tersenyum
"Ayo kita maen game... "
Alvian mencoba mengalihkan suasana kekecewaan itu,
"Ayoooooo"
Rafa dan Riza menjawab serempak...
Mereka berlarian keluar menuju ruang keluarga tempat mereka bermain game bersama Papah nya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments