04.Bukan Wanita Mata Duitan

Dengan perasaan bahagia Khalisa pulang menggunakan motor yang di berikan oleh Surya, wanita itu langsung menjemput adik nya di rumah sakit. Sore itu, Disa meminta kakak nya untuk mengajak gadis itu jalan-jalan sebentar.

Senyum ke dua kakak beradik itu selalu terukir terutama Khalisa, ia sangat senang bisa melihat adik nya tersenyum bahagia.

Menjelang magrib, mereka sudah berada di rumah, selesai membersihkan diri mereka langsung pergi sholat kemudian makan malam.

Khalisa tak menceritakan bagaimana hari pertama ia bekerja, wanita itu tidak ingin adik nya menjadi sedih memikirkan pekerjaan sang kakak.

Pagi menjelang, seperti biasa sesudah memasak untuk sarapan sang adik, Khalisa langsung berangkat bekerja.

Khalisa mengambil sarapan dan obat yang sudah di sediakan oleh bi Ami sebelum nya.

Dengan sangat pelan Khalisa membuka gagang pintu kamar Adrian. Sorot mata Khalisa kemudian beralih pada pria yang sudah berada di kursi roda menghadap balkon kamar nya.

"Tuan, ini sarapan dan obat nya." ujar Khalisa sedikit ragu.

Adrian memutar kursi roda yang bisa di kendalikan oleh suara pemilik nya sendiri.

Adrian menghampiri Khalisa dengan sorot mata membunuh nya. Dengan menggunakan tangan kanan nya yang masih berfungsi, pria itu membanting nampan yang berisi makanan dan obat-obatan.

Pyaaaarrrr........Hempasan piring itu membuat Khalisa kaget, "Sudah ku bilang, berhenti dari pekerjaan mu!" bentak Adrian.

"Tidak, aku tidak akan berhenti." ucap Khalisa tegas.

"Dasar wanita mata duitan." ledek Adrian.

"Ya, aku memang mata duitan karena hidup butuh duit."

Adrian geram, sebelum nya tak pernah ada satu pun yang berani membantah semua ucapan nya. "Kau....! berani nya kau menentang ku!" tunjuk Adrian tepat di wajah Khalisa.

"Tuan Adrian yang terhormat, demi duit aku rela bekerja merawat laki-laki seperti mu, kenapa apa kau tidak suka? jika kau tidak suka, kau bisa bicara pada tuan Surya." ujar Khalisa kemudian keluar dari kamar Adrian.

Khalisa membanting pintu kamar Adrian, wanita itu cukup kesal karena di pandang sebagai wanita mata duitan. "Dia pikir dia siapa? jika bukan karena Disa, aku sudag berhenti dari pekerjaan gila ini." gerutu Khalisa kemudian pergi ke dapur.

Tak di sadari oleh Khalisa, ternyata Surya sejak tadi menguping. Surya masuk ke kamar anak nya dan mendapati pecahan piring dan gelas.

"Jaga sedikit bicara mu Adrian.." tegur Surya "Khalisa bukan wanita mata duitan." ujar Surya membela Khalisa.

Adrian tersenyum cengir, "Lalu wanita apa? dia rela bekerja merawat laki-laki seperti ku."

"Karena adik nya, ya karena adik nya menderita leukemia stadium akhir. Demi biaya pengobatan adik nya, dia rela merawat pria gila seperti mu."

Adrian terdiam, wajah nya tertunduk entah memikirkan apa. "Kenapa kau? kenapa tidak menjawab ucapan papah?"

"Keluar.." pinta Adrian lalu Surya berlenggang santai keluar dari kamar anak nya.

Di dapur, Khalisa sedang menceritakan apa yang ia alami kepada bi Ami, menurut informasi yang di berikan bi Ami, sudah ada ratusan pembantu yang memilih keluar dari pekerjaan mereka. Tak butuh waktu sehari atau sejam, detik itu juga orang-orang yang pernah merawat Adrian langsung mengundurkan diri.

Khalisa menghela nafas panjang, wanita itu mencoba mengantarkan kembali makanan ke kamar Adrian. Adrian melirik ke arah wanita yang membawa nampan lalu meletakan nya di atas meja.

"Jika kau lapar makan lah, jika tidak biarkan saja makanan ini. Jangan pernah membuang makanan, karena di luar sana masih banyak orang yang tak seberuntung diri mu bisa makan enak." ucap ketus Khalisa kemudian langsung keluar.

Adrian menghampiri meja, "Wanita itu benar-benar gila, dia bahkan berani berkata kasar pada ku." ujar Adrian lalu mengambil sendok.

Adrian sedikit kesusahan, membuat pria itu mulai kesal. Khalisa yang sedari tadi mengintip terus menahan tawa nya.

"Jika kau butuh pertolongan, jangan sungkan untuk meminta tolong." ujar Khalisa yang tiba-tiba masuk.

"Kau...." tunjuk Adrian "Mau apa kau?"

"Menyuapi tuan ku makan." jawab Khalisa lalu mengambil alih sendok dari tangan Adrian.

"Aaaaaa....makan lah."

Ragu, Adrian melirik ke arah Khalisa kemudian melahap sendok di depan nya. "Jika kau tidak makan dan minum obat, kapan kau akan sembuh? pikirkan orang tua mu yang semakin tua, beliau pasti lelah dengan hidup nya." cerocos Khalisa namun tak di tanggapi oleh Adrian.

Makanan habis, Khalisa kemudian memberikan obat kepada Adria. Adrian sebenarnya ingin membuang obat tersebut, namun sorot mata Khalisa lebih tajam dari pada pahit nya obat tersebut.

Setelah selesai, Khalisa membantu Adrian berbaring di atas tempat tidur nya. Cukup berat, hingga Khalisa kewalahan membopong tubuh kekar yang setengah mati itu.

Khalisa membersihkan pecahan piring kemudian langsung ke luar dari kamar Adrian.

"Wah...kau sangat hebat." puji Surya.

Khalisa kaget mendapati Surya sudah berada di samping pintu kamar anak nya. "Astagfirullah tuan,..." ujar Khalisa kaget "Emmm....saya hebat apa nya?" tanya Khalisa tidak mengerti.

"Kamu sangat hebat karena kamu bisa membuat Adrian diam dan menuruti semua omongan kamu."

"Ta...pi...saya sudah membentak kasar anak tuan." ucap Khalisa takut.

"Tidak apa-apa, selama ini banyak pembantu yang kabur ketakutan karena mereka lemah."

Khalisa hanya menggaruk tengkuk nya tak gatal, kemudian wanita itu pamit ke dapur untuk membuang pecahan beling.

Khalisa membuang nafas lega, karena tugas nya berjalan dengan baik.

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

semangat khalisa yg sabar demi kesembuhan adikmu.

2023-06-10

0

Eva Rubani

Eva Rubani

seruu..

2023-01-18

0

Widia Aja

Widia Aja

Jangan egois ya Babang...

2023-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!