Energyless: Era Tanpa Energi
"Ha ah, kenapa manusia harus sekolah sih?"
Di ruangan kelas gerah penuh aroma keringat itu, seorang siswa berpenampilan urakan mendesah pelan , memainkan pensil di jarinya,dan melihat keluar jendela. Dari jauh, terlihat sekawanan merpati pos terbang ke arah laut...
"Surat ya? Kemana kira-kira surat-surat itu diantar?" Gumam siswa itu.
"Nandra!"
Bentakan keras itu membuat sang siswa kaget, kemudian menjawab terbata-bata.
"I-Iya bu?"
"Kamu ngelihat apaan diluar jendela? Segitu membosankannya ya pelajaran ibu?" Kata sang guru sambil berdelik marah.
"E-Engga bu.."
Siswa itu tertunduk diam, guru muda itupun menghela nafas sejenak, sebelum melanjutkan menulis di papan tulis. di iringi dengan suara hentakan pelan, bau kapur yang khas pun menyerbak ke seisi ruangan...
"Jadi anak-anak, hari ini kita akan mempelajari tentang Energy Parasite. Buka buku kalian halaman 25."
Nandra pun membuka pelan lembaran bukunya dengan malas, sambil sesekali menguap. Pikirannya terbang entah kemana, membayangkan hal-hal yang tidak pernah generasinya rasakan. Berbagai mainan cangih, peralatan dengan kecerdasan buatan, peranti komunikasi yang mampu menghubungkan orang dari berbagai belahan dunia dengan mudahnya, kini hanya bagai legenda bagi anak muda seusianya.
"E.P ya? Gimana ya seadainya mereka tidak pernah menginvasi bumi? Mungkin sekarang kami akan belajar dengan proyektor, ruangan kelas ini pun tidak akan sepanas ini kalau ada AC, setidak-tidaknya kipas angin..."
Sekali lagi Nandra mendesah, mengambil buku tulisnya, kemudian mengipas wajahnya pelan dan kembali menatap keluar jendela.
"Nandra!"
. . .
"Ini buruk..."
Persediaan bateraiku menipis, ya, aku tahu, orang lain tidak akan mengkhawatirkan hal sepele seperti itu, namun aku bukan orang lain. Pada usia 7 Tahun, aku menderita gagal jantung. Karena ketiadaan organ donor, tindakan darurat pun terpaksa dilakukan, yaitu mengganti jantungku dengan jantung bionic. Hal itu tentunya sebagai solusi sementara saja, agar aku bisa tetap hidup sampai ada donor yang tersedia. Namun setahun setelah itu, Invasi E.P terjadi dan berkat itu, kini operasi jantung menjadi mustahil. Dengan ketiadaan listrik alat-alat operasi pun tidak bisa dipakai, sehingga para dokter angkat tangan. Jadilah kini aku harus hidup dengan jantung bionic ini.
Dan sekarang, masalah semakin memburuk. Berkat teknologi canggih yang digunakan untuk membuat jantung bionicku, jantung itu masih berfungsi sampai sekarang, walaupun tidak pernah dimaintenance (Halooo, gimana emang caranya maintenance peralatan elektronik tanpa listrik?). Untuk bertahan hidup, aku menggunakan baterai-baterai yang masih tersisa. Pada mulanya baterai-baterai itu ada banyak, namun seiring waktu, akhirnya persediaan pun menipis. Lagipula, aku tidak tahu berapa lama lagi jantung ini akan bertahan.
Tap Tap Tap
"Kenapa Ian? Kelihatannya kau sedang ada masalah?"
Kutolehkan wajahku pelan, seorang profesor tua dengan setelan jas putih lab berjalan perlahan memasuki ruangan, Profesor Indra, profesor yang sudah aku kenal lama.
"Ngga ada apa-apa prof, cuman sedang menghitung sisa-sisa baterai yang ada."
"Begitukah? Omong-omong, aku punya kabar buruk untukmu Ian..."
"Apa itu Prof?"
Profesor Indra terdiam sejenak, pikirannya menerawang sesaat, sebelum akhirnya membuka mulut.
"Aku sudah menghitungnya, semua baterai yang tersisa dimarkas ini, dengan anggapan kau akan menggunakannya habis-habisan..."
"Kalau aku menggunakannya habis-habisan?"
"Hanya akan cukup untuk 1 tahun lagi..."
Sial...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
God Loves Me
,( ͡°❥ ͡°)
2022-06-04
1
Abar Ham221
halo
2021-07-28
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
ide ceritanya bagus... fresh jg. aku blm pernah baca yg tema begini. masih penasaran.. next
2021-06-15
1