Menekan

Khalisa dan Rendy sudah lama menjalin persahabat sejak kecil, mereka dulu rumahnya tetangga. Hampir setiap waktu Khalisa dan Rendy menghabiskan waktu bersama, keduanya sudah selayaknya sepasang sendal yang sulit terpisahkan, benih-benih cinta sudah lebih awal tumbuh dihati Khalisa. Namun kebersamaan Khalisa dan Rendy terhenti sampai Khalisa memasuki sekolah SMP. Saat itu Khalisa menjadi tersangka pembunuh ibu kandungnya.

Khalisa dibawa paksa memasuki mobil polisi saat pihak polisi mendapati Khalisa memegang pisau yang berlumuran darah dekat ibunya yang tergeletak tak bernyawa. Khalisa tidak memberontak saat dibawa pihak berwajib, dia lebih banyak diam saat diintrogasi sampai pengadilan memutuskan hukuman 14 tahun penjara.

Banyak orang yang membencinya, termasuk saudara dan Rendy sendiri tidak pernah menjenguk Khalisa selama di penjara. Khalisa selalu menanggis dalam keheningan malam disudut tempat yang dingin itu, dia masih sangat polos untuk menghadapi kenyataan pahit hidupnya.

Kembali ke ruang tamu yang masih terisi oleh dua keluarga yang berniat menikahkan puterinya. Khalisa yang

terdiam sangat lama akhirnya buka suara untuk membela kehendaknya.

“Aku ingin menikah dengan Rendy itu permintaan terakhirku ayah! Setidaknya aku ingin bahagia menikahi seseorang yang aku cintai ayah!” Kata Khalisa.

“Khalisa tolong mengerti!”

“Ayah tolong mengerti! Aku hanya meminta Rendy menikah denganku! Aku tidak meminta warisan peninggalan ibu sepeser pun! Nikahkan aku dengan Rendy dan semua yang ada disini milik ayah dan

saudaraku!” Kata Khalisa.

“Khalisa! Kamu tidak bisa menukar Rendy dengan semua ini! Aku juga tidak mau menyerahkan Rendy padamu!” Telak Kaila.

Hmm..Kalau sudah begini apa aku lakukan dengan cara paksa saja! Batin Khalisa.

Khalisa mengambil pisau yang berada dekat dengan buah-buahan, semua mata langsung terkejut dan menelan ludahnya kasar. Khalisa menatap setiap inci pisau tersebut, tidak ada senyuman disana,

hanya tatapan dingin.

“Khalisa! Jangan lakukan apapun!” Kata Ayahnya.

Khalisa melirik dan menunjukan pisau tersebut pada ayahnya yang berada disampingnya. Khalisa mengeryitkan dahinya, keringat dingin kelluar dari dahi ayahnya. Aldi yang dari tadi diam, mulai tersenyum miring.

Semakin menarik! Gumamnya

“ Turunkan pisau itu Khalisa! Jangan lukai ayahku!” Bentak Kaila.

“Kenapa?” Kata Khalisa dengan dingin.

“Letakan pisaunya Khalisa!” Kata Rendy yang angkat bicara.

Dalam suasana yang terasa genting melihat Khalisa yang memegang pisau, akhirnya ayahnya angkat bicara.

“Baiklah ayah setujui kamu menikahi Rendy!” Kata ayahnya yang merasa terancam.

“ Benarkah ayah?” Kata Khalisa tersenyum.

Ayahnya mengangguk, Kaila yang mendengar tersebut langsung jatuh pingsan. Semua yang ada diruangan langsung panik, Aldi membawa Khalisa ke kamar diikuti kedua orang tua Rendy, ayahnya dan Rendy membuntuti ke kamar. Khalisa ditinggal sendiri di ruang tengah. Matanya menatap kosong sekilas dia melirik sedih melihat mereka yang begitu panik dengan keadaan Kaila.

Kenyataan yang paling pahitnya bukan selama ditahanan, tetapi setelah keluar dari tahanan, keberanannya

seperti seonggok kotoran yang terhina dan menjijikan dimata masyarakat. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Khalisa. Dibalik pintu satpam itu memperhatikan Khalisa yang termenung, diam-diam Khalisa pecah air matanya. Ada perasaan iba dalam hati Dodi melihat Khalisa seperti itu, meskipun dirinya sendiri tidak tahu perihal permsalahan yang ada didalam keluarga majikannya.

*****

Hari telah berganti malam, Kaila masih tidak kunjung sadarkan diri, justru demamnya semakin tinggi. Ayahnya terlihat panik. Aldi terlihat kesal melihat Khalisa yang duduk tenang dimeja makan menyantap makanan dengan lahapnya. Aldi berjalan dengan tegas, dan mengambil piring yang berisi makanan yang sedang disantap Khalisa.

PRAAANG

Piring itu dilempar ke dinding oleh Aldi, matanya melotot menatap tajam pada Khalisa dengan nafas memburu. Khalisa hanya menelan kasar salivanya. Dia membalas tatapan itu dengan dingin.

“Masih bisa enak-enakan setelah membuat adikku pingsan!” Bentak Aldi.

Khalisa membuang nafasnya, dia menyekat sudut bibirnya lalu mengambil air minum, namun gelas yang akan diambilnya lebih dulu dilemparkan ke dinding oleh Aldi sambil menatap tajam pada Khalisa. Para pembantu hanya terdiam dipojokkan melihat majikannya berseteru.

“Aku tidak takut denganmu! Psikofat!” Kata Aldi depan wajah Khalisa.

“ Syukurlah kakak tidak takut denganku! Aku senang!” Jawab Khalisa dengan tenang.

SREEET

Aldi menarik jilbab Khalisa dengan kasar, membuat Khalisa meringgis kesakitan sambil memegangi krudungnya agar tidak terlepas.

“Rasakan! Percuma kamu berjilbab! Kalau hanya menutupi topeng busukmu! Semua orang juga tahu kamu PEMBUNUH!! Jangan sok alim!” Bentak Aldi.

Khalisa meringgis masih memegangi krudungnya agar tidak terlepas, Aldi menyeretnya dengan paksa membuatnya mengaduh kesakitan. Ayahnya yang berada dikamar Kaila berlari langsung menghentikan aksi Aldi.

“ALDIII! Lepaskan Khalisa!” Bentak ayahnya.

Sambil menahan kekesalannya Aldi melepaskan tangannya yang menjambak krudung Khalisa, dia segera membuang mukanya dengan kesal. Aldi berlalu pergi meninggalkan Khalisa yang langsung merapihkan

krudungnya.

Ayah tirinya menatap sayu pada Khalisa, begitu banyak makna dari tatapan, sulit diartikan. Setelah itu, ayahnya kembali masuk ke kamar Kaila. Nampaknya, Kaila sudah siuman, Khalisa bisa mengintip

sedikit. Ayah tiri dan kakak tirinya itu berbicara serius. Saat Khalisa akan menguping percakapan tersebut, seseorang mengagetkannya.

“Jangan nguping!” Kata Aldi dingin sambil memasuki kamar Khalisa.

Khalisa memicingkan matanya, dia berjalan naik tangga menuju kamar lamanya. Dia sangat ingin segera melepas penatnya.  Dia membuka kamar tersebut, masih bersih. Khalisa langsung mandi dan menganti pakaiannya dengan pakaian tidur.

Malam ini adalah malam pertamanya setelah kebebasannya dari tahanan. Khalisa merebahkan tubuhnya diatas ranjang yang empuk. Kini dia bisa merelaksasikan tulang-tulangnya yang sudah sekian lama tidur diatas dipan keras dalam sel. Belum dinginnya dinding sel.

“Akhirnya aku kembali lagi kesini!” Kata Khalisa sambil menatap langit-langit.

******

Kaila terbangun karena mendengar suara lantunan ayat suci, suara khas Khalisa yang sudah lama tidak pernah terdengar dirumah ini, kini terdengar lagi. Kaila terduduk. Dia melirik samping nakasnya, air putih sudah tersedia dimejanya, kebetulan Kaila sering kehausan tengah malam dan biasany dia selalu menyediakan air minum di nakas dekat kasurnya. Tapi karena jatuh pingsan tadi sore dia tidak sempat

menyediakan gelas.

“Hmm...Pasti ini Aldi atau kalau enggak ayah!” Kata Kaila sambil menyeruput air dalam gelas.

“Ngomong-ngomong, Khalisa masih rajin

sholat sama mengaji meskipun dia dipenjara!” Gumam Kaila.

Kaila akhirnya trun dari rajangnya

melangkah menuju kamar sampingnya. Suara Khalisa yang mengaji diwaktu menjelang

subuh itu terdengar jelas. Kaila berdiri didepan pintu kamar Khalisa.

Apa benar Khalisa seorang pembunuh! Kalau melihat sikapnya seperti ini

aku ragu! Batin Kaila.

Setelah mendengar suara adzan

berkumandang, Kaila langsung bergegas masuk ke kamarnya untuk melaksanakan

sholat subuh. Keluarga Khalisa memang terkenal dengan ketaatannya dalam

beribadah. Namun, semenjak kasus Khalisa, orang-orang mulai kurang respek

dengan kelluarga Khalisa.

Sekitar pukul 7 pagi, semua anggota keluarga sudah berkumpul dimeja makan. Mereka menyantap makanan dalam keheningan, tidak ada yang berani bersuara. Baru selesai makan Rajat sebagai kepala keluarga dan juga ayah tirinya Khalisa meminta, anak-anaknya tidak lekas meninggalkan meja makan.

“Ayah sudah membicarakan mengenai hal kemarin dengan ayahnya Rendy! Kaila ayah harap kamu bisa berlapang dada menyerahkan Rendy untuk Khalisa!” Kata Ayahnya.

Khalisa terdiam sambil melirik ke arah Kaila mengamati ekspresi kakak tirinya tersebut. Sementara Aldi terlihat kesal dengan topik pagi yang dibawakan oleh ayahnya.

“Iya ayah! Kaila ikhlaskan Rendy untuk Khalisa!” Kata Kaila sambil menunduk.

Maaf kak aku melakukannya! Aku menginginkan Rendy! Batin Khalisa.

“Serakah!” Celetuk Aldi sambil mendelik pada Khalisa.

“Terima kasih Kak!” Kata Khalisa menatap Kaila bergantian dengan Aldi.

“Meskipun orang tua Rendy berat hati menerima keputusan ini! Semoga kamu tidak mengecewakan ayah Khalisa!” Kata ayahnya.

“Iya ayah!”

“Jadilah isterinya Rendy yang patuh dan taat pada suami!” Nasihat ayahnya.

“Baik ayah! Terima kasih ayah sudah merestui!” Kata Khalisa.

Tidak disangka ternyata tidak rumit saat Khalisa meminta Rendy menikahinya. Khalisa tidak tahu bagaimana cara ayahnya merayu kedua orang tua Rendy hingga akhirnya setuju menikahinya. Tapi, Khalisa tidak mau ambil pusing yang terpenting baginya sekarang adalah menata hidup yang bahagia bersama Rendy.

#Accismus

“Bersambung....

Terpopuler

Comments

Ra_Ila

Ra_Ila

Like ke-03

2021-02-06

0

𝑀𝒶𝓁𝒶

𝑀𝒶𝓁𝒶

semangat kaka

2020-12-09

2

Author hidup

Author hidup

wah novel baru ya, semangat semoga banyak yang baca☺😊

2020-12-08

3

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 Memaksa menikah
3 Menekan
4 Pernikahan
5 Diabaikan keluarga Rendy
6 Bertemu sang pengacara
7 Mulai merasa terganggu
8 Ingkar janji
9 Merasa Bersalah
10 Calon Tunangan Laila
11 Mengungkit Kasus
12 Salah Paham
13 Membongkar masalah lama
14 Roti sobek Rendy
15 Kasus yang mirip
16 Pikiran negatif Rendy
17 Ijin mengurusmu
18 Syarat ditalak
19 Pembunuhan di gang
20 Komentator kue
21 Kecemburuan Kaila
22 Kiriman dari ayah tiri
23 Kematian ayah tiri
24 Terguncang
25 Lelaki berjubah hitam
26 Sapuan lembut
27 Perpisahaan yang dipaksa
28 Perhatian
29 Hasil autopsi
30 Introgasi
31 Menidurimu
32 Mengecewakan
33 Tergoda
34 Perhatian yang aneh
35 Senyuman tersembunyi yang mengerikan
36 Nenek pahlawanku
37 Korban selanjutnya
38 Di rawat di RS
39 Ketika Alkohol menguasai*
40 Tidak mau KB
41 Menganggu pikiran
42 Menemukan foto
43 Mencurigai
44 Kesiapan Kaila
45 Rasa yang menyakitkan
46 Pembunuh itu Ternyata..
47 Sakit demam
48 Tukang setrum
49 Hubungan Prakoso dengan Vera
50 Cerita nenek
51 Melapor
52 Usaha Membebaskan Pelaku
53 Jebakan
54 Kesaksian Palsu
55 Keadilan yang mati!!
56 Pengumuman
57 CWMN2_Dihantui perasaan bersalah
58 CWMN2_Sepasang Kaos Kaki mungil
59 CWMN2_Terbongkar
60 CWMN2_Malam pembebasan
61 CWMN2_ Kabar tak sedap
62 CWMN_Perhatian dari yang lain
63 CWMN2_Tembakan dadakan
64 CWMN2_Ada yang lebih dulu
65 CWMN2_ Seseorang yang sudah menanti
66 CWMN2_Dia masih bagian dariku
67 CWMN2_ Yang Tidak Terduga
68 CWMN2_Yang salah harus dihukum
69 CWMN2_Bersujud
70 CWMN2_Data yang hilang
71 CWMN2_Ingin Kembali
72 CWMN2_Lupa
73 CWMN2_ Celaka
74 CWMN2_ Kematian Yang Tidak Sia-sia
75 CWMN2_ Harus di amputasi!
76 CWMN2_The Snake Gengs
77 CWMN2_ Menghilang
78 CWMN2_Kepercayaan
79 CWMN2_Keberadaanmu
80 CWMN2_Pembunuh handal
81 CWMN2_ Tertangkap
82 CWMN2_Bertemu denganmu
83 CWMN2_ Siapa calonmu?
84 CWMN2_Cinta Kedua
85 CWMN2_Prematur
86 CWMN2_Akikah
87 CWMN2_Ayahnya Vino.
88 CWMN2_ Kehadiran masa lalu
89 CWMN2_Kisah yang kelam
90 CWMN2_Kedatangannya
91 CWMN2_Hasil tes DNA
92 CWMN2_Cemburu
93 CWMN2_Aku ingin punya anak
94 CWMN2_Ribut
95 CWMN2_ Pengakuan
96 CWMN2_Sekeping kenangan
97 CWMN2_Minta Balikan
98 CWMN2_Memutus Mata Rantai kehidupan
99 CWMN2_ Jadi Ayah untuk Anakku
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Perkenalan
2
Memaksa menikah
3
Menekan
4
Pernikahan
5
Diabaikan keluarga Rendy
6
Bertemu sang pengacara
7
Mulai merasa terganggu
8
Ingkar janji
9
Merasa Bersalah
10
Calon Tunangan Laila
11
Mengungkit Kasus
12
Salah Paham
13
Membongkar masalah lama
14
Roti sobek Rendy
15
Kasus yang mirip
16
Pikiran negatif Rendy
17
Ijin mengurusmu
18
Syarat ditalak
19
Pembunuhan di gang
20
Komentator kue
21
Kecemburuan Kaila
22
Kiriman dari ayah tiri
23
Kematian ayah tiri
24
Terguncang
25
Lelaki berjubah hitam
26
Sapuan lembut
27
Perpisahaan yang dipaksa
28
Perhatian
29
Hasil autopsi
30
Introgasi
31
Menidurimu
32
Mengecewakan
33
Tergoda
34
Perhatian yang aneh
35
Senyuman tersembunyi yang mengerikan
36
Nenek pahlawanku
37
Korban selanjutnya
38
Di rawat di RS
39
Ketika Alkohol menguasai*
40
Tidak mau KB
41
Menganggu pikiran
42
Menemukan foto
43
Mencurigai
44
Kesiapan Kaila
45
Rasa yang menyakitkan
46
Pembunuh itu Ternyata..
47
Sakit demam
48
Tukang setrum
49
Hubungan Prakoso dengan Vera
50
Cerita nenek
51
Melapor
52
Usaha Membebaskan Pelaku
53
Jebakan
54
Kesaksian Palsu
55
Keadilan yang mati!!
56
Pengumuman
57
CWMN2_Dihantui perasaan bersalah
58
CWMN2_Sepasang Kaos Kaki mungil
59
CWMN2_Terbongkar
60
CWMN2_Malam pembebasan
61
CWMN2_ Kabar tak sedap
62
CWMN_Perhatian dari yang lain
63
CWMN2_Tembakan dadakan
64
CWMN2_Ada yang lebih dulu
65
CWMN2_ Seseorang yang sudah menanti
66
CWMN2_Dia masih bagian dariku
67
CWMN2_ Yang Tidak Terduga
68
CWMN2_Yang salah harus dihukum
69
CWMN2_Bersujud
70
CWMN2_Data yang hilang
71
CWMN2_Ingin Kembali
72
CWMN2_Lupa
73
CWMN2_ Celaka
74
CWMN2_ Kematian Yang Tidak Sia-sia
75
CWMN2_ Harus di amputasi!
76
CWMN2_The Snake Gengs
77
CWMN2_ Menghilang
78
CWMN2_Kepercayaan
79
CWMN2_Keberadaanmu
80
CWMN2_Pembunuh handal
81
CWMN2_ Tertangkap
82
CWMN2_Bertemu denganmu
83
CWMN2_ Siapa calonmu?
84
CWMN2_Cinta Kedua
85
CWMN2_Prematur
86
CWMN2_Akikah
87
CWMN2_Ayahnya Vino.
88
CWMN2_ Kehadiran masa lalu
89
CWMN2_Kisah yang kelam
90
CWMN2_Kedatangannya
91
CWMN2_Hasil tes DNA
92
CWMN2_Cemburu
93
CWMN2_Aku ingin punya anak
94
CWMN2_Ribut
95
CWMN2_ Pengakuan
96
CWMN2_Sekeping kenangan
97
CWMN2_Minta Balikan
98
CWMN2_Memutus Mata Rantai kehidupan
99
CWMN2_ Jadi Ayah untuk Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!