PELUK AKU SEBENTAR SAJA
Pagi ini Evan terbangun, jam sudah menunjukkan pukul lima pagi. Dia bersiap akan ke sekolah. Dia terbiasa mandiri mengurusi semua keperluan sekolahnya sendiri bersama pembantu
"Ayo cepetan mandinya, Van. Nanti telat!" seru mbak Minah pembantu keluarga Evan dari luar kamar mandi. Evan segera bergegas menyelesaikan mandinya. Terdengar timba air dari dalam kamar mandi, Minah pun tersenyum mendengarnya.
Dia sebenarnya anak yang baik dan pintar, hanya karena dia anak dari istri kedua ayahnya, membuat Rima ibu tiri Evan jadi suka mencari kesalahan Evan. Ayahnya Wisnu pun ikut terhasut untuk membencinya juga.
Selesai mandi dia berlari berjingkrak ala anak kecil dengan riang dan menggigil kedinginan tepat saat Rima juga sedang berada di dapur. Dia segera menghentikan langkahnya saat mata Rima menatap tajam kearahnya dengan berkacak pinggang.
"Kalo habis mandi itu badan di lap di kamar mandi, bukannya di lap di kamar. Lihat air berceceran kemana-mana!" omel Rima garang, sambil mendorong dia kembali ke kamar mandi lagi hingga dia terjatuh.
Evan hanya bisa tertunduk diam. Dia berdiri lagi tanpa menangis karena sudah biasa di perlakukan begitu. Dia mengelap tubuh mungilnya dengan patuh, lalu kembali berlalu ke kamarnya. Setelah selesai Minah yang melihat kejadian itu segera menghampiri Evan dan menggiringnya untuk ke kamar di belakang agar segera ganti baju.
Mbak Minah memang sering membantunya. Minah kasihan terhadap Evan yang seolah-olah tidak mendapatkan kasih sayang yang layak di rumah ini. Hanya dia yang mau memperlakukan si kecil Evan dengan penuh kasih sayang.
...***...
Sesampainya di kamar, mbak Minah segera memakaikannya pakaian. Sebelumnya ia telah melumuri tubuh bocah itu dengan minyak kayu putih, agar dia hangat dan tidak masuk angin. Mengingat ini masih terlalu pagi untuk anak kecil mandi.
"Kan udah mbak bilang, jangan sampe kelihatan mami. Nanti di omelin. Evan sih mandinya berisik," ujar Minah seraya mengancing baju si kecil Evan.
"Habis dingin mbak!" celoteh Evan masih dengan senyum lugunya. Pembantu itu hanya tersenyum mendengarnya sambil terus mengurus Evan.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 05:50. Sebelum berangkat sekolah Evan pergi menemui Tama atau sering di panggilnya mas Tam-Tam.
"Mas Tam-Tam. Udah jam 6. Ke sekolah, nggak?" bisik Evan lembut di telinga Tama.
Tama segera membuka mata. Dia menggeliatkan tubuhnya beberapa saat. Lalu ia bangkit, duduk dan tersenyum kearah Evan yang tengah menatapnya dengan mata berbinar dan senyum manis. Tama sudah bangun dari tadi, hanya saja dia ingin Evan membangunkannya.
"Hehehe... Good," ucap Tama sambil mengacungkan jempolnya.
Tama Adalah kakak laki-laki yang satu ayah lain ibu dengan Evan tapi ia baik hati. Dia juga sering melindungi Evan secara terselubung dari ibunya, alias tanpa sepengetahuan ibu dan ayahnya.
"Nih, hadiahnya," ucap Tama seraya menyerahkan sejumlah uang kepada Evan.
Karena dia tahu Evan tidak pernah di beri uang oleh ibunya untuk jajan ke sekolah, jadi dia buat kesepakatan dengan Evan. Jika Evan membangunkannya sebelum jam 6 maka dia akan beri Evan hadiah. Jadi setiap pagi sebelum jam 6 Evan selalu semangat membangunkan Tama di kamarnya.
...***...
Setelah di beri jajan oleh Tama, Evan segera pamit dengan si mbak Minah lalu pergi ke sekolah.
Kenapa pagi-pagi sekali? Karena tidak ada yang mengantarkannya ke sekolah. Minah sangat sibuk di pagi hari dan yang lain sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ayah dan ibunya tidak perlu di tanya, tidak di marahi saja Evan sudah bersyukur.
Jadi karena itu, dia harus pergi pagi-pagi supaya tidak telat. Di usianya yang baru menginjak 6 tahun dia bisa lakukan semua sendiri. Evan adalah anak kecil yang cerdas dan mandiri.
...***...
Ibu Evan adalah istri kedua ayah Evan, karena Ayah Evan dan Ibu Tama sempat bercerai. Saat itu lah ayah Evan berkenalan dengan ibu Evan dan menikah. Ibu Evan adalah wanita Meksiko yang cantik. Tapi sebenarnya dia menikahi ibu Evan saat itu tepatnya hanya sebagai pelarian. Saat ayah Evan pergi melarikan dirinya Ke Amerika, karena merasa hancur atas perceraiannya.
Di Sana lah mereka bertemu dan menjalin hubungan menikah hingga Evan lahir. Saat itu tiba-tiba nenek Evan, ibu ayah Evan memaksanya kembali, karena ibu Tama yang mulai melunak, dan bersedia menerima ayah Evan kembali. Ayah Evan yang memang masih mencintai mantan istrinya, tanpa berpikir panjang lagi pun meninggalkan ibu Evan yang tengah mengandung Evan saat itu.
Itu seperti bencana untuk hubungan ayah Evan dan ibu Evan, hingga dia depresi dan meninggal saat melahirkan Evan dan terpaksa menitipkan Evan pada ayahnya, karena Evan tidak memiliki siapapun yang bisa merawatnya selain arahnya.
Kehadiran Evan di luar rencananya. Apa lagi menerimanya, itu tidak terpikirkan oleh ayah Evan. Dengan berat hati dan dengan perdebatan panjang akhirnya ibu Tama bersedia menerima Evan di tengah keluarga mereka.
Tapi hati kecil nya selalu sakit setiap kali melihat kehadiran Evan. Dia terus mengutuk keberadaan Evan yang di luar dugaannya, karena dia tidak pernah tau jika mantan suaminya sudah menikah lagi dengan wanita lain. Oleh sebab itu, demi cintanya terhadap ibu Tama dan Syahila itu ayah Evan rela mengasingkan Evan kecil bersama pembantu di kamar belakang. Asal dia bisa kembali bersama istri pertamanya yang sangat ia cintai.
Evan bahkan tidak pernah makan bersama mereka, serta ke rumah jalan belakang. Sehingga mereka tidak terlalu sering melihat Evan di rumah, kecuali mereka ke dapur. Karena Evan juga di larang ke rumah utama, kecuali dapur. Kehadiran Evan benar-benar lenyap dari pandangan orang tuanya, mereka jarang mengetahui apa yang terjadi pada Evan di belakang bersama mbak Minah yang saat itu bahkan hanya lulusan SMP, tapi untungnya dia sudah cukup berpengalaman dalam mengurus adik-adiknya, hingga dia bisa merawat Evan bayi hingga besar seperti adiknya sendiri.
Evan kecil tidak tahu jika dia diasingkan, yang dia pahami dia nakal karena itu dia tinggal di kamar belakang. Dia selalu menumpahkan nasinya saat makan, karena itu dia harus makan di dapur bersama Minah. Dia selalu menghilangkan uangnya karena itu dia tidak pernah di beri jajan. Dia selalu menumpahkan apapun yang dia ambil karena itu dia sering di bentak. Dia nakal karena itu dia tidak pernah mendapatkan hadiah saat ayahnya keluar negeri.
Yaaa.... Evan memiliki hati yang baik dan selalu murni pikirannya. Mungkin karena Minah selalu mengajarinya untuk berfikiran baik.
Seperti saat ini, ayahnya baru pulang dan dengan gembira Evan kecil menyambutnya keluar. Dia berteriak riang bersama Tama dan Syahila untuk menyambut kepulangan ayahnya. Tama dan Syahila adalah anak ayahnya bersama ibu Rima istri pertama Wisnu ayah Evan.
Saat keluar mobil, ayahnya tersenyum bahagia dengan merentangkan kedua tangannya. Ia langsung merangkul Tama dan Syahila. Tapi mengabaikan Evan kecil yang masih menatap penuh harap agar juga ikut di peluk, Evan melihat dari belakang bagai mana Tama dan Syahila di peluk manja oleh ayahnya. Pelukan yang tidak pernah di dapatkannya selama ini. Sepertinya, kali ini ia juga masih di abaikan. Karena ayahnya langsung masuk rumah bersama Tama dan Syahila. Evan hanya mengekori langkah ketiganya dari belakang. Meskipun demikian, itu tidak mengurangi kebahagiaan Evan kecil dalam menyambut kepulangan ayahnya. Senyum bahagianya masih terlihat di wajahnya.
Saat sampai di rumah ayahnya mengeluarkan mainan untuk Tama dan Syahila. Evan dengan tidak sabar masih menunggu giliran dengan berdiri di pinggir kursi. Lama dia menunggu, hingga dia sadar ayahnya tidak membawa apapun untuknya. Seketika senyumnya benar-benar hilang dari wajahnya, matanya langsung tertunduk dengan jari tangan yang saling meremas menahan perasaan hibanya, dia menatap ayahnya sekali lagi dan berlahan ia pun mundur menjauh.
Dia tidak bertanya lagi, dia langsung ke belakang dengan langkah lesu dan expresi sedih menahan kecewa yang teramat dalam. Tanpa terasa air matanya menetes sepanjang perjalanan ke dapur. Dia menyeka air matanya sendiri. Karena tidak tahan lagi ingin menangis, dia segera ke meja makan di dapur. Dia mendekap wajahnya di atas meja makan tersebut.
Minah yang kebetulan mengikuti Evan sedari tadi berlahan duduk di kursi samping Evan. Hatinya sakit mendengar tangis Evan yang tertahan, hanya isak yang terdengar. Anak kecil itu berusaha tegar sekuat hati, tapi tetap saja dia runtuh tidak berdaya.
Minah mengusap bahu Evan berlahan.
"Ndak papa, mungkin papah lupa," ucap Minah lembut berusaha menghibur Evan kecil.
Matanya pun ikut berkaca-kaca mengetahui perihnya hidup anak tak berdosa ini di rumahnya sendiri. Hingga tanpa sadar air matanya juga menetes. Dia menyeka air mata di wajahnya dengan cepat agar tidak di ketahui Evan. Dia tidak berdaya melindungi anak kecil ini, dia hanya bisa menahan sakit di hatinya tiap kali melihat Evan di perlakukan tidak adil.
Syahila bilang pada Evan, ayah akan membawakannya oleh-oleh jika dia jadi anak baik. Jadi selama seminggu ini Evan berusaha jadi anak yang baik. Anak yang tidak cengeng, yang selalu senyum, dan tidak membuat maminya marah. Semua sudah Evan penuhi, tapi kenyataannya ayahnya tidak membawakan apa pun untuknya. Memikirkan itu membuat Evan semakin kecewa.
Saat Evan masih terisak Syahila datang menghampirinya. Dia tahu, dia sudah mengecewakan Evan. Dia berbohong pada Evan, hingga membuat Evan terluka dengan harapan kosong yang sudah dia ukir untuk Evan. Di usianya yang sudah menginjak 12 tahun membuat Syahila sudah paham betul dengan keadaan. Dia sudah menyiapkan sesuatu untuk Evan, agar Evan tidak menangis lagi.
Dia segera menghampiri Evan yang tengah terisak, Minah pun pergi. Dia tau Syahila pasti mampu menghibur hati Evan yang tengah terluka.
"Kakak punya Lolipop, mau?" tanya Syahila seraya mengeluarkan Lolipopnya.
Evan melirik, lalu segera bangkit. Dia menatap permen warna-warni kesukaannya itu. Seketika senyum mengembang dari bibir Evan kecil. Dia segera mengusap air matanya dan meraih permen kesukaannya itu dengan suka cita. Kebetulan Tama juga ada di sana.
"Kapan kamu belinya?" bisik Tama pada Syahila.
"Tadi siang. Aku tau papa nggak akan beli apa-apa buat Evan, tapi aku udah keceplosan bilang papa bawak hadiah buat dia. Makanya aku beliin Lolipop biar dia nggak sedih," bisik Syahila. Tama pun tersenyum, setidaknya .
Tama dan Syahila selalu menjaga Evan. Sekali lagi harus secara diam-diam tanpa sepengetahuan ibu dan ayahnya. Karena jika ketahuan ibu atau ayahnya itu akan membuat mereka di marahi. Mereka menyayangi Evan seperti saudaranya sendiri. Mereka segera bermain bersama Evan dengan mainan baru mereka.
...(EVAN KECIL)...
...***...
Siang itu Evan kecil baru pulang dari sekolah, dengan langkah ceria dia melewati jalanan hujan. Jika ada genangan dia akan melompatinya sambil bernyanyi ala anak-anak. Itu pesan Minah, karena Minah takut Evan akan bermain becek. Sehingga dia selalu berpesan agar Evan selalu berjalan di tempat yang airnya paling sedikit.
Sesekali Evan terhenti untuk mencari jalur jalanan yang genangannya paling sedikit, atau mencari batu pijakannya agar dia tidak menginjak genangan air. Dia lakukan itu dengan riang gembira di tengah derasnya hujan. Tepat saat pak haji yang biasa mengajari nya mengaji lewat.
"Evan! Hujan. Nanti demam!" tegur pak haji dari kejauhan dan segera menghampiri Evan.
"Ayok bapak antar pulang," ucapnya lalu memayungi Evan yang sudah kebasahan dan kedinginan. Itu terlihat dari tubuhnya yang sudah mulai menggigil.
Entah sudah berapa lama dia kehujanan. Jika kebetulan bertemu Evan, pak haji memang sering mengantar Evan. Apa lagi dia sering mengantar putri bungsunya ke sekolah yang memang tidak satu sekolah dengan Evan, tapi mereka sering berpapasan. Pak haji kasihan melihat Evan yang selalu pulang sendirian, bahkan saat hujan deras begini pun tidak ada yang menjemputnya.
Dan untungnya saat ini dia kebetulan bertemu karena kebetulan akan pergi ke warungnya yang tidak jauh dari sana. Sebenarnya sudah lama waktu pulang sekolah berlangsung, tapi entah kenapa Evan malah baru pulang sekarang.
"Kenapa baru pulang, kan dari tadi orang pulang nya? " tanya pak haji.
"Evan tunggu hujannya berhenti pak haji, tapi nggak berhenti-henti. Mbak Minah juga nggak jemput Evan. Biasanya dia jemput kalo hujan. Udah lama Evan tungguin, makanya Evan pulang sendiri aja pak haji. Evan nggak jalan becek kok, Evan lompat-in tadi," ucap Evan lugu. Pak haji hanya mengelus kepala Evan. Dia bertambah kasihan dengan anak ini.
Pak haji selalu menaruh perhatian lebih padanya karena dia tau Evan seperti tak terurus. Setiap Evan di suruh belanja ke tokonya dia selalu menghadiahi Evan jajanan. Itu membuat Evan jadi dekat dengannya. Dia menganggap Evan seperti anak yatim piatu, walaupun orang tuanya masih hidup, tapi tidak mengurusnya. Sehingga dia suka bersedekah kepada Evan, sekedar memberi jajanan dan uang saku.
"Pak haji lewat belakang. Nanti kalo lewat depan kena mobil papa lagi, papa marah. " Ucap Evan lugu.
"Evan nggak boleh lewat depan, ya?" tanya pak haji.
"Nggak. Kalo lewat depan Evan suka goyang-goyang. Mami bilang nggak boleh lewat depan, nantik mobil papa gores kena Evan. Mbak Minah bilang juga Evan jangan sampe kelihatan mami. Nantik mami omelin Evan lagi, marahin Evan lagi, terus pukul.Mbak minah bilang Evan harus bisa ngilang kalo mami datang. Seru pak haji, kalo di rumah Evan main ninja sama mami," terang Evan. Itu menjelaskan hal berbeda di hadapan pak haji, Evan di asingkan di rumahnya sendiri. Terbersit rasa hiba di hatinya melihat anak kecil sepintar ini di abaikan begitu saja.
Tidak lama mereka sampai di pintu belakang.
"Mbak!! Evan pulang!" panggil Evan. Tidak lama Minah datang membukakan pintunya.
"Ya ampun, Evan. Kamu kehujanan!" serunya khawatir saat melihat Evan yang basah kuyup dan kedinginan. "eh, ada Pak haji. Mampir Pak haji," sapa Minah.
"Nggak usah, saya ada perlu. Ini cepat bawak masuk. Nanti dia demam," ucap pak haji ramah. "Assalamu'alaikum!" ucap pak haji sebelum pergi.
"Waalaikum salam!" jawab Minah. Dia pun membawa Evan masuk.
"Maaf, ya! Tadi mbak sibuk di dapur ngurusin arisan nyonya. Jadi mbak lupa jemput Evan," ucap Minah, Evan hanya tersenyum lugu ke arah Minah.
Dia segera menggantikan pakaian Evan di kamarnya dan memberinya makan. Pasti Evan sudah kelaparan karena sudah seharian dia di sekolahan. Benar saja, Evan makan dengan lahap, lalu dia ketiduran karena kelelahan.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Angel❤️⃟Wᵃf𝐀⃝🥀ᴳ𝐑᭄
Untung tama baik gk niru sifat emak Nya
2024-02-12
0
Angel❤️⃟Wᵃf𝐀⃝🥀ᴳ𝐑᭄
visualnya ngegenesin
2024-02-12
0
SR.Yuni
Penasaran sama lanjutannya tapi kok nyesek banget ya ceritany, paling gak bisa kalo ada anak diginiin..kasihan banget
2024-02-05
1