🔪
🔪
🔪
🔪
🔪
Frans terus saja memperhatikan Kiara dengan tatapannya yang tajam membuat Kiara merasa risih dan tidak nyaman.
"Ayo silahkan dimakan Nona Kiara," seru Frans.
Dengan ragu-ragu Kiara mengambil sendok dan garpu kemudian mulai menyantap makanan yang sudah tersedia dihadapannya.
"Apa Nona Kiara merasa takut kepadaku?" tanya Frans.
"Maksud Tuan?"
"Jangan panggil aku Tuan, panggil saja Frans. Aku lihat kamu seperti takut kepadaku Nona Kiara, soalnya kamu kelihatan gugup," ucap Frans.
"Sedikit."
"Pasti anda sudah mendegar mungkin tentang aku? jangan takut, aku tidak akan melukai seseorang tanpa alasan, aku hanya bersikap kejam kepada orang-orang yang dianggap mengusik kehidupanku," jelas Frans.
Kiara hanya mampu tersenyum menanggapi ocehan Frans.
"Ya Tuhan, cantik sekali wanita yang berada dihadapanku ini, kamu harus menjadi milikku Nona Kiara," batin Frans.
Frans dan Kiara pun selesai makan...
"Maaf Tuan, eh Frans sebenarnya apa tujuan anda mengajakku bertemu?" tanya Kiara.
"Oh iya, aku ingin menawarkan Perusahaanmu untuk bekerjasama dengan Perusahaanku bagaimana?" seru Frans.
"Apa? kerjasama?"
"Iya, bagaimana?"
"Apa aku boleh memikirkannya terlebih dahulu?" tanya Kiara kembali.
"Oh tentu, sangat boleh apa sih yang enggak buat wanita secantik anda Nona Kiara," sahut Frans.
"Jangan panggil Nona, panggil Kiara saja. Maaf kalau begitu saya permisi dulu soalnya sudah malam takut Ayah saya khawatir," ucap Kiara dengan beranjak dari duduknya.
"Biar aku antar kamu pulang Kiara."
"Tidak usah Frans, aku bisa pulang sendiri terima kasih atas jamuannya," ucap Kiara.
Kiara pun pergi meninggalkan Restoran itu, sementara Frans terlihat mengepalkan tangannya baru kali ini ada seorang wanita yang menolak tawaran Frans.
"Lihat saja Kiara, aku pasti bisa mendapatkanmu," gumam Frans.
Frans pun pergi meninggalkan Restoran itu dengan perasaan dongkol dihatinya. Kiara memang wanita yang berbeda, disaat semua wanita menginginkan cinta Frans bahkan mereka rela tidur bersama Frans demi bisa dekat dengannya, Kiara malah sebaliknya dengan tegasnya dia menolak tawaran Frans.
Kali ini Frans merasa tertantang, dia bertekad akan melakukan berbagai cara untuk bisa mendapatkan Kiara.
Selama dalam perjalanan, Frans tidak henti-hentinya membayangkan Kiara hingga akhirnya ada seseorang yang menabrakan dirinya kearah mobil Frans.
Untung saja saat ini Frans melajukan mobilnya dengan kecepan rendah, sehingga orang itu tidak terluka.
"Sialan."
Frans pun turun dari mobilnya, ternyata dia adalah seorang pria mabuk, pria mabuk itu bangun dengan sempoyongan dan menghampiri Frans.
"Kamu harus ganti rugi, beri aku uang," ucap pria itu dengan suara khas orang mabuk.
Senyum Frans pun mulai terbit di wajah tampannya.
"Jangan salahkan aku, kamu sendiri yang mengantarkan nyawa kamu kehadapanku," gumam Frans.
Tidak membutuhkan waktu lama, pria mabuk itu sudah tidak bernyawa lagi.
Dengan senyuman puasnya, Frans masuk kedalam mobilnya. Frans menyimpan jari-jari laki-laki itu kedalam box pendingin yang selalu ada didalam mobilnya.
Jari-jari tangan manusia adalah benda yang sangat Frans sukai, menurutnya jari tangan itu sangat indah.
Frans segera melajukan mobilnya meninggalkan mayat pria itu, sesampainya dirumah Frans langsung melepaskan pakaiannya yang sudah berlumuran dengan darah.
Sebelum pakaiannya dibakar, Frans sempat mencium aroma darah yang menempel di pakaiannya, bau darah yang anyir bagi kebanyakan orang justru sangat disukai Frans.
"Sungguh aku suka bau darah ini," ucap Frans.
Setelah puas mencium bau darah itu, Frans segera membakar pakaiannya supaya tidak ada barang bukti.
Sementara itu Kiara baru saja sampai dirumahnya, ternyata Alex belum tidur dia khawatir akan Kiara.
"Kiara kenapa kamu baru pulang jam segini?" tanya Alex.
Kiara tidak menjawabnya dan langsung pergi ke dapur untuk mengambil minum dia minum dengan sekali tegukan rasa takut didalam dirinya masih ada.
Alex masih menunggu Kiara..
"Om tidur saja, aku tidak apa-apa," ucap Kiara yang langsung memasuki kamarnya.
Alex hanya bisa mengela nafas panjang...
Disisi lain, Al dengan cepat-cepat melajukan mobilnya dia mendapat kabar dari rekan-rekannya kalau sudah ditemukan mayat ditengah jalan.
Sesampainya di TKP, Boby, Riki, dan Arya sudah berada disana, Al membuka tutup kain yang menutupi mayat itu.
Dilihatnya korban dengan tubuh yang tak utuh, jari-jarinya sudah tidak ada korban juga dimutilasi dengan kejamnya sehingga membuat Al merasa mual.
Al segera menutup kembali mayat itu dan membiarkan tim forensik membawanya.
"Terjadi lagi Al," seru Boby.
"Apa ada bukti atau saksi?" tanya Al.
Boby, Riki, dan Arya serempak menggelengkan kepalanya.
"Sial, siapa sebenarnya orang ini?" Al terlihat kesal.
"Kita harus lebih extra lagi Al, orang ini bukan orang sembarangan," sahut Riki.
"Aku berpikir, kalau orang ini pasti orang yang cukup berpengaruh di Negeri ini, bahkan bisa jadi kalau orang ini punya seseorang yang melindungi dia di Kepolisian, soalnya kejadian pembantaian 20 tahun yang lalu pun sama sekali ga bisa diungkap," sambung Arya.
"Bisa jadi tuh,pemikiran Arya sangat masuk akal," sahut Boby.
Keempat pria tampan nan gagah itu tampak berpikir.
"Ya sudahlah, besok kita pikirkan lagi sekarang kita pulang dulu," seru Al.
"Besok kita kerumah kamu, kita malam mingguan dirumah kamu," sahut Riki.
"Ok siap."
Keempat pria tampan itu pun berpencar dan pulang kerumah masing-masing, Al sampai dirumahnya tengah malam. Tidak tahu kenapa Al selalu ingin menoleh kerumah yang berada didepannya itu.
"Kok lampunya masih menyala, apa jam segini Om Alex belum tidur apa jangan-jangan Puterinya yang belum tidur?" gumam Al.
Al pun memasuki rumahnya, dia sudah sangat lelah dan ngantuk.
***
Keesokan harinya...
Hari ini hari sabtu dan Kiara libur kerja, Alex tidak pernah mengganggu Kiara kalau hari libur.
Alex sudah bersiap-siap untuk pergi ke Kantornya karena masih ada pekerjaan yang harus dia urus.
Tok..tok..tok..
"Kiara, Om pergi dulu ke Kantor ya Om ga bakalan lama kok nanti sore juga pulang," teriak Alex.
Seperti biasa tidak ada jawaban dari Kiara, Alex pun segera pergi meninggalkan rumahnya. Kiara sebenarnya sudah bangun bahkan saat ini Kiara sedang berdiri didepan jendela kamarnya.
Alex keluar dan memasukan tasnya kedalam mobil.
"Selamat pagi Pak Alex," sapa Pak Hendra.
"Selamat pagi juga Pak Hendra."
"Mau kemana Pak, pagi-pagi?" tanya Pak Hendra.
"Ada pekerjaan yang harus diselesaikan, mari Pak Hendra saya berangkat dulu," seru Pak Alex.
"Oh iya silahkan."
Alex pun masuk kedalam mobil dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumahnya.
Mamah Ayu menyimpan kopi di meja teras rumahnya.
"Pah ini kopinya," seru Mamah Ayu.
"Iya Mah terima kasih."
Al keluar dari rumahnya dengan rambut yang basah karena baru saja mandi.
"Sayang, tuh kopinya sudah siap," seru Mamah Ayu.
Al dan Papahnya pun ngopi bersama diteras rumahnya, sementara Mamahnya sedang menyiram bunga kesayangannya.
"Kok rumah depan sepi Pah?" tanya Al.
"Barusan Om Alex pergi, katanya ada kerjaan."
"Memangnya Om Alex kerja apa, week end kaya gini masih aja kerja?" seru Al.
Papah Hendra hanya mengangkat kedua bahunya tanda dia pun tidak mengetahuinya.
Ceklek...
Terdengar pintu rumah Alex terbuka, otomatis Al dan kedua orang tuanya menoleh, mereka memang sangat penasaran dengan wajah puteri dari Alex itu.
Kiara pun keluar dengan pakaian yang seadanya, memang Kiara belum mandi dia keluar karena ingin mencari sarapan biasanya suka ada tukang lontong sayur yang lewat.
Disaat Kiara keluar, semuanya tampak melongo bahkan Al sampai tersedak kopi yang sedang diminumnya.
Papah Hendra segera menepuk punggung Al tapi dengan tatapan terus mengarah kepada Kiara.
Kiara menoleh kearah keluarga baru itu, Kiara tampak menganggukan kepalanya dan tersenyum tipis kepada Mamah Ayu, dan kemudian Kiara pergi berjalan kaki ke ujung jalan.
"Masya Alloh, barusan yang keluar dari rumah Pak Alex manusia apa barbie sih cantik banget," seru Mamah Ayu.
"Pak Alex benar-benar mempunyai Bidadari dirumahnya, cantik banget kan Al?" seru Papah Hendra dengan menepuk pundaknya itu.
Al hanya mampu menganggukan kepalanya, dia tidak bisa berkata-kata lagi saking terpesonanya akan kecantikan Kiara.
"Gila, puteri Pak Alex cantik banget," batin Al.
Semua orang yang berada disana sudah tahu kalau Alex dan Kiara orang yang sangat tertutup tapi Pak Alex orang yang sangat ramah, sedangkan Kiara semuanya juga sudah tahu kalau anak itu begitu pendiam dan tidak banyak bicara bahkan Kiara hanya bisa menganggukan kepalanya dan tersenyum tipis saat bertemu dengan tetangga sekitar.
Kiara sudah mendapatkan lontong yang dia mau, kemudian dia pun kembali kerumahnya dengan berjalan kaki sementara keluarga Al masih berada disana.
"Pagi Nak," tiba-tiba Mamah Ayu menyapa Kiara.
"Pagi," jawab Kiara dengan senyuman tipisnya.
"Subhanalloh, cantik banget," batin Al.
"Habis dari mana Nak?" tanya Mamah Ayu.
"Dari depan beli sarapan," Kiara memperlihatkan kantong kresek yang dibawanya.
"Oh, sekali-sekali nanti mampir ya ke rumah tante."
Kiara hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Mari saya masuk dulu."
Kiara pun masuk kedalam rumahnya...
"Ya ampun lucu banget Pah, gemas aku ngelihatnya benar-benar kaya boneka barbie," seru Mamah Ayu dengan antusiasnya.
"Deketin tuh anaknya Om Alex, tapi kayanya susah soalnya kelihatannya anaknya Om Alex pendiam dan ga banyak ngomong," bisik Papah Hendra.
"Apaan sih Pah, mungkin aja dia sudah punya pacar mana mungkin wanita secantik itu masih sendiri, pastinya sudah sold outlah," sahut Al.
"Padahal kalau kamu pacaran sama anaknya Pak Alex, Mamah bakalan senang banget deh punya menantu secantik dan selucu dia," sambung Mamah Ayu.
"Ah pagi-pagi sudah pada ngaco deh ngomongnya," Al pun beranjak dari duduknya dan pergi kekamarnya.
Al merebahkan tubuhnya dikasurnya, tatapannya lurus kelangit-langit kamarnya. Seketika bayangan Kiara muncul dibenaknya.
"Aku kira dia tomboy, tapi barusan aku lihat biasa aja."
Al tampak senyum-senyum sendiri...
Disaat Kiara sedang menikmati sarapannya, tiba-tiba Ponsel Kiara pun berbunyi tertera nama Sisi di layar Ponselnya.
"Ra, nanti sore aku kerumah kamu ya dari pada malam mingguan dirumah ga ada teman," seru Sisi.
"Hmmm..."
"Kamu lagi ngapain sih?" tanya Sisi.
"Sarapan," jawab Kiara singkat.
"Oh ok kalau gitu sampai jumpa nanti sore," sahut Sisi.
Tanpa menjawab Kiara langsung menutup telponnya.
"Dasar ya tuh anak, emang ga ada asyik-asyiknya untung Bos aku kalau enggak udah aku geplak tuh anak," gerutu Sisi dengan memperhatikan Ponselnya seolah-olah marah-marah kepada Kiara.
Waktu pun berjalan dengan cepat, sore pun tiba Kiara sudah mandi dan sekarang sedang menonyon tv.
Sementara itu di rumah depan, tiga mobil masuk ke pekarangan rumah Al, mereka tidak lain adalah Boby, Riki, dan Arya.
"Wuidih, rumah kamu gede banget Al lebih gede dari rumah kamu yang dulu," seru Riki.
"Yoi," sahut Boby.
Mereka berempat pun ngumpul di Gazebo yang ada didepan rumah Al, mereka berbincang-bincang dan nyanyi-nyanyi sembari memainkan gitarnya.
Pandangan Al terus saja mengarah ke rumah Kiara.
"Woi, ngapain ngelihatin rumah itu terus?" sentak Boby.
"Gapapa."
"Curiga nih, jangan-jangan dirumah itu ada wanita cantiknya," goda Boby.
Di sela-sela mereka sedang bernyanyi-nyanyi, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depan rumah Kiara, semuanya langsung menoleh kearah mobil itu.
Muncullah wanita cantik yang tidak lain adalah Sisi.
"Wah cantiknya siapa tuh cewek," seru Boby.
"Kebiasaan ga bisa ngelihat cewek cantik dikit aja langsung melotot," goda Arya dengan menoyor kepala Boby.
"Siapa tuh Al, yang punya rumah itu ya?" tanya Boby penasaran.
"Bukan, temannya kali."
Boby beranjak dari duduknya dan menghampiri Sisi, membuat teman-temannya geleng-geleng kepala.
"Hai cantik, tunggu sebentar," teriak Boby.
Sisi menoleh dan celingukan...
"Kamu ngomong sama aku?" tanya Sisi dengan menunjuk dirinya sendiri.
"Iyalah, sama siapa lagi kan wanita cantik disini cuma kamu," goda Boby.
"Ada apa ya?"
"Boleh kita kenalan," Boby mengulurkan tangannya.
"Sisi," Sisi menjabat tangan Boby.
"Aku Boby dan itu disana teman-teman aku," tunjuk Boby.
Al, Riki, dan Arya tampak melambaikan tangan mereka kearah Sisi dan Sisi pun membalas melambaikan tangannya.
"Lho, rumah itu ternyata sudah ada yang nempatin ya?" tanya Sisi.
"Iya, teman aku dan orang tuanya yang membeli rumah itu," jawab Boby.
"Oh..."
"Gabung yuk sama kita," seru Boby.
"Aku kedalam dulu ya, ngomong dulu sama Kiara takutnya dia lagi nungguin aku."
"Ya sudah, nanti kamu samperin aja kita kesana," seru Boby.
"Sip."
Sisi pun masuk kedalam rumah Kiara, sementara Boby kembali bergabung dengan teman-temannya.
"Dasar playboy, gercep banget kalau lihat cewek cantik," cibir Arya.
"Harus dong, ada cewek cantik didepan mata jangan dianggurin," sahut Boby.
Tidak lama kemudian, Sisi pun keluar dari rumah Kiara.
"Hai boleh gabung?" seru Sisi.
"Boleh dong sini duduk, kenalkan teman-teman aku," seru Boby.
"Hai aku Sisi."
"Riki."
"Arya."
"Al, yang punya rumah ini."
"Kenapa kamu keluar lagi?" tanya Boby.
"Tadi pas aku masuk ternyata Kiaranya tidur, aku ga berani bangunin dia suka marah kalau marah bisa-bisa gaji aku dipotong," seru Sisi.
"Gaji, maksudnya dia atasan kamu?" tanya Al penansaran.
"Kalian tahu Perusahaan "KAT" CORPORATION ga?" tanya Sisi.
"Tahulah, Perusahan yang cukup besar itu," jawab Riki.
"Nah, pemilik Perusahaan itu ya Kiara teman aku ini," seru Sisi.
"Hah, serius kamu Si?" tanya Al.
"Seriuslah masa aku bohong, nama Perusahaannya itu "KAT" singkatan dari namanya Kiara Anggun Taylor, tapi orang-orang hanya mengetahui namanya Kiara Anggun saja, karena Kiara melarang aku untuk memberitahukan namanya secara lengkap," jelas Sisi.
"Kenapa?" tanya Arya.
"Aku ga tahu."
"Jadi namanya Kiara, nama yang cantik seperti orangnya," batin Al dengan senyumannya.
Sisi pun akhirnya bergabung dengan keempat pria tampan itu, karena Sisi orangnya gampang kenal sama siapapun.
🔪
🔪
🔪
🔪
🔪
Ayo dong mana dukungannya,selalu tinggalkan jejak like,komen,dan vote sebanyak-banyaknya🙏🙏😘😘
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
⚘DewPck🌱Sqd🐛🌽🦃⃝⃡ℱ
ngeri banget si Frans
penasaran deh ,si Kiara bakal sama Al apa Frans yaa
2021-04-22
0
☪wHEniA1102™◼KB☪
suka banget ak dengan cerita nya
2021-01-06
0
🌸so0bin🌸
Kiara sama Al aja ya jodohnya
2020-12-20
0