Berubah pikiran?

Arumi terdiam di kamar nya. Ia kembali ke kamar utama yang harusnya di tempati pasangan muda itu, tapi karna kontrak yang di ajukan Arju pada Arumi, Arumi jadi enggan tidur se kamar.

"Apa yang salah dengan ku? Kenapa aku terus menangis seperti ini? Mengingat hal jahat yang di lakukan tuan prince lee padaku membuat dadaku sangat sesak" Bathin Arumi. Tak berselang lama setelah Arumi masuk dan mengunci kamar, seseorang mengetuk pintu kamarnya pelan.

Tok! Tok! Arumi mulai terperanjat dan kemudian terduduk. Manik matanya tertuju ke arah daun pintu itu.

"Siapa?" Tanya Arumi lantang seraya mengusap beberapa tetes air mataanya.

"Ini saya..." Balasnya. Arumi ingat suara itu dan mulai menaikkan satu alisnya.

"Tuan Joe Kah?" Tanya Arumi. Joe menyahut. "Ya nona muda"

"Ada apa Tuan Joe?"

"Bisakah anda membuka pintu dulu?" Tanya Joe. Arumi mulai mengingat kata-kata yang di lontarkan Joe pada Arju. Hingga membuatnya enggan menuruti apa yang di pinta Joe.

"Jika tak ada urusan, pergilah... saya sedang ingin sendiri" Balas Arumi. Arumi mulai menarik selimutnya dan merenung kembali.

"Nona, jika anda tak membuka pintu. Makanan ini akan dingin" Seru Joe. Arumi nampaknya tak perduli.

"Tuan Joe, tolong biarkan saya sendiri... saya sedang tak ingin bertemu siapapun" Balas Arumi.

Joe pun mulai terdiam. Rupanya di sebelah Joe ada Arju yang tengah menunggu.

"Tuan muda, nampaknya nona muda tak ingin di ganggu siapapun, sebaiknya anda pergi dulu ke kamar kerja anda" Bisik Joe. Arju tak ingin menyerah.

"Kenapa wanita itu begitu keras kepaala? Padahal aku hanya ingin menyapa, apakah dia baik-baik saja?" Tanya Arju nampak kesal.

"Tuan, kenapa anda baru bertanya kabar nona Arumi? Bukankah anda yang menyebabkan nya dalam masalah?"

"Ia! Ia! Tapi apakah salah jika aku khawatir padany?! Melihat tingkahmu yang sok pahlawan membuatku jengkel! Seharusnya kau tak perlu melakukan itu! Aku baru bisa tenang!" Bentak Arju. Joe mulai menyeringai.

"Maaf tuan muda, saya tidak bisa... setiap kali anda ingin melukai nona muda. Hati saya selalu merasa sakit. Dan itulah sebabnya, saya tak akan pernah membiarkan nona muda sendirian atau mendapatkan masalah apapun. Meski saya mempertaruhkan nyawa saya untuk melindunginya, saya tak akan menyesal!" Jelas Joe. Arju terbelalak mendengar penjelasan Joe yang terlihat ringan saat mengungakapkan isi hatinya.

Arju mulai berasumsi bahwa, Joe memang menyukai Arumi. Hingga Arju sedikit tersedak dengan pernyataan Joe yang mengejutkan itu. "Joe, apakah kau menyukai istriku?" Tanya Arju. Joe mendelik dan meletakan nampan berisikan menu makanan untuk Arumi. Joe abai pada pertanyaan Arju, iapun berlalu meninggalkan Arju yang tampak penasaran dengan beribu tanya di benaknya.

"Saya permisi nona muda. Makanlah makanan anda, lalu minum lah obat anda. Jangan biarkan perut anda kosong..." Jelas Joe seraya berlalu.

Arju yang masih tak percaya mulai melangkah mengikuti Joe. Tapi entah kenapa Arju terlambat dan kehilangan jejak Joe.

"Kemana pria bajingan itu pergi!" Bathin Joe mengumpat. Setelah Arju kehilangan Jejak, nampaknya Arju kembali ke arah kamar Arumi yang masih tertutup rapat itu.

"Dia sama sekali belum mau membuka pintu" Bathin Arju. Arju memutuskan untuk menunggu Arumi. Tapi nampaknya sudah berjam-jam Arumi tak membuka pintu itu. Entahlah... apakah Arju menyesal atau ia hanya ingin meminta maaf karna kelakuannya telah sangat keterlaluan.

"Haaah... ada apa denganku? Padahal, jelas-jelas aku menolak pernikahan ini. Tapi kenapa aku malah terhisap rasa penasaran yang besar pada wanita ini. Apakah karna dia adalah wanita pertama yang menantangku. Atau... aaahhh! Sudahlah, jika aku terus berfikir begitu, kepalaku bisa pecah di buatnya!! Lagi pula... Clara jelas-jelas menolakku saat aku melamarnya. Tapi kenapa aku malah mau kembali padanya? Aku yang bodoh atau pernikahan ini yang salah?! Uuhghh! Menyebalkan!" Gumam bathin Arju.

Arju yang kesal pun mulai mengetuk kamar Arumi. Ia mencoba peruntungan, mungkin kali ini ia akan berhasil.

Tok! Tok!

"Istriku! buka pintunya. Nenek ku ingin bertemu denganmu!" Seru Arju berbohong. Arumi yang merasa itu benar mulai membuka slot pintu dan melebarkan raun pintu. Saat pintu terbuka, jelas saja Arju telah berdiri di depannya.

"Mana nenek?'' Tanya Arumi. Arju tersenyum kemudian menerobos masuk dan sedikit mendorong Arumi.

"Uugh! Apa yang...!" Saat Arumi hendak jatuh, Arju sigap menahan pinggang Arumi dan mengedekapnya. Arumi kaget dan menendang segitiga emas milik Arju. Hingga Arju terjungkal seraya mengerang.

"Aaahhhh! Aduuuuh... masa depanku" Rintihnya. Arumi kaget dan segera berjongkok.

"Apakah anda baik-baik saja?" Tanya Arumi panik. Arju masih merintih "Aaagghh! Sa-sakit sekali" Ucapnya. Arumi mulai menarik tubuh Arju untuk membawanya ke ranjang.Di sana Arju tersenyum menyeringai.

"Bodoh!" Bathin Arju. Lekas Arumi menarik Arju untuk berdiri, tapi nampaknya jebakan Arju sangat tepat hingga saat Arju hendak di rebahkan di ranjang. Arju malah melendot kaki Arumi hingga Arumi terjatuh ke ranjang. Arju pun tersenyum lalu menindih tubuh indah istrinya.

"Kyyaaa! Uughh!" Pekik Arumi histeris saat tertimpa tubuh kekar suaminya.

"Enyahlah!" Teriak Arumi. Arju tersenyum, manik matanya terpaut manik mata hazel yang berbinar milik Arumi.

"Apa yang kau lakukan lepaskan!!" Pekik Arumi berontak. Arju pun tersenyum dan mendekatkan nanarnya. Arumi kaget, karna adegan tersebut sama persis seprti adegan dalam sebuah drama. Pria itu tampak seperti hendak mencium bibir merah istrinya.

"Apa! Apa yang akan kamu lakukan?!" Arumi mulai berontak dan keringatnya mulai mendingin. Saat bibir mereka hendak bersentuhan. Tiba-tiba seseorang menerobos masuk dan mengagalkan aksi romantis Arju.

"Ibu... Apakah kamu ada di sini?!" Seru Aluna. Arju yang sudah matang pada serangannya itu mulai terperanjat karna kaget dan refleks mendorong tubuh Arumi hingga Arumi terjatuh.

BRUGGH!

"Aduh! Sakit!" Pekiknya. Aluna yang melihat Arumi terjatuh pun mulai berlari menuju arah Arumi yang masih bergeliat di lantai.

"Ibu! Kau baik-baik saja?!" Tanya Aluna berlari ke arah Arumi dan segera mendapatkan tubuh mungil Arumi.

"Ibu... sikutmu memar!" Teriak Aluna. Arumi yang mulai terduduk menyetabilkan tubuhnya pun mulai melotot tajam ke arah Arju.

Degh! Arju kaget dan nampak mundur. "A-apa yang kau lihat?!" Tanya Arju membalas sorot Arumi yang melotot dengan mata bulatnya itu.

"Ibu... Aluna akan keluar sebentar membawa kotak obat ya. Ibu tunggu, Aluna tak akan lama... " Ucap Aluna. Saat Aluna berdiri, Aluna pun menatap Arju seraya berkata "Kakak, tolong jaga Ibu sebentar, Aluna akan segera kembali" Ucap Aluna seraya tersenyum.

"Ke-kenapa menyuruhku menjaga nya? Lagipula... dia bukan ibumu! Kenapa kau memanggilnya ibu? sungguh merepotkan!" Ucap Arju malas. Aluna tersenyum mendengar kata-kata Arju.

"Tapi, mulai sekarang... Kak Arumi sudah menjadi ibuku, Kak Arumi juga tidak keberatan, Ia kan bu?" Tanya Aluna seraya tersenyum. Arumipun bangun dan memeluk Aluna.

"Ia sayang, jangan sungkan. Ibu akan jadi ibu terbaik untuk aluna" Balas Arumi seraya membelai pucuk kepala Arumi lalu mengecupnya. Sesaat Arju terbelalak melihat suasana hangat itu. Arju sedikit mulai iri pada Alun.

"Hei! Hei! Hei! Bocah! berhentilah bersikap manis begitu! Kau sudah mencuri perhatian istriku dan membuatku cemburu! sana cepat pergi!" Pekik Arju membentak. Aluna tampak puas dan mempermainkan Arju.

"Bweeee! Ibu Arumi, Aluna pergi dulu ya, ingat... Aluna akan kembali dan mengambil obat untuk luka ibu, jadi... ibu jangan pergi kemana-mana dulu ya!!" Ucap Aluna seraya berlari. Aluna mulai meninggalkan kamar tersebut.

BLAM! Kini, kamar pengantin mulai terasa hening. Arumi berdiri dan masih menatap pintu yang di tutup Aluna. Sedangkan Arju mulai tersenyum karna ia mendapatkan kesempatan yang cukup bagus.

"Hei! Ar-Arrr..." Gugup Arju mencoba menyapa istrinya. Arumi mulai menoleh "Ada apa? jika anda sudah tak punya kepentingan lain. Silahkan keluar" Balas Arumi tegas dan menunjuk ke arah pintu saat mengusir Arju.

"Wanita ini!! Tega sekali dia! dia pikir ini kamar siapa??" Bathin Arju kesal.

"Kenapa? Cepat bangun dan segeralah pergi" Jelas Arumi. Arumi rupanya enggan menyentuh Arju.

"Tunggu, luka yang kau hasilkan belum sembuh! Rasanya masih terasa sakit" Rintih Arju memegangi bagian vitalnya.

"Baiklah, jika anda merasa belum sehat. Maka saya akan menelpon dokter sekarang!" Arumi berjalan menuju telpon di kamar tersebut. Arju yang panik mulai berdiri dan tanpa sadar memeluk tubuh Arumi. Sontak Arumi yang kaget menyikut perut Arju hingga ia mati rasa.

"Aagghh!" Arju mulai melepas pelukannya dan terkapar di lantai. Arumi makin panik dan teriak, Ia hendak berlari keluar ruangan. Tapi lengan Arju menahan satu kai Arumi, Arumi pun tersandung dan ikut jatuh. Kini pasangan suami istri itu terkapar di lantai. Betapa canggungnya Arju saat mendapatkan tatapan mata Arumi yang mulai naik pitam.

BERSAMBUNG...

Episodes
Episodes

Updated 67 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!