Hotel...
"Ada apa? Kenapa kamu ingin bertemu dengan ku?" Tanya Arju, baru saja tiba setelah mendorong Arumi ke kolam.
"Ah, sayang... Akhirnya kamu datang. Aku menunggu hingga sesi pemotretan berakhir, rupanya kamu baru datang jam segini" Balas Clara membelitkan lengannya di leher Arju.
"Apakah ada hal penting?"
"Ya, Aku sangat rindu padamu sayang. Apakah ini juga termasuk penting bagi mu sayang?" Tanya Clara menarik tubuh Arju ke ranjang.
"Hentikan, jangan lakukan apapun..." Arju mengelak.
"Kenapa?" Clarapun terperanjat.
"Ak-aku... "Arju mulai memalingkan wajahnya. Ia tampak bingung.
"Sayang, kamu baik-baik saja kan? Apakah ada yang salah?"
"Tidak, kenapa tiba-tiba aku terpikir pada sosok Joe. Kenapa ia tampak sangat berbeda saat menggendong istriku. Harusnya aku baik-baik saja" Bathin Arju. Clara menepuk pundak Arju, dan menatap wajahnya yang tampak mengenaskan itu.
"Sayang. Kau baik-baik saja? Sejak kamu datang ke mari. Kamu tampak berbeda" Ucap Clara.
"Tidak, hari ini aku harus pergi" Ucap Arju menghempas lengan clara dan mulai beranjak mengambil jasnya lalu pergi.
"Apa!! Sayang! Kenapa kau lakukan ini padaku!" Teriak Clara mengejar pangkah Arju yang telah menjauh itu.
"Harusnya aku tak melakukan ini. Kenapa aku harus selalu melihat Joe dan wanita itu tampak sangat dekat!" Bathin Arju.
Arju mulai menaiki mobilnya dan kemudian tancap gas secepat kilat. BRUMMM!
KEDIAMAN WIJAYA...
"Nona muda, apakah anda baik-baik saja?" Tanya Joe seraya menyerahkan segelas teh hangat. Arumi menatap Joe yang tengah berdiri seraya menyodorkan gelas yang ia genggam ke arah.
"Terimakasih..." Ucap Arumi seraya meraihnya.
"Teh manis hangat campur madu sangat cocok untuk menghangatkan tubuh anda" Ucap Joe. Arumi yabg tampak meneguk teh tersebut pun tersenyum.
"Terimakasih..." Ucap Arumi. Joe heran dan menyungingkan bibirnya.
"Lagi?" Tanya Joe. Arumi bingung "Ya? Lagi?"
"Apa?"
"Itu, Tuan Joe bilang, lagi? Apa maksudnya?" Tanya Arumi heran, Joe lagi-lagi tersenyum.
"Anda selalu mengulang kata yang sama" Balas Joe.
"Benarkah?" Tanya Arumi.
"Ya. Seharusnya anda tak perlu berterimakasih pada saya. Sebab, sudah tugas saya membantu apapun kebutuhan anda" Jelas Joe.
"Apakah harus begitu?" Arumi murung bibirnya tampak mengkrucut saat meniupi air panas dalam secangkir teh yang ia genggam.
"Maksud anda?" Joe bingung.
"Maksud saya adalah, apakah harus selalu tuan joe yang memenuhi segala kebutuhan saya? Bukankah yang pantas melakukannya adalah seorang suami?" Jelas Arumj. Joe pun berdegug. Ia menatap manik mata Arumi yang di penuhi kekosongan.
"Nona... istrahatlah, saya pikir anda ssdang lelah, saya akan menunggu diluar" Ucap Joe. Arumi yang sedari tadi melamun dan melotot kosong mulai terperanjat.
"Ah! Ia..." Balasnya canggung. Joe pun memutar tubuhnya untuk menjangkau gagang pintu kamar tersebut.
Arumi mulai menatap punggung joe yang tampak kekar itu. Dalam benaknya mulai timbul perasaan yang sangat dusta.
"Pungung lebar dan tubuh Atletis, bahkan pakaian itu tak bisa membendung otot tubuhnya. Tuan Joe, anda juga sangat tampan. Kenapa, anda harus menjadi penjaga saya? Padahal... saya tak berharap menjadi istri dari seorang aktor ternama dan memiliki kisah pernikahan yang begini rumit" Bathin Arumi.
BLAM! Pintu mulai tertutup. Arumi segera menaruh gelas berisikan teh manis itu di meja lampu tidur. Kemudian Arumi pun mulai menarik selimut tersebut dan mulai meringkuk.
Diluar ruangan...
BLAM! Saat pintu tertutup, seketika Joe mulai ada di luar ruangan kamar Arumi. Joe simak di sana telah berdiri seorang Arju yang tampak khawatir.
"Joe, apakah dia baik-baik saja?" Tanya Arju panik. Ia mendorong tubuh Joe untuk meraksak masuk, namun Joe menahan daun pintu itu, dan menghalangi pangkah Arju.
"Kenapa! Minggir!" Ucap Arju berontak.
"Anda sebaiknya pergi!" Ucap Joe sinis. Arju marah dan tak terima tekanan yang di berikan oleh Joe.
"Kenapa? Apa hakmu melarangku untuk menemui wanita yang jadi istriku itu!" Bantah Arju. Joe mulai tersenyum menyeringai dan menghempas lengan Arju.
"Berdasarkan kesepakatan kita yang terjalin beberapa hari yang lalu. Ketika Nona Arumi menandatangani perjanjian kontrak pra nikahnya. Apakah tuan Arju lupa? Bahwa, dalam pra nikah itu tertulis, "anda meminta saya untuk mendekati nona Arumi dan membuatnya jatuh hati pada saya"?" Tanya Joe waspada. Arjupun terbelalak, sesaat ia mundur lemas dan duduk di kursi ruang tunggu itu.
"Tuan muda, apapun yang akan anda lakukan pada nona Arumi, saya tak akan membiarkan nyawanya dalam bahaya, yang terpentung bagi anda sekarang adalah nona Clara bukan? Jadi... jangan lakukan kesalahan yang lebih buruk dari ini" Ucap Joe seraya berlalu.
Tanpa sadar, rupanya percakapan mereka berdua terdengar jelas hingga ke dalam kamar Arumi. Arumi kaget setengah mati, Arumi sungguh merasa sangat terhina oleh kelakuan suaminya. Arumi malu pada suaminya, bukan hanya mengikatnya kontrak pernikan tapi juga Arju menugaskan Joe untuk memikat hatinya. Arumi sungguh hancur saat mendengarkan kenyataan itu.
Dengan tubuh lemah dan lunglai. Arumi mulai keluar kamar tersebut dan menghampiri Arju. KLEK, pintu terbuka, Arumi lihat jelas Arju telah terduduk dengan tatapan menunduk di kursi ruang pesien.
Arumi melangkah dan menyerunya, "Tuan Prince Lee!" Pekik Arumi. Arju menoleh, ia mulai menatap Arumi. Arjupun kaget dan mulai berdiri lalu menghampiri Arumi dengan wajah yang panik.
"Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Arju tampak sangat khawatir pada Arumi. Arumi mulai mengepalkan tangannya dan entah kenapa. Bulir basah di pelupuk matanya mulai membasahi sebagian kantung matanya.
"Ke-kenapa? Apakah aku menyinggung mu? Kenapa kau menangis?" Tanya Arju Risau. Arumi yang sudah tak tahan pada tingkah Arju yang berbeda itu mulai melempar telapak tangannya kasar.
PLAK!
Tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Arju. Arju yang mendapatkan tamparan keras itu hanya bisa terbelalak. Ia mulai meraba pipinya yang terasa sakit itu lalu menatap Arumi.
"Apa yang kau lakukan?!" Bentak Arju melotot. Mata Arumi yang sudah berair itu menatap intrens mata Arju yang penuh amarah.
"Apakah kau puas?" Tanya Arumi. Arju tak jelas dengan pertanyaan istrinya dan mulai bertanya.
"Apa? Apa maksud pertanyaanmu ini?!" Tanya Arju mencengkram tangan Arumi.
"Lepaskan! Apakah belum cukup bagimu mengikatku dengan status palsu ini?" Arumi berontak dan mencoba menghempas lengan Arju yang mencengkram pergelangan tangan Arumi erat.
"Kenapa? Apa yang salah? Bukankah kau sendiri menyetujuinya? Kenapa sekarang malah mempermasalahkannya? Apakah kau gila?" Bentak Arju mendorong Arumi hingga ia terjedok daun pintu kamar pasien.
"Kau sungguh jahat! Setidaknya meski kamu tak bisa memberiku sebuah ikatan yang jelas! Kau tak berhak meminta Tuan Joe untuk menggodaku dan membuatku suka padanya! Kau! Kau sungguh bukan manusia! Kau lebih busuk dari binatang! Aku benci padamu!" Teriak Arumi mulai berdiri dan mendorong tubuh Arju hingga oleng, Arumi pun mulai berlari ke area kediaman Wijaya.
"Hei! Kau mau kemana?!" Teriak Arju menatap langkah kabur Arumi. Arjupun mulai tampak flustrasi dengan kelakuan Arumi yang tak biasa itu.
"Sial! Bisa-bisanya wanita itu berontak! Hah! dia lebih sulit di taklukan dari dugaan ku!" Bathin Arju mengguman. Karna kesal, Arjupun meninju dinding hingga lengannya berdarah.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments