Malam berakhir penuh drama, Arju dan Arumi pulang dalam keadaan tidur hingga saat sampai di kediaman Wijaya mereka sedikit linglung saat memasuki kamar. Akhirnya saat pagi tiba kedua pasangan baru itu teriak histeris hingga membuat seisi rumah benar-benar gempar di buatnya.
"Huaaaaaa!!" Teriakan tersebut berhasil mengguncang seisi rumah hingga mereka berhambur keluar dari kamarnya masing-masing.
"A-apa yang kau lakukan di kamarku!" Teriak Arumi menendang Arju hingga terjatuh dengan buntalan selimut masih nutupi tubuhnya.
"Apa! Kenapa kau menendangku! Ini adalah rumahku! Kenapa kau malah tidur di ranjangku!" Balas Arju.
"Apa! Memangnya salahku! Biasanya kau tudur di kamar kerjamu! Kau! Kau dasar cabuuuuulll!" Pekik Arumi. Wajah Arumi sungguh menyedihkan, ia sangat risih pada perlakuan apa yang di lakukan suaminya tadi malam, meski ia tak ingat apapun. Karna keduanya sama-sama tidur pulas.
Saat kegaduhan menggemparkan seisi rumah, Ny Hesty datang dan membukakan pintu kamar tersebut.
BRAK! pintu terbuka, Arumi makin panik, begitupun Arju.
"Ada apa!! Kenapa kalian sangat gaduh! Arju! Jelaskan apa yang terjadi! Ibu tahu, kau pasti punya alasan tertentu atas kegaduhan ini?" Tanya Ny Hesty tegas, Arju mulai menelan salivanya sendiri. Sejujurnya, ia sangat takut pada ibunya.
"I-itu, ka-kami tidak sengaja bangun dalam keadaan saling berpelukan" Jawab Arju. Neneknya yang ada di sana mulai tertawa girang, tapi nampaknya Ny Hesty tidak senang atas kenyataan itu.
"Hahahaha! Kalian sunggub aneh. Ceritakan pada nenek, apakah cucuk nenek sangat agresif?" Gurau Nenek Arju. Arumi makin salah tingkah dan membuatnya makin Risih.
"Nenek! Apa yang anda pikirkan? Kami tidak..." Arumi terlalu malu untuk menjelaskan semua kekonyolan itu.
"Hahaha, Ayolah, jangan malu... kalian pasti sangat lelah karna terlalu bersemangat, jangan menyerah ya, sebelum menghasilkan cucuk untuk nenek" Lagi-lagi nenek bergurau dan membuat situasi makin menakutkan bagi Arumi.
"Arju! Datanglah ke ruanganku, ada yang ingin ibu bicarakan denganmu" Jelas Ny Hesty. Ny. Hesty mulai berlalu dan pergi menjauhi kerumunan.
Nenek Rose nampak sangat senang dengan kemajuan pernikahan cucuknya itu. Aluna yang tak paham dengan pembicaraan neneknya pun, mulai berceloteh dan terus bertanya pada neneknya perihal apa yang terjadi di kamar tersebut.
"Sudahlah Aluna, jangan banyak bicara. Biarkan kakak Arju dan Kakak Arumi mengemas bayi baik-baik" Ucap sang nenek seraya mendorong Aluna menjauhi kamar tersebut.
Aluna makin senang "Nenek benarkah? Benarkah Kak Arju dan Kak Arumi sedang mengemas bayi? Kalau begitu, apakah Aluna juga bisa mengemas bayi bersama nenek?" Tanya Aluna menyeret neneknya untuk segera kembali ke kamar mereka.
"Hahahaa, kau memang anak yang cerdas, Tentu... mari kita mengemas bayi di kamar nenek" Imbuh sang nenek. Aluna dan Sang nenek mulai kembali ke kamar mereka. Kini depan ruangan itupun mulai hening. Arju masih menggulung di bawah ranjang. Ia segera bangun dan mulai duduk.
"Hei, gadis berhijab! Kau jangan coba-coba menggodaku ya?! Apa lagi aku tahu kalau kau mencoba mencuri tanggung jawab dariku!"
"Hua! Menyebalkan! apa yang harus aku banggakan dari imam sepertimu! menyebalkan!" Balas Arumi mundur saat Arju terduduk di sudut ranjang.
"Uah! Kau munafik sekali! Kenapa kau merasa sangat dirugikan? Bukankah yang harus bilang begitu adalah aku?" Balas Arju tak mau kalah.
"Hentikan! Kau pikir aku mau?! Ini-ini gara-gara kamu melamarku tiba-tiba!"
"Hei! Hei! hei! Kalimatmu salah tahu! Jika kamu tidak melamar ke kantorku, sudah pasti aku tak akan bertemu denganmu... Harusnya aku yang tak mau bertemu denganmu? Kau sungguh egois!"
"Hentikan! Kau sangat menyebalkan! aku benci padamu!" Teriak Arumi meraih selimut lalu melemparkannya ke wajah Arju kasar hingga ia makin terbuntal selimut itu.
"Hei tengil! Biarpun aku menyebalkan tapi aku sangat tampan tahu! aku adalah aktor ternama! apakah kau tahu itu! Huh! Kau sungguh tak tahu tatakrama!"
"Terserah lah! Yang jelas meski tampan ataupun menyebalkan! Aku tetaplah bukan jodohmu! Dan kau pun bukan jodohku! Kita adalah pasangan setingan! Terserahlah! Lakukan sesukamu! Apapun yang membuatmu bahagia! Lakukanlah! Tapi jangan libatkan aku! Apapun maumu! Menyebalkan!"
"Asatagfirullah! Aku sungguh kehilangan kesadaranku gara-gara pria ini" Bathin Arumi.
Malam itu, Arumi sungguh tak sadar jika saat suaminya ikut masuk ke kamarnya. Ia tak sadar jika saat bangun, pria itu sudah ada di sampingnya. Apa lagi, keadaannya adalah Arumi yang memeluk erat suaminya.
"Huaa! Ini gila! Kenapa tiba-tiba ada adegan begitu pulgar! Oh, ini adalah kesalahan! Ingat Arum. Pria itu telah berselingkuh! Dia telah memeluk wanita lain! Oh... ya allah, bagai mana ini? Bagai mana jika aku hamil?" Gumam Arumi menatap cermin besar di kamar kecil itu.
DOK! DOK! Ketukan pintu dari luar kamar kecil membuat Arumi makin panik "Siapa! Siapa di sana?!" Teriak Arumi.
"Hei! Jangan bodoh! Ini adalah aku! Aku ingin ke kamar kecil, aku ingin membuang urine, sudah tak kuat! Cepatlah!" Ucap Arju menggedor pintu kamar itu. Arumi makin panik dan tak tahu harus bagai mana, Arumi nampak salah tingkah.
"Tu-Tunggu! Aku belum selesai, sebaiknya gunakanlah kamar lainnya. Rumah ini sangat luas, jadi carilah kamar kecil sendiri"
"HEI! Ayolah, jangan paranoid begitu! Aku sudah tak tahan, jika terjadi sesuatu' Kau harus tanggung jawab!" Amuk Arju makin menggedor pintu itu keras.
"Astagfirullah! apa yang harus ku lakukan? Pria cabul itu ada di sini?" Arumi sungguh panik, ia sangat malu jika sampai membuka pintu itu dan berpapasan dengan suaminya. Bagai manapun juga tadi pagi saat ia bangun, ialah yang paling agresif dan tanpa sengaja bangun di pelukan Arju.
"Cepat buka! gadis bodoh!" Arju makin marah. Akhirnya Arumi memberi sebuah kesepakatan "Baik aku akan keluar, tapi... Kau harus menjauh dari pintu itu! Jangan berani menunjukan tampang konyolmu itu!" Ucap Arumi mengambil ancang-ancang.
"Baiklah! Tapi cepat keluar!"
"Oke! sepakat, cepat menjauh!" Arumi mulai membuka pintu dan Arju mulai menghadang lekas untuk masuk. Namun kesalahan patal terjadi, Kaki Arju tak sengaja menedang daun pintu hingga ia terjatuh dan mendorong Arumi.
Arumi terpekik saat Arju terjatuh menindih tubuh Arumi dan hampir menciumnya "WHATS!" Teraik Arumi ketakutan. Akhirnya, Arju tak bisa menahan nya lagi. Ia sudah bocor di celana hingga sekeliling terasa bau pesing.
"Jo-Jorok!!!" Teriak Arumi menangis.
"Ma-maaf, aku sudah tak tahan" Ucapnya seraya bangun. Suasana yang harusnya terlihat indah itu malah tampak sangat menjijikan bagi mereka berdua. Arumi hanya bisa menutup matanya kuat-kuat karna canggung.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments